Featured
Home
Posts filed under Ilmu Farmasi
Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts
Friday, November 18, 2016
Mengenal Lebih Jauh Tentang Apotek Dan Fungsi Apotek
Apotekers.com Dalam suatu pelayanan kesehatan pada umumnya selalu menggunakan obat sebagai terapi dalam proses menjaga kesehatan maupun menyembuhkan suatu penyakit. Dan salah satu cara untuk mendapatkan obat adalah pergi kesalah satu pelayanan kefarmasian diantaranya yaitu apotek. Lalu apa sih apotek tersebut,? Pada artikel ini akan membahas lebih dalam apa itu apotek menurut perundang-undangan dan apa saja fungsi dari apotek serta siapa yang bertanggung jawab terhadap apotek.
Sunday, November 13, 2016
Hal Penting Yang Harus Diketahui Oleh Tenaga Kesehatan Tentang Lansia
Apotekers.com Seiring dengan keberhasilan pembangunan, khususnya bidang kesehatan maka umur populasi penduduk Indonesia semakin banyak yang berumur panjang. Namun disisi lain umur panjang semakin menurunkan fungsi organ tubuh hingga menyebabkan semakin mudah mengalami atau menderita suatu penyakit. Bantuan pengobatan semakin dibutuhkan, umumnya obat merupakan pilihan utama dalam mengelola penyakit kesehatan pada lansia. Banyak lansia yang harus memakai kombinasi obat-obatan.
Ilmu-ilmu tentang penuaan (geriatri) atau penyakit pada lansia (gerantologi) telah memberikan informasi tentang perlunya perlakuan khusus terhadap pemberian obat pada lansia. Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian lainya diharapkan mampu memahami masalah dan kebutuhan mereka dalam mengatasi suatu penyakit.
Proses penuaan umumnya dimulai pada usia 40 tahuan yakni dengan adanya penurunan kondisi sel tubuh yang akan mempengaruhi organ, termasuk kemampuan sistem keseimbangan tubuh dalam menghadapi penyakit atau tekanan seperti kelelahan. Sebagai contoh, flu pada lansia dapat lebih berbahaya dari pada orang berusia muda.
Dibawah ini merupakan pengguraian beberapa pengaruh penuaan pada tubuh
1. Kulit menjadi lebih tipis , kering, berkurangnya kadar lemak, berkerut, kurangnya fungsi melindungi bahkan kurangnya aliran darah ke kulit.2. Sitem pembuluh darah menurun seperti kurangnya aliran darah yang dipompa jantung, kurangnya elastisitas pembuluh darah dan menumpuknya zat-zat lemak pada bagian dalam arteri yang menyebabkan hipertensi.
3. Sitem pernafasan mengalami gangguan, misalnya
- menempelnya kolagen di paru-paru yang menyebabkan kurangnya kemampuan untuk mengembang.
- berkurangnya aliran darah ke paru-paru, menyebabkan pernafasan jadi kurang efesien dan oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
Hal ini menyebabkan frekuensi bernafas lebih cepat dari normal
4. Sitem saraf mengalami penurunan daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan karena sel otak yang mati atau berkurangnya aliran darah ke otak. Bingun dan perubahan personalitas dapat terjadi kekurangan oksigen yang dibawa darah ke otak.
5. Sitem sensor/ indera umumnya kurang kuat dan kurang jelas, mata kadang-kadang tidak tahan cahaya matahari, telinga kurang mendengar dan indera perasa dan pembau juga berkurang fungsinya.
6. Penurunan sistem penceranaan yang biasanya mengalami penurunan gerakan, sekresi asam lambung yang akan menyebabkan makanan sukar diterima, sukar mengunyah karena gigi banyak yang sudah copot.
7. Sistem pembuangan air seni yang menurun, menyebabkan terjadinya penumpukan sampah-sampah hasil metabolisme, yang seharusnya dibuang hal ini akan mengganggu fungsi filtrasi dari ginjal.
8. Sitem hormon juga akan mengalami gangguan sekresi, sehingga metabolisme sel tubuh tidak dapat diatur dengan baik. Misalnya banyak lansia yang mengalami diabetes.
9. Sistem reproduksi mengalami pengurangan hormon seks, yang menyebabkan perubahan fisik, misalnya wanita diatas 48 tahun tidak mengalami menstruasi. Namun dalam hal kebahagian dalam aktivitas seksual lansia tidak begitu terganggu karena tidak hanya hormon seks tapi juga karena pengaruh sikap dan emosi.
10. Tentunya sistem otot juga mengalami penurunan kekuatan dan kelenturannya, disamping itu juga mengalami peningkatan jumlah lemak yang menggantikan otot. Tulang menjadi lebih ringan dan porositas tinggi, sehingga mudah patah dan lama sembuh.
Karena pengaruh hal-hal diatas maka dari itu jika lansia menggunakan obat umumnya akan terjadi perlambatan absorbsi, distribusi, metabolisme maupun ekresi dari obat itu sendiri. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus untuk hal-hal diatas, dengan pengertian apoteker maupun tenaga kesehatan lain penting sekali memahami keadaan lansia dengan segala permasalahannya disatu sisi dan interaksi, efek samping kontra indikasi dan lain-lain dari obat yang diberikan.
Baca juga : Cara Pemberian Obat Pada Lansia
Sumber : Informasi Spesialite Obat
Saturday, November 12, 2016
Evaluasi Basis Emulgel dan Dan Sedian Emulgel Dari Bahan Aktif Ekstrak Etanol
Apotekers.com Dalam pembuatan sedian farmasi pastilah sedian itu melalui tahapan pengujian terlebih dahulu untuk menjaga kualitas sedian. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan dari sebuah sedian, diantara hal-hal yang mungkin timbul ketika suatu sedian tidak melewati pengujian fisik adalah mutu dan kualitas yang tidak baik, semua itu akan menjadikan sedian tidak bekerja dengan baik dan tidak memberikan terapi yang baik juga pastinya. Pada artikel ini akan membahas tentang bagaimana evaluasi dari basis emulgel maupun sedian emulgel itu sendiri.
Thursday, November 10, 2016
Fungsi Sistem Saraf Otonom Bagi Tubuh
Apotekers.com Saraf parasimpatik dan saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Sitem saraf otonom mengatur fungsi tubuh baik organ maupun jaringan bekerja tanpa dikehendaki, tanpa disadari. Pada artikel ini akan membahas bagaimana fungsi dari sitem saraf parasimpatik dan sistem saraf simpatik bagi fsiologi tubuh manusia.
Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf ini menghasilkan neurotransmiter asetilkolin yang besar peranannya dalam melakukan aktivitas fsiologi, diantaranya :
- Mengatur Aktivitas Otot-Otot Polos
- Mengatur Aktivitas Otot Rangka
- Meningkatkan Aktivitas Otak
- Meransang Sekresi Air Liur dan Air Mata
- Membantu Proses Pencernaan
- Mengontrol Denyut Nadi Jantung
Asetilkolin melakukan fungsi antagonis fungsional dengan norepinefrin di jantung sehingga mengontrol denyut nadi jantung berada dalam keadaan normal
- Membantu Proses Metabolisme
Asetilkolin mengontrol pengeluaran insulin dari sel beta pankrean, sehingga berperan dalam membantu proses metabolisme karbohidrat dan juga membantu proses metabolisme lemak dan protein dalam tubuh, yang akan mengubahnya menjadi energi.
- Berperan dalam sistem reproduksi
Asetilkolin meranngsang sel saraf kelamin ( nervus pundendus ), terjadi vasodilatasi arteri pembuluh darah, cavum cavernosum akan terisi darah, pembuluh darah vena akan tertutup, akan menimbulkan turgor, dan akhirnya terjadi ereksi, baik pada laki-laki maupun wanita.
- Meransang Mukus
Meransang mukus atau zat pelincir pada vagina agar terhindar dari kerusakan benda-benda tumpul
- Membantu Proses Glikogenesis
Dihati asetilkolin berperan dalam membantu proses glikogenesis, membantu enzim Uridine Diphospho Glucose (UDPG) membentuk glikogen untuk disimpan dihati.
Sistem Saraf Simpatik
Sistem saraf ini menghasilkan norepinefrin yang berperan penting dalam mengatur aktivitas fsiologis tubuh manusia, diantaranya :
- Merelaksasi Otot Polos, bekerja antagonis fungsional dengan sistem saraf parasimpatik
- Merelaksasi Otot Rangka bekerja antagonis fungsional dengan sistem saraf parasimpatik
- Norepineprin Dengan Serotonin mengatur fungsi sitem saraf pusat dan juga menjaga perasaan mood yang baik pada manusia
- Norepenefrin bersar perannya dalam mengurangi sekresi air liur, agar liur yang dikeluarkan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh
- Mengatur proses glikogenolisis hal ini berperan pada saat puasa maupun kelaparan, yaitu mengubah glikogen menjadi glukosa yang bisa digunakan sebagai sumber energi.
- Menghasilkan glukagon hal ini berguna untuk mengimbangi insulin pada saat kelaparan
- Berperan dalam sistem reproduksi menggantikan fungsi asetilkolin dari berereksi menjadi ejakulasi
- Memperkuat atau mengimbangi kontraksi jantung yang dapat mengimbangi asetilkolin pada reseptor jantung
- Mengimbangi kerja dari asetilkolin di usus yang meransang peristlatik usus sehingga dapat terhindar dari diare atau kontraksi lainya.
- Mengimbangi sekresi mukus pada vagina agar mukus yang diproduksi tidak berlebihan.
Sumber : Patofsiologi Farmakologi Farmakoterapi
Sunday, November 6, 2016
Thursday, November 3, 2016
Dinamika Obat Dalam Tubuh Sampai Menimbulkan Efek
Dinamika Obat Dalam Tubuh
Obat yang telah mengalami biotransformasi di hati akan didistribusikan keseluruh tubuh dan senyawa dengan struktur kimia yang cocok dengan resptornya akan mengalami afinitas membentuk ikatan komplek antara obat dengan reseptor. Obat yang telah berikatan dengan reseptornya akan menimbulkan efek, disebut dengan aktivitas intrinsik. Aktivitas intrinsik maksudnya efek obat pada sel efektor, dan sel efektor sendiri adalah reseptor-reseptor yang ada pada permukaan sel target yang terdiri dari sejenis protein.
Efektifvitas suatu senyawa obat mempunyai batas maksimum, tergantung jumlah senyawa obat yang menduduki reseptor. Disamping kapasitas obat dengan reseptornya, efek obat juga dipengaruhi oleh asosiasi dan disosiasi. Asosiasi adalah kemampuan obat untuk bergabung dengan reseptor, sementara disosiasi adalah penguraian obat setelah berikatan dengan reseptor. Ada sebagian obat yang berikatan dengan reseptornya secara reversibel dan ada yang secara ireversibel. Maksudnya reversibel adalah obat setelah berikatan dengan reseptor akan diuraikan kembali, tergantung derajat diisosiasi, sedangkan gaya ireversibel adalah obat tersebut berikatan sangat kuat dengan reseptornya yang akan memperlama waktu penguraian obat tersebut. Dan tentunya gaya afinitas suatu obat dengan reseptornya tergantung kepada jenis gaya yang dipunyai oleh senyawa tersebut.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan jika asosiasinya cepat dan disosiasinya lambat, maka mulai bekerja obat cepat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih lama, dan begitu juga jika asosiasinya lambat dan disosiasinya cepat, mulai kerja obat lambat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih cepat.
Reseptor mempunyai kapasiatas yang terbatas dalam menerima senyawa obat, sehingga efek yang ditimbulkan juga akan terbatas, yang disebut dengan efek minimal. Efek obat akan menjadi maksimal apabila semua resptor telah diduduki oleh senyawa obat, artinya obat tersebut tidak akan bertambah efeknya dalam tubuh walawpun konsentrasinya ditingkatkan. Setelah obat tadi beraktivitas dalam tubuh, maka obat akan mengalami proses eliminasi, yaitu obat dikeluarkan dari tubuh dapat bersama urine melalui ginjal, sperma, air susu ibu dan keringat. Dalam bidang ilmu farmasi cariran yang dikeluarkan melalui ginjal dapat digunakan sebagai indikator dalam mendukung diagnosa penyakit seperti kreatinin, ureum, asam urat, glukosa dalam urin, dan juga elektrolit seperti K, Na, Ca maupun senyawa lainya.
Sumber : Patofsiologi, Farmakologi, Farmakoterapi
Subscribe to:
Posts (Atom)