Thursday, November 3, 2016

Dinamika Obat Dalam Tubuh Sampai Menimbulkan Efek

Dinamika Obat Dalam Tubuh Sampai Menimbulkan Efek

Dinamika Obat Dalam Tubuh

Obat yang telah mengalami biotransformasi di hati akan didistribusikan keseluruh tubuh dan senyawa dengan struktur kimia yang cocok dengan resptornya akan mengalami afinitas membentuk ikatan komplek antara obat dengan reseptor. Obat yang telah berikatan dengan reseptornya akan menimbulkan efek, disebut dengan aktivitas intrinsik. Aktivitas intrinsik maksudnya efek obat pada sel efektor, dan sel efektor sendiri adalah reseptor-reseptor yang ada pada permukaan sel target yang terdiri dari sejenis protein.

Efektifvitas suatu senyawa obat mempunyai batas maksimum, tergantung jumlah senyawa obat yang menduduki reseptor. Disamping kapasitas obat dengan reseptornya, efek obat juga dipengaruhi oleh asosiasi dan disosiasi. Asosiasi adalah kemampuan obat untuk bergabung dengan reseptor, sementara disosiasi adalah penguraian obat setelah berikatan dengan reseptor. Ada sebagian obat yang berikatan dengan reseptornya secara reversibel dan ada yang secara ireversibel. Maksudnya reversibel adalah obat setelah berikatan dengan reseptor akan diuraikan kembali, tergantung derajat diisosiasi, sedangkan gaya ireversibel adalah obat tersebut berikatan sangat kuat dengan reseptornya yang akan memperlama waktu penguraian obat tersebut. Dan tentunya gaya afinitas suatu obat dengan reseptornya tergantung kepada jenis gaya yang dipunyai oleh senyawa tersebut.

Sehingga bisa ditarik kesimpulan jika asosiasinya cepat dan disosiasinya lambat, maka mulai bekerja obat cepat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih lama, dan begitu juga jika asosiasinya lambat dan disosiasinya cepat, mulai kerja obat lambat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih cepat.

Reseptor mempunyai kapasiatas yang terbatas dalam menerima senyawa obat, sehingga efek yang ditimbulkan juga akan terbatas, yang disebut dengan efek minimal. Efek obat akan menjadi maksimal apabila semua resptor telah diduduki oleh senyawa obat, artinya obat tersebut tidak akan bertambah efeknya dalam tubuh walawpun konsentrasinya ditingkatkan.  Setelah obat tadi beraktivitas dalam tubuh, maka obat akan mengalami proses eliminasi, yaitu obat dikeluarkan dari tubuh dapat bersama urine melalui ginjal, sperma, air susu ibu dan keringat. Dalam bidang ilmu farmasi cariran yang dikeluarkan melalui ginjal dapat digunakan sebagai indikator dalam mendukung diagnosa penyakit seperti kreatinin, ureum, asam urat, glukosa dalam urin, dan juga elektrolit seperti  K, Na, Ca maupun senyawa lainya.

Sumber : Patofsiologi, Farmakologi, Farmakoterapi

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon