Apotekers.com Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
Featured
Home
Posts filed under Ilmu Farmasi
Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts
Tuesday, December 13, 2016
Sediaan Tablet
Apotekers.com Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
Sunday, December 11, 2016
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT
Apotekers.com Sifat kimia fisika dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat oleh karena dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh dan proses interaksi obat-reseptor. Beberpa sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan aktivitas biologis antara lain adalah ionisasi, pementukan kelat, potensial redoks dan tegangan permukaan.
Thursday, December 8, 2016
Tuesday, December 6, 2016
Monday, December 5, 2016
Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB)
Apotekers.com Dalam setiap pendistribusian obat haruslah dilakukan dengan cara yang tepat, dan baik agar obat yang didistribusikan terjamin kualitas mutunya. Hal ini memanglah tidak mudah dilakukan mengingat banyak cara yang harus dilakukan dalam distribusi obat yang baik. Pada artikel ini akan membahas bagaimana cara distribusi obat yang baik.
Friday, November 25, 2016
Peranan Apoteker Dalam Penanggulangan TBC
Apotekers.com Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengobatan TBC adalah resistensi. Resistensi ini dapat terjadi, umunya karena penggunaan obat yang tidak sesuai, atau karena pasien yang menggunakan obat tidak sesuai dengan jadwal atau dosisnya dan karena mutu obat yang dibawah standar.
Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan terjadinya penularan kepada orang yang disekitar penderita, juga memerlukan biaya yang tinggi dalam pengobatan tahap berikutnya yang memerlukan obat-obat generasi selanjutnya.
Dalam hal inilah peran Apoteker dituntut dalam membantu pendrita untuk menjadi lebih taat/ patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pelayanan pasien penderita TB dengan sebaiknya, diantaranya :
- Melaksanakan konsep pencampuran obat yang baik sesuai dengan konsep Good Pharmacy Practice, terutama jika melakukan peracikan obat TB untuk anak-anak
- Memperhatikan agar hati-hati menyerahkan obat tunggal
- Memberikan informasi dan mengupayakan konseling yang baik
- Menjalankan fungsi monitoring kepatuhan minum obat.
Beberapa hal lain yang dapat dilakukan oleh Apoteker antara lain :
1. Perhatian terhadap wanita hamil, misalnya
a. Streptomisin dapat menembus barier placenta dan dapat menyebabkan permanen otottoxic terhadap janin dengan akibatnya terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada janis tersebut
b. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatanya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkanya terhindar dari kemungkinan penularan TB.
2. Ibu menyusui dan bayinya,
Agar benar-benar patuh, karena dapat menularkan TB pada bayinya, walaupun tidak perlu memisahkan ibu dan bayi. Sedangkan untuk bayinya dapat dianjurkan untuk pengobatan pencegahan, dengan INH ata BCG sesuai dengan berat badanya selama 6 bulan.
3. Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi
Perlu diperhatikan rifampisin dapat berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi non hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg).
4. Penderita TB dengan hepatitis akut,
Maka pengobatan TB perlu ditunda sampai hepatitisnya akutnya mengalami penyembuhan. Namun pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin dan etambutol selama 3 bulan sampai hepatitisnya sembuh dan dilanjutkan dengan rifampisin dan isoniazid selama 6 bulan, bila hepatitisnya tidak sembuh sterptomisin dan etambutol dilanjutkan selama 12 bulan.
5. Penderita TB dengan penyakit hati kronik
Dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TB, kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 bulan obat harus dihentikan. Sedangkan Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan.
6. Penderita Tb dengan gangguan ginjal
Hindari penggunaan streptomisin dan etambutol kecuali dapat dialakuan pengawasan fungsi ginjal dan dengan dosis diturunkan atau interval pemberian yang lebih jarang.
7. Penderita TB dengan diabetes melitus
Diabetesnya harus dikontrol dengan baik dan perlu diperhatikan bahwa penggunaan Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfanil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena mempunyai komplikasi terhadap mata.
8. Penderita TB yang perlu mendapatkan kotikosteroid
Hal ini hanya diberikan pada TB maningitis, TB millier dengan atau tanpa gejala-gejala maningitis. TB Pleuritis eksudativa, TB perikarditis konstriktiva.
Sunday, November 20, 2016
Persyaratan Dalam Mendirikan PBF
Apotekers.com Bagi sebagian tenaga kefarmasian ataupun Apoteker terkadang ingin membuka usaha untuk bisa melanjutkan kehidupan. Salah satu usaha yang biasa diinginkan adalah mendirikan sebuah PBF. Tentunya tidak hanya Apoteker yang ingin mendirikan ini banyak pelaku usaha lain menginginkan mendirikan usaha ini. Untuk itu pada kesempatan ini akan dibahas mengenai tata cara perizinan dalam mendirikan PBF.
Subscribe to:
Posts (Atom)