Friday, November 25, 2016

Peranan Apoteker Dalam Penanggulangan TBC

Peranan Apoteker Dalam Penanggulangan TBC Apoteker Obat TBC penyakit tbc  tb paru  gejala tbc  penyakit tibi  tbc paru  obat tbc  tuberkulosis  penyakit tbc paru  obat tbc paru  penyakit tb paru  obat penyakit tbc  obat tb paru  obat herbal tbc  pengobatan tb paru  tanda tanda tbc  tanda tanda penyakit tibi  tanda penyakit tibi  pengobatan tbc paru  obat tradisional tbc  pengobatan tbc  tanda tanda penyakit tbc  tb paru pada anak  penyakit tbc paru paru  penyembuhan tbc  gejala tb  obat tbc tradisional  tanda tbc  penyakit tbc pada anak  virus tbc  obat tbc herbal


Apotekers.com  Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengobatan TBC adalah resistensi. Resistensi ini dapat terjadi, umunya karena penggunaan obat yang tidak sesuai, atau karena pasien yang menggunakan obat tidak sesuai dengan jadwal atau dosisnya dan karena mutu obat yang dibawah standar.

Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan terjadinya penularan kepada orang yang disekitar penderita, juga memerlukan biaya yang tinggi dalam pengobatan tahap berikutnya yang memerlukan obat-obat generasi selanjutnya.

Dalam hal inilah peran Apoteker dituntut dalam membantu pendrita untuk menjadi lebih taat/ patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pelayanan pasien penderita TB dengan sebaiknya, diantaranya :

  • Melaksanakan konsep pencampuran obat yang baik sesuai dengan konsep Good Pharmacy Practice, terutama jika melakukan peracikan obat TB untuk anak-anak
  • Memperhatikan agar hati-hati menyerahkan obat tunggal
  • Memberikan informasi dan mengupayakan konseling yang baik
  • Menjalankan fungsi monitoring kepatuhan minum obat.
Beberapa hal lain yang dapat dilakukan oleh Apoteker antara lain :

1. Perhatian terhadap wanita hamil, misalnya 

a. Streptomisin dapat menembus barier placenta dan dapat menyebabkan permanen otottoxic terhadap janin dengan akibatnya terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada janis tersebut
b. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatanya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkanya terhindar dari kemungkinan penularan TB.

2. Ibu menyusui dan bayinya,
Agar benar-benar patuh, karena dapat menularkan TB pada bayinya, walaupun tidak perlu memisahkan ibu dan bayi. Sedangkan untuk bayinya dapat dianjurkan untuk pengobatan pencegahan, dengan INH ata BCG sesuai dengan berat badanya selama 6 bulan.

3. Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi
Perlu diperhatikan rifampisin dapat berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi non hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg).

4. Penderita TB dengan hepatitis akut, 
Maka pengobatan TB perlu ditunda  sampai hepatitisnya akutnya mengalami penyembuhan. Namun pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin dan etambutol selama 3 bulan sampai hepatitisnya sembuh dan dilanjutkan dengan rifampisin dan isoniazid selama 6 bulan, bila hepatitisnya tidak sembuh sterptomisin dan etambutol dilanjutkan selama 12 bulan.

5. Penderita TB dengan penyakit hati kronik
Dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TB, kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 bulan obat harus dihentikan. Sedangkan Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan.

6. Penderita Tb dengan gangguan ginjal
Hindari penggunaan streptomisin dan etambutol kecuali dapat dialakuan pengawasan fungsi ginjal dan dengan dosis diturunkan atau interval pemberian yang lebih jarang.

7. Penderita TB dengan diabetes melitus
Diabetesnya harus dikontrol dengan baik dan perlu diperhatikan bahwa penggunaan Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfanil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena mempunyai komplikasi terhadap mata.

8. Penderita TB yang perlu mendapatkan kotikosteroid 
Hal ini hanya diberikan pada TB maningitis, TB millier dengan atau tanpa gejala-gejala maningitis. TB Pleuritis eksudativa, TB perikarditis konstriktiva. 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon