Thursday, September 22, 2016

Jurnal Pengembangan dan Validasi Metoda Analisis Zat Pengawet Natrium Benzoat Pada Cabe Giling



Jurnal Pengembangan dan Validasi Metoda Analisis Zat Pengawet Natrium Benzoat Pada Cabe Giling

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE ANALISIS ZAT PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA CABE MERAH GILING SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

B.A. Martinus, Yudhea Gemilang Putri, Regina Andayani
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang

ABSTRACT

            A research development and validation of analytical methods of preservative sodium benzoate on ground red chili ultraviolet spectrophotometry. Analysis of the preservative sodium benzoate on ground red chili by extracting a sample using n-hexane solvent. Determination of the preservative sodium benzoate a extract of chili milled using spectrophotometric ultraviolet at wave lenght of maximum absorption reference standart sodium benzoate 272,0 nm by using ethanol. Analytical methods preservative sodium benzoate on red chili milled meet validation criteria include: linearity = 0,9999, limit of detection = 1,50 μg/mL, limit of quatification= 5,02μg/mL, precision intra-day and presisi inter-day = < 2% and average accuracy = 97,23%. The result of the analysis of the active ingredient sodium benzoate preservative in ground red chili in Pasar Raya Padang city, identified containing sodium benzoate that over the maximum levels set out in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 722/MenKes/Per/IX/1988 that is 1 g/kg weight material in the samples A,B, and C that over the maximum levels. Sample       A= 5,5330g/kg g/kg, sample B= 6,4318g/kg and sample C=1,6902g/kg.While the samples D,E and F are not identified sodium benzoate.
     

 KeywordsRed chili, Sodium benzoate, spectrophotometry Ultraviolet


PENDAHULUAN

Bahan pengawet merupakan salah satu bahan tambahan makanan (food additive) yang digunakan untuk mengawetkan pangan yang mudah rusak. Bahan ini dapat mengahambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Akan tetapi tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur (Cahyadi, 2009).
Pengawet yang banyak dijual di pasaran digunakan untuk pengawetan berbagai bahan pangan adalah asam benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Natrium benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman, seperti sari buah, minuman ringan, cabe merah giling, saus tomat, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain (Cahyadi, 2009; Syamsinar, 1991).
Natrium benzoat merupakan garam dari asam benzoat yang banyak digunakan dari pada bentuk asamnya, karena kelarutannya lebih baik dalam air. Asam benzoat dan garamnya bekerja optimum menghambat pertumbuhan bakteri pada pH 2,5-4,0 karena itu sangat cocok digunakan pada makanan yang bearasam (Winarno, 1980). Natrium benzoat dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi tubuh bila digunakan diatas batas maksimum yang dibolehkan, seperti: keram perut, rasa kebas di mulut, dan kanker (Mukarni, 1999; Sartono, 2001; Butarbutar, 2007).
Untuk menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh cabe merah giling yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat, maka dilakukan pengujian untuk menganalisis kandungan pengawet natrium benzoat pada cabe merah giling dengan menggunakan validasi metode analisis secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan panjang gelombang 200-400 nm.
 Alat dan Bahan
Alat
Corong pisah, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, plat tetes, cawan penguap, timbangan analitik, kaca arloji, pipet ukur, karet hisap, botol semprot, kertas saring, spatel, Rotary evaporator dan Spektrofotometer UV PGI +92 (Merck).
Bahan
            Sampel (cabe merah giling), Aquadest, Asam Benzoat.p.a, Natrium Klorida.p.a, Natrium Hidroksida.p.a, Asam Klorida (HCl).p.a, Ammonia.p.a, Etanol.p.a, n-heksan, Asam Sulfat.p.a, Perak Nitrat.p.a, Besi(III) Klorida.p.a, Amonium Hidroksida.p.a.
Metode Penelitian
a.      Pengambilan Sampel
Sampel cabe merah giling dibeli di Pasar Raya Kota Padang, dimana sampel yang digunakan diambil di beberapa tempat di Pasar Raya Kota Padang.
b.      Ekstraksi Pengawet dari Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 20,0152 gram sampel A, 20,0135 gram sampel B, dan 20,0098 gram sampel C kemudian ditambahkan larutan NaCl jenuh 46 mL, pindahkan ke labu ukur 50 mL, tambahkan HCl 10% sampai 50 mL, Kocok, kemudian masukkan ke corong pisah lalu tambahkan pelarut organik yaitu n-heksan. Larutan dikocok sampai terpisah menjadi 2 lapisan, lapisan n-heksan ditampung dan lapisan air/garam difraksinasi kembali dengan pelarut n-heksan sampai 4 kali kemudian n-heksan yang telah ditampung digabungkan. Selanjutnya dilakukan proses penguapan pelarut organik dengan rotary evaporator pada suhu 30-500C. rotary evaporator bertujuan untuk menguapkan pelarut yang terdapat pada sampel tersebut agar pelarutnya tertarik sempurna, sehingga sampel dapat di ukur kadarnya dengan murni. Sampel di rotary  sampai diperoleh volume hingga 5 mL, dan diuapkan lagi diatas waterbath hingga kering. Kemudian masukkan ekstrak kering ke dalam labu ukur 50 mL larutkan dengan etanol sampai tanda batas. Lalu di pipet 1 mL masukkan ke dalam labu ukur 25 mL tambahkan etanol sampai tanda batas. Diukur absorbansinya kemudian diplotkan dengan kurva standar untuk menentukan kadar asam benzoatnya.
Validasi Metode Penetapan Kadar Pengawet Natrium Benzoat Secara Spektrofotometri Ultraviolet

Ø  Linearitas dan Kurva Kalibrasi
            Linearitas dilakukan dengan analisis seri larutan standar asam benzoat(0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 µg/mL). Ukur absorban dengan panjang gelombang 272,0nm Spektrofotometri Ultraviolet. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplot antara konsentrasi larutan standar asam benzoat terhadap luas area masing-masing konsentrasi. Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien korelasi pada persamaan linear y= a + bx. Persamaan linear ini dapat digunakan jika faktor korelasinya 0,98 <  r  <  1.
Ø  Penentuan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)
            Batas deteksi dan kuantitasi dapat di hitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx.
 Batas deteksi LOD =   dan  batas kuantitasi LOQ =
Ø  Presisi
Pengukuran presisi intra-day dilakukan pada 3 tingkat konsentrasi Asam Benzoat standar yaitu 20, 40, dan 60 μg/mL. Dan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dalam satu hari pengerjaan. Sedangkan yang interday dilakukan pada tingkat konsentrasi yaitu 20, 40, dan 60 μg/mL, dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan selama tiga hari berturut-turut.
Ø  Akurasi
    Akurasi dinyatakan dengan penilaian % perolehan kembali (Recovery). Akurasi ditentukan dengan memasukkan sampel C3.3 kedalam masing - masing tiga labu ukur 50 mL kemudian untuk penambahan standar 40%, 80% dan 120% masing – masing ditambahkan dengan cara memipet 0,45 mL ; 0,89 mL ; 1,34 mL larutan induk asam benzoat 1000 ppm ke dalam 3 buah labu ukur 50 mL yang telah berisi larutan sampel C3.3. Kemudian tambahkan etanol sampai tanda batas. Larutan dianalisis dengan Spektrofotometri UV. Absorban diukur sebanyak tiga kali pengulangan untuk setiap larutan hasil dinyatakan dalam % perolehan kembali (% Recovery).
Ø  Penetapan Kadar Natrium Benzoat dalam Sampel dengan Spektrofotometer Ultraviolet
Ekstraks kering sampel cabe yang didapat masukkan ke dalam labu ukur 50 mL di pipet 1 mL masukkan ke labu ukur 25 mL kemudian tambahkan etanol sampai tanda batas. Ukur serapan larutan sampel dengan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang serapan maksimum.
K = 
Keterangan :
  K      :  Kadar asam benzoat yang terdeteksi sampel (g / mL)
  C  : Konsentrasi asam benzoat yang terdeteksi dalam sampel yang diukur ke dalam Spektrofotometri UV
  V     :  Volume total sampel
  Fp    :  Faktor pengenceran
  W    :  Berat sampel  


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Setelah dilakukan penelitian mengenai pemeriksaan kadar natrium benzoat pada cabe merah giling di pasar Raya kota Padang dengan metode Spektrofotometer ultraviolet diperoleh hasil sebagai berikut :
1.      Uji kualitatif pada sampel A, sampel B dan sampel C.
2.      Penentuan panjang gelombang maksimum asam benzoat dilakukan pada panjang gelombang 200-400 nm. Natrium benzoat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 272,0 nm.

Ø  Linearitas
Pembuatan kurva kalibrasi natrium benzoat dengan menggunakan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 μg/mL diperoleh persamaan linearitas y= 0,2069 + 0,005x. Dengan nilai a= 0,2069, b=0,005 dan nilai koefisien korelasinya r adalah 0,9999.

Ø  Uji LOD dan LOQ
Hasil pengukuran batas deteksi dan batas kuantitasi diperoleh nilai batas deteksi adalah 1,50869 μg/mL dan batas kuantitasi adalah 5,0289 μg/mL.

Ø  Presisi
Penentuan presisi intra-day dilakukan pada konsentrasi 20, 40, dan 60 μg/mL dengan nilai %KV pada konsentrasi 20 μg/mL yakni 0,56 %, konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,29 % dan pada konsentrasi 60 μg/mL yakni 0,19 %.Penentuan presisi inter-day natrium benzoat dilakukan pada konsentrasi 20 μg/mL, 40 μg/mL, dan 60 μg/mL dengan nilai %KV pada konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,56 %; 0,54 %; 0,55 % pada konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,29 %; 0,75 %; 0,48 % dan pada konsentrasi 60 μg/mL yakni 0,19 %; 0,19 % ; 1,4 %.

Ø  Akurasi
Nilai perolehan kembali natrium benzoat pada sampel C dengan penambahan 40 %, 80 % dan 120 % adalah 96,54 %, 97,10 % dan 98,05 %.

Kadar Pengawet Natrium Benzoat
Sampel A mengandung natrium benzoat sebesar 5,5330 g/kg, sampel B sebesar 6,4318 g/kg dan sampel C sebesar 1,6902 g/kg.

Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium benzoat pada cabe merah giling yang dijual di pasar Raya kota Padang dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet. Karena metode ini memiliki banyak keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaanya mudah, sederhana, cukup sensitif dan selektif, biayanya relatif murah dan mempunyai kepekaan analisis cukup tinggi (Munson, 1991).  Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cabe merah giling diambil dari beberapa tempat di pasar Raya kota Padang sebanyak 6 sampel.
Dalam pengerjaan sebelum dilakukan pemeriksaan kadar natrium benzoat terlebih dahulu sampel di fraksinasi. Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut, biasanya air dengan pelarut organik. Fraksinasi biasanya menggunakan pelarut orgnik seperti eter, aseton, benzena, etanol, n-heksan dan dikloroetana. Pelarut organik yang digunakan adalah n-heksan, mula-mula ke dalam sampel ditambahkan NaCl jenuh, bertujuan untuk proses salting out yaitu proses penambahan larutan elektrolit ke dalam fase air yang mengandung senyawa organik, penambahan larutan elektrolit ini difungsikan agar kelarutan senyawa organik dalam air bisa menurun dan juga konsentrasi senyawa organik dalam fase organik akan lebih besar dari pada dalam fase air. Kemudian larutan tersebut di encerkan dengan HCl 10% yang tujuan untuk menghidrolisis natrium benzoat menjadi asam benzoat dan air. Kocok, kemudian masukkan ke corong pisah lalu tambahkan pelarut organik yaitu n-heksan, pada lapisan heksan akan terekstraksi asam benzoat dan lapisan air terdapat senyawa senyawa lain yang bersifat polar, kemudian lapisan heksan ditampung dan digabung. Selanjutnya dilakukan proses penguapan pelarut organik dengan rotary evaporator pada suhu 30-500C. Pemakaian rotary evaporator bertujuan untuk menguapkan pelarut yang terdapat pada sampel tersebut agar pelarutnya tertarik sempurna, sehingga sampel dapat di ukur kadarnya dengan murni. Sampel di rotary  sampai diperoleh volume hingga 5 mL, dan diuapkan lagi diatas waterbath hingga kering.
Hasil ekstrak kering yang diperoleh dari sampel A,B dan C kemudian dilakukan analisis kualitatif, dengan menambahkan beberapa tetes NaOH + FeCl3 5% ke dalam sampel, jika mengandung asam benzoat akan terbentuk endapan orange kekuningan. Setelah dilakukan pemeriksaan semua sampel mengandung asam benzoat, kemudian ekstrak sampel dengan  etanol dan H2SO4 dipanaskan menimbulkan bau etil benzoat (esterifikasi), dan ekstrak sampel dengan AgNO3 menghasilkan endapan putih kemudian ditambah ammonia encer endapan putih hilang. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan menggunakan alat spektrofotometer ultraviolet terlebih dahulu dibuat larutan induk untuk menentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan adalah asam benzoat standar dan dijadikan sebagai pembanding dalam menganalisis kualitatif sampel, dapat dilihat dari perbandingan hasil spektrum asam benzoat standar dengan sampel, bahwa sampel tersebut berada dalam kurva asam benzoat standar sehingga dapat dikatakan sampel mengandung asam benzoat. Sedangkan pada sampel D,E dan F tidak menghasilkan endapan, perubahan warna dan tidak menimbulkan bau etil benzoat (esterifikasi).
Kemudian ekstrak kering Sampel A,B,C,D,E,F dilakukan analisis kuantitatif dengan menentukan absorbannya dengan menggunakan alat spektrofotometer ultraviolet. Ekstrak kering tersebut dilarutkan dengan pelarut etanol dalam labu ukur 50 mL, lalu dipipet 1 mL dari larutan tersebut masukkan dalam labu 25 mL tambahkan etanol sampai tanda batas. kemudian diukur absorbannya untuk menentukan kadar. Pada sampel A,B,C didapat absorban 0,308-0,710 secara kualitatif memberikan hasil yang negatif (tidak terdeteksi).
Pembuatan kurva kalibrasi natrium benzoat dengan menggunakan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 μg/mL diperoleh persamaan linearitas y= 0,2069 + 0,005x. Dengan nilai a= 0,2069, b=0,005 dan nilai koefisien korelasinya r adalah 0,9999. Hasil menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi mendekati 1 sehingga kurva kalibrasi natrium benzoat memberikan nilai linearitas yang baik, dan penetapan kadar dengan kurva kalibrasi terjamin kebenarannya (Mulja, 2003).
Batas deteksi (LOD) = 1,50869 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) = 5,0289 μg/mL. Perhitungan dilakukan secara statistik melalui garis regresi linear dari kurva kalibrasi. Batas deteksi merupakan batas minimum suatu analit yang dapat dideteksi sedangkan batas kuantitasi merupakan batas minimum analit yang dapat dihitung kadarnya (Mulja, 2003). Dari hasil nilai batas deteksi dan batas kuantitasi terlihat bahwa nilai batas deteksi dan batas kuantitasi yang didapatkan lebih rendah daripada  konsentrasi natrium benzoat dalam penetapan kadar. Oleh karena itu, kurva kalibrasi yang diperoleh sebelumnya dapat digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa natrium benzoat, selama konsetrasi yang digunakan berada diatas nilai batas kuantitasi.
Penentuan  presisi intra-day dilakukan pada konsentrasi konsentrasi 20 μg/mL, 40 μg/mL, dan 60 μg/mL dengan nilai %KV pada konsentrasi 20 μg/mL yakni 0,56 %, konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,29 % dan pada konsentrasi 60 μg/mL yakni 0,19 %.
Penentuan presisi inter-day natrium benzoat juga dilakukan pada konsentrasi 20 μg/mL, 40 μg/mL dan 60 μg/mL dengan nilai %KV pada konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,56 %; 0,54 %; 0,55 % pada konsentrasi 40 μg/mL yakni 0,29 %; 0,75 %; 0,48 % dan pada konsentrasi 60 μg/mL yakni 0,19 %; 0,19 % ; 1,4 %. Berdasarkan literatur FDA (2013) suatu metode memberikan keterulangan yang baik jika nilai % KV atau koefisien variasi tidak melebihi 2 %, kecuali pada kadar analit yang dibawah batas kuantitas, dimana % KV tidak melebihi 2 %. Karena kadar analit berada diatas nilai batas kuantitas,  maka kriteria penerimaan uji presisi pada metode ini adalah tidak melebihi 2 %. Penyimpangan yang terjadi baik intra-day maupun inter-day, masih dalam rentang yang diizinkan dan dapat dikatakan metode yang digunakan memiliki keterulangan yang baik dalam suatu analisis. Semakin kecil nilai % KV yang diperoleh maka semakin tepat analisis yang dilakukan dan semakin baik digunakan untuk analisis  suatu senyawa kimia (Harmita, 2004).
Akurasi merupakan kedekatan nilai terukur (nilai rata-rata analisis) dengan nilai yang diterima sebagai nilai yang sabenarnya, baik nilai konvensi, nilai sebenarnya atau nilai rujukan (Rahman, 2009). Penentuan akurasi dapat ditentukan dengan uji perolehan kembali menggunakan cabe merah giling yang ditambahkan standar asam benzoat yang telah diketahui kadarnya. Lalu uji perolehan kembali diperoleh dengan membandingkan kadar hasil analisis dengan kadar cabe merah giling yang sebenarnya (Harmita, 2006). Persen perolehan kembali yang diperoleh pada sampel C dengan penambahan baku 40 %, 80 % dan 120 % berturut – turut adalah 96,54 %, 97,10 % dan 98,05 %. Hasil analisis yang diperoleh memenuhi kriteria penerimaan uji akurasi untuk persen perolehan kembali yaitu 95-102 % (AOAC, 2002).
Hasil pengukuran kadar sampel A mengandung natrium benzoat sebesar 5,5330 g/kg. Sampel B mengandung natrium benzoat sebesar 6,4318 g/kg. Sampel C mengandung natrium benzoat 1,6902 g/kg. Dari tiga sampel cabe merah giling(sampel A,B, dan C) yang diuji semuanya mengandung pengawet natrium benzoat yang cukup tinggi, menurut persyaratan SNI batas maksimum penggunaan natrium benzoat adalah 1 g/kg sedangkan dalam sampel A 20,0152 g, Sampel B 20,0135 g dan Sampel C 20,0098 g cabe merah giling sudah mengandung 5,5330 g/kg; 6,4318 g/kg; dan 1,6902 g/kg. Perbedaan hasil kadar natrium benzoat pada sampel yang didapatkan karena kurangnya kontrol terhadap produsen karena produknya tidak memiliki izin DepKes RI, ketidaktahuan produsen terhadap efek yang ditimbulkan oleh benzoat yang berlebih terhadap orang yang mengkonsumsinya dan adanya keinginan produsen agar produknya awet dalam kurun waktu cukup lama sehingga penambahan bahan pengawet tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Pemakaian Natrium benzoat yang berlebih dapat menimbulkan efek atau pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsinya seperti: penyakit kulit dermatitis (penyakit kulit yang ditandai dengan gatal-gatal dan bentol-bentol), asma, urtikaria (biduran yang ditandai dengan timbulnya cairan pada permukaan disertai rasa gatal-gatal), angio edema (penimbunan cairan pada lapisan kulit yang lebih dalam yang dapat terjadi dalam saluran pernapasan atau pencernaan) (Trenggono, 1990).
Penggunaan pengawet pada makanan telah banyak digunakan oleh produsen, dapat dilihat dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lisawati (2010), yang menentukan kadar pengawet natrium benzoat pada cabe giling bahwa cabe giling positif mengandung natrium benzoat dan kadar natrium benzoat pada cabe giling bervariasi ada yang melewati batas maksimum berdasarkan Peraturan MenKes melebihi 1000 mg/kg. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Zaid Taib (2014) yang menganalisa senyawa benzoat pada kecap manis bahwa kecap manis menggunakan pengawet asam benzoat sebesar 18,59 mg/kg, 20,32 mg/kg, 19,97 mg/kg dan 21,46 mg/kg tetapi tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
Analisis zat pengawet natrium benzoat pada sirup ditemukan kadar natrium benzoat sebesar 564 mg/kg dengan metode KCKT (Subani, 2008). Penilitian yang dilakukan oleh Rustian (2015) kandungan natrium benzoat pada susu kedelai secara spektrofotometri UV-Vis ditemukan kadar natrium benzoat, yaitu pada sampel A sebesar 611,67 mg/kg, sampel B  sebesar 589,91 mg/kg, dan sampel C sebesar 605,78 mg/kg. Penelitian yang dilakukan oleh Butarbutar (2007) kandungan natrium benzoat yang diperoleh dari pedagang yang memproduksi sendiri cabai giling di pasar sukaramai yaitu 0,87 g/kg.
            Menurut penilitian Rustian (2015) tentang analisis pengawet natrium benzoat pada susu kedelai secara spektrofotometri UV-Vis dimana koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,998 dan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) yang diperoleh adalah  LOD = 19,28 ppm dan LOQ = 64,28 ppm. Sedangkan penilitian  yang peniliti peroleh nilai koefisien korelasinya (r) adalah 0,9999 dan LOD = 1,50869 ppm dan LOQ = 5,0289 ppm . Hasil yang peniliti peroleh menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi mendekati 1 sehingga kurva kalibrasi natrium benzoat memberikan nilai linearitas yang baik, dan penetapan kadar dengan kurva kalibrasi terjamin kebenarannya. Kemudian LOD dan LOQ yang peniliti peroleh nilainya lebih kecil dibandingkan dengan penilitian sebelumnya. Dimana semakin kecil nilai LOD dan LOQ yang diperoleh maka semakin sedikit analit yang terkandung didalam sampel.

Kesimpulan
Hasil validasi metode analisis pengawet natrium benzoat pada cabe merah giling telah memenuhi kriteria validasi meliputi: Linearitas, Batas Kuantitasi (BK), Batas Deteksi (BD), Presisi, dan Akurasi. Pada cabe merah giling di Pasar Raya Kota Padang teridentifikasi mengandung natrium benzoat pada sampel A,B,C dengan kadar masing-masing sebagai berikut: Sampel A= 5,5330 g/kg, sampel B= 6,4318 g/kg, dan sampel C= 1,6902 g/kg. Sedangkan pada sampel D,E,F tidak teridentifikasi mengandung natrium benzoat.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, L.H., 2008, Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung : Penerbit Alfa Beta.
AOAC. 2002. Guidelines For Validation Of Microbiological Methods For Food and Environmental Surfaces. AOAC International
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Bano, L. T, K. and Varama Krishnan. 1980. Pathogenicity of Antrachnose Fungus
Colletorichum capsici Various Thai Chili Varietas.
Tersedia: http://www.Thaiscience.info.
Butarbutar, S., 2007,  Analisa Kandungan Rhodamin B dan Natrium Benzoat Pada Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Giling Yang Dijual Dibeberapa Pasar di Kota Medan. (Skripsi). Medan: USU.
Cahyadi, W., 2009, Analisis dan Aspek KesehatanBahan Tambahan Pangan.  Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press.
Day, R. A., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerjemah: Pudjaatmaka, A.H. Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan.Jakarta: Dirjen POM.
Direktorat Jendral  Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Gandjar, I. G., Rohman, A.  2007, Kimia Farmasi Analisis, Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(3), 117-135.
Harmita. 2006. Analisa Fisikomia. Jakarta: UI Press.
Helrich, K.C., 1990, Official Methods of Analysis Association of Official Anlytical Chemist (AOAC) 15th Ed., 780-781, Association of Official Analitycal Chemicts Inc, USA.
Holme, D. J., 1983, Analytical Biochemistry, London: Longman Inc.
Howardtz, W., Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Ed. Volume II, Gairtherburg Maryland, 2002.
Istamar, S., dkk. 2004, Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah A. Saptoraharjo. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Kilham, W. 2006. The First Of The Occurence Of Anthracnose Disease Caused By Colletitrichum Gloeosporoides (Penz) Penz. And Sacc. On Dragon Fruit (Hylocercus). American Journal Of Applied Science.6(5); 902-912.
Lisawati, Y., 2010, Penetapan Kadar Pengawet Natrium Benzoat pada Cabe Giling yang Beredar di Pasar Raya Padang, Project Report, Lembaga Penelitian UNAND, Padang.
Moehyi, S., 1992, Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta.
Mukarni, R., 1999,  Peranan Bahan Kimia Sebagai Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Wahana.
Mulja, M., & Hanwar D, 2003. Prinsip-prinsip cara berlaboratorium yang baik (good laboratory practice). Majalah Farmasi Airlangga, 3 (2), 71-76.
Munson, J.W., 1991. Analisis Farmasi Metode Modern. Penerjemah: Harjana. Parwa B. Universitas Airlangga. Surabaya.
Rahman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Roth, J. H., 1998, Analisis Farmasi, Penerjemah: Kisman, dkk. Cetakan Ketiga. Yogyakarta. UGM Press.
Samadi, B., 1997, Budidaya Cabai Merah Secara Komersial. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Sartono, 2001, Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Satiadarma, K., 2004, Azas Pengembangan Prosedur Analisis, Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.
Setiadi, 2008. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subami, 2008, Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat dan Natrium Sakarin dalam Sirup. USU, Medan.
Syah, D., 2005, Manfaat dan Bahaya Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bandung.
Syamsinar, 1991, Peranan Bahan Tambahan Makanan dan Pengaturannya. Jakarta: Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman.
Taib, M.Z., 2014, Analisis Senyawa Benzoat pada Kecap Manis Produksi Lokal Kota Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, Vol. 3, No.1.
Trenggono, Z.N, Wibowo D., Murdjiati G, dan Mary A., 1990, Bahan Tambahan Pangan (Food Additive), Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta.
United States Pharmacopeia. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA: Twinbrook ParkWay Rockville.
Vogel, 1994, Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganic. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Winarno, F.G., Fardiaz, S., & Fardiaz, D., 1980, Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Penerbit G

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon