Dexamethasone

Table of Contents

Dexametason, Apa itu dexametason, indikasi, kontraindikasi, efeksamping, Peringatan dan perhatian, Interaksi obat, Posologi , dosis dexametason 0,5, dexametason 0,75, ikatan dokter indonesia, ikatan apoteker indonesia, farmasi, mahasiwa farmasi, mahasiswa apoteker, Apoteker

Dexamethasone adalah golongan adrenokortikosteroid sintetik "long acting" yang terutama mempunyai efek glukokortikoid dan mempunyai aktivitas anti inflamasi, anti alergi, hormonal dan efek metabolik. Pada dosis terapi tidak ada efek mineralokortikoid, sehingga retansi Natrium sedikit atau bahkan tidak ada, juga ekskresi Kalium minimal. Pada tingkat molekuler, diduga glukokortikold mempengaruhi sintesa protein, pada proses transkripsi RNA. Dexamethasone dapat diabsorpsi melalui saluran cerna.

Indikasi

  • Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder, hiperplasia adrenal bawaan, tiroiditis non supuratif, hiperkalsemia karena kanker. 
  • Rinitis alergi perenial, asthma bronkial, dermatitis kontak, dermatitis atopi, serum sickness, reaksi hipersensitivitas obat. 
  • Penyakit mata karena peradangan atau alergi dan bukan disebabkan oleh virus. 
  • Sebagai terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek seperti pada artritis psoriatik, artritis rematik, artritis rematoid "Jjuvenile". 
  • Systemic Lupus Erythematosus (SLE), karditis rematik akut. 
  • Pempigus, dermatitis herpetifomis bulosa, ertema multiformis yang berat  (Steven's Jhonson syndrome). 
  • Sarkoidosis. 
  • Edema serebral. 
  • Efek untuk edema tipe vasogenik seperti yang diakibatkan oleh tumor otak. khususnya metastase dan glioblastoma. 
  • Mungkin bermanfaat pada: Anemia hemolitik idiopatik dan otoimun. 
  • Nekrosis hepatik sub akut, hepatitis kronik aktif otoimun. 

Kontraindikasi 

  • Infeksi fungsi sistemik. 
  • Herpes simpleks okuler. 
  • Penderita yang sensitif terhadap obat tersebut dan komponennya. 

Efek Samping

  • Muskuloskeletal Otot lemas, miopati steroid, kehilangan massa otot. osteoporosis, kompresi fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang dan osteonekrosis. 
  • Saluran pencernaan: Tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan, pankreatitis, distansi abdominal dan esofagus ulseratif.
  • Dermatologi: Impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah dan keringat bertambah. 
  • Sistem saraf: Kejang, takanan intrakranial bertambah dengan edema papil ("pseudo tumor"), vertigo dan sakit kepala. 
  • Gangguan cairan dan elektrolit, 
  • Retensi natrium dan cairan (edema) jarang terjadi karena hanya sedikit mempunyai efek mineralokortikoid. Edema ini dapat terjadi pada pasien yang terganggu kecepatan glomerulusnya. 
  • Hipokalemia, hipertensi dan gagal jantung bawaan. 
  • Endokrin: Menstruasi tidak teratur, penekanan pertumbuhan pada anak-anak insufisiensi adrenal sekunder khususnya pada waktu stres seperti trauma dan pembedahan. 
  • Metabolisme karbohidrat dan lemak Pemakaian ateroid ini pada penderita diabetes dapat menyababkan meningkatnya glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas oleh insulin. Pada pasien normal metabolisme karbohidrat dan lemak tidak dipengaruhi. 
  • Pada mata Katarak subkapsuler posterior, kadang-kadang tekanan intra okuler bertambah, glaukoma dan eksoftaimus. 
  • Metabolik: Keseimbangan nitrogen negatif karena katabolisme protein. 
  • Reaksi hipersensitivitas: Reaksi anafilatik jarang terjadi. 

Peringatan dan Perhatian

  • Kepekaan terhadap infeksi pada penderita yang mendapat kortikosteroid tidak bersifat spesifik untuk bakteri atau fungsi patogen tertentu. Bila terjadi infeksi dosis tetap dipertahankan atau ditambah, dan harus dilakukan pengobatan yang terbaik terhadap infeksi tersebut. 
  • Penggunaan kortikosteroid jangka panjang mungkin mengakibatkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada saraf mata, dan dapat meningkatkan infeksi okuler sekunder kerena fungsi dan virus. 
  • Kortikosteroid tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama karens kemungkinan bayi yang baru lahir menderita gejala hipoadrenalisme. 
  • Tidak dianjurkan pada ibu menyusui karena kemungkinan kortikosteroid dieksresikan melalui air susu ibu.
  • Insufisienal adrenokortikal sekunder karena pemakaian obat ini mungkin depat dikurangi dengan menurunkan dosis secara bertahap. 
  • Pemakaian asatosal bersama-sama dengan kortikosteroid tidak dianjurkan pada penderita hipoprotrombinemia. 
  • Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis suatu penyakit infeksi 
  • Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi 
  • Kortikosteroid tidak dianjurkan pada penderita kolitis ulseratif non spesifik, jika ada kecenderungan perforasi, abses dan infeksi piogenik lain, diverticulitis, fresh intestinal anastomoses, peptic ulcer, renal insufisiensi, hipertensi, osteoporosis, rosis, myasthenia gravis.
  • Tidak dianjurkan pada anak-anak di bawah 6 tahun, amati secara hati-hati pada anak-anak dan bayi yang memakai kortikosteroid dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. 
  • Pemakaian kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis dapat meningkatkan efek kortikosteroid. 
  • Hati-hati penggunaan kortikosteroid ini pada penderita diabetes melitus, karena dapat meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas terhadap insulin. 

Interaksi Obat 

  • Antibakterial: Rifampisin mempercepat metabolisme kortikosteroid. 
  • Anti diabetik: Antagonis terhadap efek hipoglikemia. 
  • Anti epilepsi: Carbamazepine, Phenobarbitone, Phenytoin dan Primidone mempercepat metabolisme terhadap efek hipotensif 
  • Anti hipertensi: Antagonisme terhadap efek hipertensif 
  • Diuretika Antagonisme terhadap efek diuretiks acetazolamide, loop diuretika dan thiazide menambah resiko hipokalemia. 
  • Barbiturat: Mempercepat metabolisme kortikosteroid 
  • Antagonis hormon : Aminoglutetimide mempercepat metabolisme Dexamethasone. 
  • Ulcer healing drug: Carbenoxolone menambah resiko hipoglikemia. 

Posologi / Dosis 

Dewasa 

  • Dosis awal bervariasi: 0,75-9 mg/han, 2-4x sehari atau tergantung berat ringannya penyakit. 
  • Pada penyakit ringan, dosis <0,75 mg. 
  • Pada penyakit berat, dosis >9 mg. 


Post a Comment