Updates Informasi Antibiotik Terkini Antibiotika Non Bedah
Table of Contents
Apotekers.com Penyakit infeksi salah satu masalah kesehatan yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba (antibiotik/antibakteri) 62% antibiotik digunakan secara tidak tepat. Data penlitian di rs ditemukan 30% - 80% tidak didasarkan pada indikasi yang tepat.
Pemilihan antibiotik yang tepat haruslah didasarkan kepada beberapa hal, diantaranya
- Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman terhadap antibiotik
- Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan penyebab infeksi
- Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik
- Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersedian obat
- Cost-efective : artinya obat dipilih atas dasar yang paling cost efective dan aman
Antibiotika Non Bedah
1. Antibiotika Empiris
Antibiotika empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.
> indikasi ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.
> indikasi ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.
- Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia dikomonitas atau rumah sakit setempat.
- Kondisi klinis pasien
- Ketersedian antibiotik
- Kemampuan antibiotik untuk menembus kedalam jaringan/ organ yang terinfeksi
- Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan kombinasi.
- Oral, injeksi pada kasus infeksi berat
- Lama terapi : 42 s/d 72 jam, lakukan evaluasi.
Hasil
Kultur
|
Klinis
|
Klinis
Sensitivitas
|
Tindak Lanjut
|
+
|
Membaik
|
Sesuai
|
Lanjut sesuai prinsip "De-Eskalasi
|
+
|
Membaik
|
Tidak Sesuai
|
Evaluasi Diagnosis dan Terapi
|
+
|
Tetap/Memburuk
|
Sesuai
|
Evaluasi Diagnosis dan Terapi
|
+
|
Tetap/Memburuk
|
Tidak Sesuai
|
Evaluasi Diagnosis dan Terapi
|
-
|
Membaik
|
0
|
Evaluasi Diagnosis dan Terapi
|
-
|
Tetap Memburuk
|
0
|
Evaluasi Diagnosis dan Terapi
|
2. Antibiotik Untuk Terapi Definitif
Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketehui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
> indikasi seseuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi
> dasar pemelihan jenis dan dosis antibiotik :
- Efikasi klinis dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik
- Sensitivitas
- Biaya
- Kondisi klinis pasien
- Diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit.
- Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium rumah sakit).
- Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) setempat yang terkini.
Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai dengan diagnosis awal yang dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologi dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainya.
3. Antibiotik Profilaksis Non Bedah
1. Deman rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah faringitis akibat Streptococcus betahemoliticus group A.
- Infeksi benzatin penisislin G intramuskular 1,2 juta unit setiap 4 minggu.
- Untuk pasien yang alergi penisilin, dianjurkan pemberiaan sulfadiazin atau sulfisoksazol 0,5 g/hari untuk pasien dengan BB kecil sama dengan 27 kg dan 1 g/hari untuk pasien dengan BB besar sama dengan 27 kg.
- Untuk pasien yang alergi panisilin dan sulfisoksazol, dianjurkan pemberian antibiotik mikrolida (eritromosin, atau klaritromisin, atau azitromisin).
2. Pencegah Endokardiatis
a. Profilaksis prosedur gigi pemberian oral: amoksisilin, ampisilin, atau sefazolin atau seftriakson secara intra muskular atau intra vena.
b. Kalau alergi penisilin, secara oral bisa diberikan sefaleksin ( atau sefalosporin oral generasi 1 dan 2, atau klindamisin/azitromisin/klaritromisin, sefazolin atau seftriakson im/iv.
3. Profilaksis Pada Meningitis
a. Profilaksis meningitis meningococcus dan H. Influenzae harus disarankan pada orang yang kontak erat dengan pasien, tanpa memperhatikan status vaksinasi.
b. Profilaksis harus ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut :
b. Profilaksis harus ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut :
- Kontak erat yang lama dengan individu yang terkena maningitis (paling tidak selama 7 hari)
- Kontak pada tempat penitipan anak
- Kontak erat sementara dengan pasien, terpapar sekret pasien (misalnya melalui kontak mulut, intubasi, endotrakhea) disekitar waktu di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainya
- Kontak erat dengan pasien infeksi meningococcus harus mendapat salah satu regimen sebagai berikut :
- Rifampisin : dewasa 600 mg/12 jam selama 2 hari; anak 1-6 tahun ; 10 mg/kgBB/12 jam selama 2 hari ; anak 3-11 bulan 5 mg/kgBB/12 jam selama 2 hari.
- Siproflosasin : dewasa 500 mg dosis tunggal
- Seftriakson : dewasa 250 mg intramuskuler dosis tunggal ; anak < 15 tahun 125 mg intramuskular dosis tunggal.
4. Profilaksis Pada Korban Perkosaan
- Trikomoniasis, bacteria vaginosis, genore dan infeksi Klamidia adalah infeksi tersering pada wanita korban perkosaan
- Terapi pencegahan rutin dilakukan sesudah terjadi perkosaan.
Profilaksis yang dianjurkan sebagai terapi preventif adalah :
- Vaksinasi hepatitis B post paparan, tanpa HBlg dapat melindungi dari infeksi hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B harus diberikan pada korban pada saat pemeriksaan awal bila mereka belum pernah vaksinasi. Dosis haru mengikuti diberikan 1-2 dan 4-6 bulan sesuai dosis pertama.
- Terapi antibiotik empirik untuk Chlamydia sp, Genorrhoea sp, Tricomonas sp dan Bateria vaginosis. Antibiotik yang dianjurkan adalah :
- Seftriakson 125 mg IM dosis tunggal plus mentronidazol 2 g per oral tunggal Plus azitromisin 1 g per oral dosis tunggal atau doksisiklin 100 mg 2 x perhari peroral selama 7 hari.
Post a Comment