Jurnal FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PALA (Myristicae fragrans Houtt) SEBAGAI ANTIINFLAMASI
Table of Contents
Annisa Fauzziyah,Salman Umar dan Revi Yenti
Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia Yayasan Perintis Padang
ABSTRACT
Formulation
anti-inflamatory gel from nutmeg seeds extract (Myristicae fragrans Houtt) by various nutmeg seeds extract
concentrate 3%, 5%, and 7% has been carried out. The purpose is to find a
stable formula of extract, effective and safe as gel anti-inflamatory. The
evaluation included organoleptic, homogeneity, pH, spread power, skin
irritation, safety test after 6 weeks storage and anti-inflamatory activity has
been investigated on male white rats. The activity has test using the
carrageenan inducement method of the right paw of the rats and the materials
test were given topically. The observation of the preparation includes color
consistency and smell showed that during the 6 weeks of storage does not
change. While the skin irritation test every formula is declared safe to use
because it does not irritate the skin. Anti-inflamatory activity showed an
increase in percent inhibition of inflammation of his biggest was 75.510% at
concentration of 7 % at the 6th hour. The ANOVA test significant
differences between each dose of the extract (p ≤ 0.05).
Keywords :.Myristicae
fragrasn Houtt,Gel, anti-inflamatory
PENDAHULUAN
Indonesia adalah
negara yang kaya akantumbuh – tumbuhan. Di dalam hutan tropis Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan. Diduga dari jumlah
tersebut sekitar 9.600 jenis diketahui berkhasiat sebagai obat dan 200 jenis
diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional
(Sriningsi et al., 2006).
Telah banyak
diketahui bahwa tidak sedikit obat-obat sintetis yang menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan. Oleh karena itu masyarakat akhirnya cenderung untuk
memakai obat tradisional baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri. Obat tradisional memiliki keuntungan antara lain: harga yang relatif
murah, mudah dalam memperoleh bahan bakunya, relatif aman karena adanya
anggapan bahwa obat tradisional memberikan efek samping yang lebih kecil dibandingkan
dengan obat sintetis. Penggunaan obat tradisional dapat menjadi alternatif lain
yang dapat memberikan kesembuhan selain obat modern (Wijaya et al,2004).
Salah satu
tanaman yang dapat digunakan untuk menggantikan obat sintetik adalah pala (Myriticae fragrans Houtt) yang termasuk
dalam Myristicae. Selain itu Pala mempunyai efek farmakologis seperti
antibakteri, antioksidan, anti depresan, anti emetic dan anti diabetik. Minyak
pala digunakan dalam industri obat – obatan sebagai obat sakit perut, diare,
bronchitis, dan rematik. Minyak pala juga digunakan sebagai penambah rasa
makanan. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagi pencampur minyak
wangi dan penyegar ruangan (Joseph et al,
2013; Heyne, 1987).
Berdasarkan
hal tersebut dicoba memanfaatkan biji buah pala yang biasanya hanya dipakai
sebagai bumbu makanan dengan memformulasikan gel ekstrak biji buah pala dan
menguji aktivitas antiinflamasi pada tikus. Adapun keuntungan dari bentuk gel adalah
karena sederhana dalam pembuatan, mudah dioleskan pada kulit, menimbulkan rasa
dingin ketika dioleskan pada kulit karena terjadinya penguapan perlahan dari
air yang terkandung didalam gel, lapisan tipis pada permukaan kulit biasanya
tetap utuh dan memberikan perlindungan yang baik serta mudah dicuci setelah
pengobatan selesai dan memiliki bentuk yang menarik. Sediaan gel mempunyai
kadar air yang tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang yang
sifatnya setemmpat dan timbulnya kulit meradang. Sediaan gel sangat cocok pada
pemakaian dikulit yang fungsi kelenjar sebaseus yang berlebihan. Setelah kering
akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang elastis dengan daya lekat
tinggi, yang tidak menyumbat pori, sehingga tidak mempengaruhi pernapasan kulit
(Carter, 1975; Lieberman, 1989; Voigt,1971).
METODE
AlatdanBahan
Alat-alat
Alat
yang digunakan pada penelitian ini: kandang hewan ,tempat air minum dan makan
hewan, toples, blender, oven, alat-alat
gelas (gelas piala, erlemeyer, labu takar, dan lainya), timbangan digital,
kertas saring, rotary evaporator dan waterbath, lumpang dan stamfer, blender,
tissue gulung, botol maserasi, krus porselen, batang pengaduk, plat tetes
pinset, spatel, pH meter, plestimometer.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada penelitian ini : Biji buah pala, Karagen, etanol 96%, HPMC,
propilenglikol, nipagin, aquadest, serbuk Mg dan HCl(p), norit, H2SO4(p),
H2SO4 2 N, kloroform, amoniak 0,05 N dan pereaksi mayer,
asam asetat anhidrat, Phenobarbital.
PengambilanSampel
Sampel yang digunakan
adalah biji buah pala sebanyak 500 gram, diambil di kecamatan 2 x 11 Kayu
Tanam, Padang Pariaman. Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)Universitas
Andalas Padang.
Pengolahandan
Ekstraksi Sampel
Biji
buah pala dikeluarakan lalu dikering anginkan selama ± 1 minggu agar biji buah
pala terpisah dari tempurungnya setelah itu baru dikeluarkan dari tempurung nya
dan ditumbuk halus,dimasukan dalam botol gelap maserasi dengan etanol 96% selama 3x24 jam, dengan masing
– masing maserasi menggunakan 1 liter
etanol 96%. Hasil maserasi disaring dan semua filtrat digabung kemudian pelarut
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
Formulasi Gel Ekstrak Etanol Biji Buah
Pala
Formulasi
gel ekstrak etanol biji buah pala dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 1. Formula Gel
No
|
Nama
bahan
|
Formulasi
dan komposisi (%b/v)
|
|||
F0
|
F1
|
F2
|
F3
|
||
1
|
Ekstrak etanol
biji buah paa
|
–
|
3
|
5
|
7
|
2
|
HPMC
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
propilenglikol
|
10
|
10
|
10
|
10
|
4
|
Nipagin
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
5
|
Aqua dest ad
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Cara PembuatanGel Ekstrak Etanol Biji
Buah Pala
Gel dibuat cara
dengan Nipagin dilarutkan dengan aquadest panas sebanyak 5ml. HPMC ditaburkan diatassisa aquadest,
kemudian diamkan selama 15 menit, setelah mengembang tambahkan larutan nipagin,
gerus hingga homogen. Tambahkan popilenglikol, gerus hingga homogen.Ekstrak
etanol biji buah pala digerus dalam lumpang dan ditambahkan basis gel sedikit
demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Lalu dimasukan ke dalam wadah yang
terlindung dari cahaya.
Pengujian Stabilitas Fisik gel
1.
Pengamata Organoleptis sediaan
Evaluasi
organoleptis secara visual mulai dari tekstur, warna, dan bau dari gel
2.
Homogenitas
Pemeriksaan dilakukan dengan cara:
sediaan ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan pada kaca objek atau bahan
transparan lain yang cocok,diamati susunannya.
3.
Pemeriksaan pH
Pemeriksaaan pH dilakukan dengan alat pH
meter
4.
Uji daya Menyebar
Sejumlah sediaan
0,5 g dituang pada pada kaca yang beralaskan kertas grafik, dibiarkan sediaan
melebar pada diameter tertentu. Kemudian
ditutup dengan plastik transparan dan dibiarkan selama 15 detik. Kemudian
sediaan diberi beban tertentu (1, 3 dan 5 g) selama 60 detik. Dihitung
pertambahan luas setelah diberi beban.
5.
Uji Iritasi
Uji iritasi Kulit dilakukan lansung pada
manusia dengan cara uji tempel dimana
sediaan uji lebih kurang 0,1 g dioleskan pada lengan bagian dalam dengan
diameter 2 cm, kemudian ditutup dengan kain kasa . Setelah 24 jam diamati
gejala yang timbul. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan
untuk setiap formula.
6.
Pemeriksaan stabilitas fisika sediaan selama penyimpanan
Sediaan yang
akan diuji dibiarkan selama 6 minggu pada suhu kamar, Pada setiap minggunya
dilakukan pengujian yang meliputi homogenitas, pH sediaan, organoleptis dan
juga di uji stabilitas terhadap pendinginan
dilakukan dengan cara : sediaan disimpan dalam wadah yang cocok lalu
disimpan dalam lemari es dengan suhu 0-4ºC dan biarkan selama 24 jam lalu
keluarkan. Setelah itu amati apakah terjadi pemisahan atau tidak. Sediaan yang
tidak menunjukan pemisahan dinilai sebagai sediaan yang stabil.
Hewan percobaan
Hewan percobaan di gunakan adalah tikus putih jantan dengan berat badan
200-300 gram sebanyak 12 ekor.
Pengujian
Farmakologi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Biji Buah Pala
Pembuatan Karagenan
Pembuatan
suspensi karagenan 1%: Ditimbang 100 mg karagenan untuk 10 ml NaCl 0,9 %.
Kemudian karagenan dimasukkan ke dalam mortir dan digerus sambil ditambahkan
NaCl 0,9 % sedikit demi sedikit hingga diperoleh suspensi yang homogen. Suspensi
didiamkan di dalam lemari pendingin selama 24 jam agar mengembang sempurna.
Pembuatan Suspensi Luminal
Pembuatan larutan anastesi (luminal)
dosis 80 mg/kg bb: Ditimbang 160 mg luminal untuk 1 ml suspensi dan zat
pensuspensi pulvis gummi acacia (PGA) sebanyak 200 mg. Luminal dimasukan ke
dalam mortir, digerus dengan PGA sampai homogen. Tambahkan air suling sedikit
demi sedikit sambil digerus hingga terbentuk suspensi yang homogen.
Pengujian
efektivitas antiinflamasi gel ekstrak etanol biji buah pala: tahap – tahap yang
dilakukan untuk menguji aktivitas antiinflamasi adalah sebagai berikut :
a.
Sebelum perlakuan Hewan percobaan
diaklimatisasikan selama selama 7 hari dan diberi makanan. Hewan dinyatakan
sehat bila tidak menunjukan perubahan berat badan yang berarti dan secara
visual tidak menunjukan gejala sakit.
b.
Tikus dipuasakan selama ±18 jam sebelum
pengujian, air minum tetap diberikan.
c.
Dengan bantuan spidol, masing – masing
kaki kiri belakang tikus diberi tanda tepat pada lateral maleus agar pemasukan
kaki kedalam cairan raksa pada alat plestimometer.
d.
Pada hari pengujian tikus dibagi menjadi
4 kelompok secara acak, masing – masing kelompok terdiri dari 3 ekor, lalu
setiap kelompok ditimbang bobotnya dan volume kakinya diukur dan dinyatakan
sebagai volume awal (Vo).
e.
Semua tikus diberi anestesi luminal
secara intra peritonial dengan dosis 80 mg/kg bb.
f.
Satu jam kemudian, kaki kiri semua tikus
disuntik 0,05 ml suspensi karagenan NaCl 1% secara subkutan.
g.
Satu jam setelah penyuntikan suspensi karagenan
,setiap kelompok diberi perlakuan secara topikal sebagai berikut:
·
Kelompok kontrol negatif (-) diberi
sediaan basis gel (F0).
·
Empat kelompok uji masing – masing diberi
sediaan gel dengan ekstrak biji buah pala dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%.
h.
1 jam setelah pemberian gel ekstrak biji
buah pala antiinflamasi, volume kaki kiri semua tikus diukur dengan cara
mencelupkan kaki tikus ke dalam alat pletismometer dan dinyatakan sebagai Vt.
Pengukuran dilakukan setiap jam selama 6 jam.
i.
Persentase radang untuk masing –
masing tikus dihitung :
% radang =
Dimana :V0 = Volume telapak kaki
hewan
sebelum disuntik
karagen
Vt =
volume telapak kaki
hewan pada waktu t
j.
Persentase inhibisi radang untuk
masing-masing tikus dihitung.
% inhibisi radang =
Dimana :a = Volume
edema rata – rata
kelompok control
b = volume edema rata – rata
kelompok uji
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol biji buah pala (Myristicae fragrans Houtt). Menjadi
bentuk sediaan gel dan menguji aktifitas antiinflamasinya. Pada penelitian ini
ekstrak etanol biji buah pala diperoleh dari hasil ekstraksi yang merupakan
hasil penarikan kandungan kimia yang tedapat pada siimplisia.
Sampel biji buah
pala yang digunakan pada penelitian ini di peroleh di kecamatan 2 x 11
Kayutanam, Padang Pariaman. Identifikasi tanaman pala ini dilakukan di
Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Andalas Padang dengan nomor surat 083/K-ID/ANDA/III/2015.
Ektrak etanol
biji buah pala diperoleh dengan maserasi biji buah pala dengan perendaman
selama 3 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 96% sehingga diperoleh maserat.
Hasil maserasi disaring dan semua filrat digabungkan kemudian pelarut diuapkan
denga rotary evaporatory sehingga
diperoleh ekstrak kental. Maserasi merupakan proses penyarian simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Pemilihan metoda ekstraksi dengan cara ini adalah
karena maserasi merupakan cara yang pengerjaannya sederhana dan dapat menarik
zat – zat yang tidak tahan terhadap pemanasan. Penggunaan etanol 96% sebagai
pelarut karena etanol bersifat polar, harganya murah, mudah didapatkan, tidak
toksik dan dapat mencegah pertumbuhan jamur dan kapang.
Pada
pemerikasaan ekstrak etanol biji buah pala yang meliputi uji fitokimia yang
memberikan hasil ekstrak etanol biji buah pala positif mengandung flavonoid,
terpenoid; pemeriksaan organoleptis dengan hasil ekstrak kental etanol biji
buah pala memiliki bentuk kental, wanrna coklat tua, dan bau khas pala;
kelarutan memberikan hasil praktis tidak larut dalam air dan larut dalam
etanol; kadar abu memberikan hasil 0,85%; susut pengeringan memberikan hasil
8,26% dan pH dari pengukuran ekstrak dengan hasil pH ekstrak etanol biji buah pala yaitu 5,02dan
hasil evaluasi yang dilakukan pada ekstrak biji buah pala, hasilnya sesuai
dengan persyaratan Herbal Farmakope Indonesia (Lampiran 7, Tabel 6).
Pada evaluasi
organoleptis gel ekstrak etanol biji buah pala yang dilakukan secara visual
selama 6 minggu didapatkan hasil F0 (bentuk setengah padat, bening, tidak
berbau), F1 (bentuk setengah padat, warna coklat, bau khas pala), F2 (bentuk
setengah padat, warna coklat, bau khas pala), F3 (bentuk setengah padat, warna
coklat, bau khas pala), Dari hasil organoleptis terhadap gel yang meliputi
bentuk, warna dan bau ini menunjukan
bahwa sediaan krim tidak mengalami perubahan pada saat penyimpanan karena tidak
terjadinya interaksi antara bahan yang dapat menyebabkan perubahan – perubahan
pada sediaan. Sediaan yang dihasilkan stabil selama penyimpanan (Lampiran 9,
Tabel 10).
Pemeriksaan
homogenitas gel ekstrak etanol biji buah pala yang dilakukan selama 6 minggu
menunjukan hasil suatu sediaan yang homogen. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mengoleskan sediaan 0,1 gram pada kaca objek. Homogenitas dapat tercapai karena
dalam pengerjaanya ekstrak sudah terdispersi secara homogen (Lampiran 9, Tabel
11).
Evaluasi pH gel
ekstrak etanol biji buah pala yang diamati selama 6 minggu menunjukan hasil
yang berubah – ubah setiap minggunya. pH ini berkisar ; F0 =5,69 – 5,87, F1 =
5,44 – 5,47, F2 = 5,50 – 5,58, F3 = 5,47 – 5,52. Meskipun demikian pH masih
dalam rentang pH kulit normal yaitu 4,5 – 6,5 (Lampiran , Tabel). Ini juga
membuktikan pada hasil uji iritasi pada panelis yang tidak menunjukan adanya
iritasi karena tidak ada timbul warna merah dan gatal – gatal pada kulit
panelis (Lampiran 9, Tabel 12). Pada pembuatan sediaan topikal, pH sediaan
sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,6 – 6,5 agar sediaan tidak
menimbulkan iritasi dan kerusakan pada kulit ketika proses pemakaian. Perubahan
pH kulit menjadi lebih basa atau asam karena kontak dengan suatu zat makaakan
menimbulkan iritasi pada kulit (wasitaatmadja, 1997).
Evaluasi
terhadap daya menyebar gel ekstrak etanol biji buah pala adalah sediaan
menunjukan pertambahan luas penyebaran sediaan gel ekstrak biji buah pala
setelah diberi beban tertentu (1, 3, 5 dan 7 g). Pada F0 dengan beban 1g =
2,180cm2, 3 g
= 2,53cm2 ,5 g
= 2,78cm2 ; F1
dengan beban 1g = 2,30cm2,
3 g = 2,667cm2
,5 g = 3,067cm2
; F2 dengan beban 1g = 2,150cm2,
3 g = 2,638cm2
,5 g = 2,850cm2
; F3 dengan beban 1g = 2,095cm2,
3 g = 2,602cm2
,5 g = 2,815 cm2 (Lampiran 9
, Tabel 14). Sediaan semi padat yang baik pada dasarnya harus bersifat lunak
karena digunakan pada kulit, untuk itu sediaan harus mempunyai daya sebar yang
baik. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada
kulit. Gel harus mampu tersebar dengan sedikit tekanan sehingga tidak
memberikan rasa sakit saat dioleskan. Semakin mudah dioleskan semakin besar
luas permukaan kontak obat dengan kulit atau tempat aksi (Sulaiman et al,
2008).
Pemeriksaan
stabilitas terhadap suhu kamar dan suhu dingin menunjukan bahwa gel ekstrak
etanol biji buah pala pada F1, F2 dan F3stabil selama 6 minggu penyimpanan ,
tidak terjadi pemisahan dan perubahan fisik (Lampiran 9 , Tabel 13).
Pada pengujian
efek antiinflamasi gel ekstrak etanol biji buah pala hewan percobaan yang
digunakan adalah tikus putih jantan, karena hewan tersebut mudah penangananya
dan menunjukan efek farmakologi yang mudah dalam pemberian induksi secara intra
subkutan. Hewan percobaan tersebut di induksi dengan menyuntikan larutan
karagen – NaCl 1% ke telapak kaki tikus. Karagen digunakan sebagai penginduksi
karena karagenan juga merupakan suatu zat asing
(antigen) yang bila masuk ke dalam tubuhakan merangsang pelepasan mediator
radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh
bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya (Lumbanraja, L.B.,
2009).
Data
yang diperoleh dianalisis dengan analisis variasi (ANOVA)
menggunakan anova satu arah. Untuk melihat perbedaan antara kelompok bebas
dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji Duncan bertujuan untuk meihat ada tidaknya
perbedaan pengaruh kelompok terhadap konsentraasi dan waktu sediaan yang
diberikan. Untuk pengujian varians apabila nilai signifikasi (probabilitas)
> 0,05 maka data mempunyai varians yang sama. Apabila nilai signifikasi <
0,05 maka data mempunyai varians yang berbeda. Pada pengukuran jam ke-1, jam
ke-2, jam ke-3, jam ke-4 dan jam ke-5 mempunyai variasn yang sama, sedangkan
pada jam ke-6 mempunyai varians berbeda (Lampiran 15).
Pada
anova satu arah untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata – rata jam ke-1,
jam ke-2 dan jam ke-3 tidak ada perbedaan pada tiap kelompok (F tabel > F
hitung), sedangkan pada jam ke-4, jam ke-5 dan jam ke-6 terdapat perbedaan pada
tiap kelompok (Ftabel < F hitung) (Lampiran 15).
Dari
hasil Uji Statistik setiap formula dapat dilihat bahwa setiap formula mempunyai
varian yan sama (nilai signifikasi > 0.05) . Pada F0 (basis gel) dan F1
(kosentrasi ekstrak 3 %) tidak ada
perbedaan bermakna pada pada penurunan persen volume radang (Ftabel > F
hitung) (Lampiran 15).. Sedangkan pada F2 (kosentrasi ekstrak 5 %) dan F3
(kosentrasi ekstrak 7 %) adanya
perbedaan bermakna pada persen volume radang (Ftabel < F hitung) (Lampiran
15).
KESIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan hasil
Penelitian yang telah dilakukan dapat dimbil kesimpulan bahwa:
1. Ekstrak etanol biji buah pala dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan gel yang stabil secara fisika.
2. F3 dengan konsentrasi ekstrak 7% memiliki sifat antiinflamasi
yang lebih baik dibandingkan Formula (F0, F1 dan F2).
Dari
penelitian yang telah dilakukan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
memformula dalam sediaan topikal lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Carter, S.S. 1975. Dispensing Pharmacheutical Students (12th Edition).
London: Pittman Medical.
Joseph, J., Dorathy P., Baskar V & Shaktivel
K.2013.Potential socioeconomic value added therapeutic food from nutmeg fruit. Journal ofBiological and Information
Sciences.Vol.2Iss 2. ISSN: 23320-1290.
Lieberman. H.A., 1989. Pharmaceutical Dosage Forms – Disperse System.Marcel
Dekker Inc
Lumbanraja, L. B. (2009). Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadap Radang pada Tikus.http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/14501/1/09E02475.pdf
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Edisi V).Penerjemah: Soendani
Nuerono. Yogyakarta.
Wijaya,
S dan Monica S.W. 2004. Uji
Efek
Antiinflamasi Ekstrak Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.KUNTH) Pada Tikus
Putih Jantan.Berk. Penel. Hayati: 9 (115-118).
Post a Comment