Jurnal Penetapan Kadar Xanton Dari Kulit Buah, Putik, dan Getah Batang Manggis Dengan Metoda Spektrofotometri UV-Vis
Table of Contents
PENETAPAN KADAR
XANTON DARI KULIT BUAH, PUTIK, DAN GETAH BATANG MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan
Perintis Padang
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
ABSTRACT
Mangosteen is a plant that almost
all of part the plants can give benefit, ranging from flesh of fruit, bud, stem
sap, leaves, and roots. The main chemistry compound in the rind, pistil, stem
sap mangosteen is α-mangostin. So that, the research had been performed about concerning α-mangostin from carp, pistil, and
stem sap of mangosteen (Garcinia
mangostana L.) with Spectrophotometri UV-Vis method. The result of research
showed xanthone concern in flesh of fruit is 5,57 % b/b, bud mangosteen is
is 6,06 % b/b, stem sap mangosteen is 60,96 % b/b.
The conclusion from the research is the highest xanthone concerning was step
sap mangosteen.
Keywords: Xanthones, flesh of mangosteen, bud mangosteen, stem sap mangosteen, spectrophotometry
UV-Vis
PENDAHULUAN
Manggis (Garcinia mangostana
L.) merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara
(Prihatman, 2000). Manggis merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya
dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga
akar (Yunitasari, 2011). Daging buah manggis dapat dikonsumsi secara langsung
maupun diolah menajdi minuman segar (sirup, Juice,
dll). Rebusan kulit buah bermanfaat untuk mencegah kanker, antidiabetes, mencegah
penyakit jantung. Rebusan daun manggis bermanfaat untuk memperbaiki pencernaan dan gangguan metabolisme. Rebusan
kulit batang dapat mengobati sariawan, diare, disentri, dan nyeri perut, dan
rebusan akar dapat mengatasi haid yang tidak teratur (Nugroho, 2010).
Kandungan
kimia yang terdapat
dalam kulit
buah manggis secara
umum adalah xanton, garsinon, flavonoid, dan tanin (Heyne, 1987).
Ditemukan pula senyawa utama xanthon yaitu α-mangostin, β-mangostin,
γ-mangostin (Jung et al, 2006;
Suksamrarn et al, 2002). Senyawa
xanton hasil isolasi dari kulit manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi,
antikanker, antimalaria, dan antioksidan. Senyawa α-mangostin hasil isolasi dari ekstrak
methanol kulit buah manggis terbukti menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap
sel kanker secara in vitro (Kiranawati et al, 2014).
Getah kuning dari
batangnya telah diteliti oleh Rost Van Tonningent, bahwa getah merupakan zat
yang dapat dipakai sebagai pewarna (Heyne, 1987). Penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2015) kadar xanton total dalam ekstrak etanol adalah 32,63%, Namun
penelitian sebelumnya hanya menentukan kadar pada kulit saja, belum diketahui
kadar xanton total pada putik manggis, dan getah batang manggis (Garcinia mangostana L.)
Berdasarkan
hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kadar xanton pada kulit buah manggis, putik manggis, dan getah batang manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan metoda
spektrofofometri UV-Vis.
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada penelitian ini adalah: Timbangan digital, gelas ukur, labu
ukur, tabung reaksi, spatel, pinset, pipet tetes, pipet ukur, batang pengaduk,
labu ukur, beaker glass, erlenmeyer, glinder, dan seperangkat alat
spektrofotometer UV-Vis.
Bahan
Bahan–bahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah: kulit buah,
putik, dan getah batang manggis (Garcinia
mangostana L.), metanol P, kertas saring whattman no. 1.
Metode
Penelitian
a.
Pengambilan
Sampel
Sampel
yang diuji dalam penelitian ini adalah kulit
buah, putik, getah batang manggis (Garcinia
mangostana L.) yang di ambil di daerah Kubang Landai, Kab.
Tanah datar, Sumatera Barat.
b.
Pembuatan Ekstrak Cair Xanton
Timbang saksama lebih kurang 250 mg serbuk kulit
buah manggis, 250 mg putik manggis dan 50 mg getah batang manggis (Garcinia mangostana L.) masing-masing
ditambahkan 10 mL metanol P, kemudian refluks selama 30 menit, saring filtrat,
refluks kembali residu dengan cara yang sama sebanyak dua kali. Kumpulkan
filtrat ke dalam labu 25 mL, tambahkan metanol P sampai tanda.
Ø Identifikasi Xanton pada Ekstrak Cair
Ekstrak cair kulit buah, putik, dan getah batang
manggis ditotolkan masing-masingnya dengan kapiler pada plat alumunium silika
gel 60 F254 (6cm x 12cm) dengan jarak ± 1 cm dari dasar plat. Sebagai fase
gerak digunakan kloroform, etil asetat (9:1). Masukkan plat ke dalam chamber
yang sebelumnya sudah dijenuhkan dengan pelarut. Keluarkan plat, beri tanda
batas eluen dan noda, kemudian plat dikeringkan, plat diamati di bawah lampu UV
(316 nm). Nilai Rf komponen utama ditentukan membandingkan nilai Rf α-mangostin
standar.
Ø Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum
α-mangostin
Buat larutaan standar konsentrasi
10 µg/mL dengan cara memipet 0,5 mL larutan α-mangostin (200 µg/mL) lalu
encerkan dengan campuran metanol P dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas.
Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-800 nm dengan
spektrofotometer UV-Visibel.
Ø Penentuan Kurva Kalibrasi α-mangostin
Dari larutan standar α-mangostin
(200 µg/mL) di pipet 0,37; 0,5; 0,62; 0,75; 0,87 mL dan diencerkan dengan
metanol P dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas. Sehingga didapatkan
konsentrasi 7,4; 10; 12,4; 15 dan 17,4 µg/mL α-mangostin.
Ø Penentuan Kadar Xanton Dalam
Ekstrak Cair
Dipipet 1 mL dari 250 mg/25 mL serbuk
simplisia kulit buah dan putik manggis dalam labu ukur 10 mL, tambahkan metanol
P sampai tanda batas, kemudian pipet lagi 1 mL dalam labu ukur 10 mL, tambahkan
metanol P sampai tanda, dan 0,25 mL dari 50 mg/25 mL serbuk simplisia getah
batang manggis dalam labu ukur 25 mL, tambahkan metanol P sampai tanda batas,
kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 316
nm. Kadar xanton dapat dihitung dengan rumus:
Cs
Keterangan :
Cs = Konsentrasi µg/mL untuk
sampel (µg/ mL)
C =
Konsentrasi α-mangostin terukur ( µg/mL)
Fp = Faktor
pengenceran
V
= Volume Larutan Sampel
W = Berat total sampel kering
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Setelah dilakukan penelitian
mengenai pemeriksaan kadar natrium benzoat pada cabe merah giling di pasar Raya
kota Padang dengan metode Spektrofotometer ultraviolet diperoleh hasil sebagai
berikut :
Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Hasil
pengukuran absorban deretan larutan standar α-mangostin dan kurva kalibrasi
pada panjang gelombang 316 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.
2.
Hasil
perhitungan sederatan larutan standar (7,4, 10, 12,4, 15, 17,4 µg/mL) dengan
absorban didapat persamaan regresi linier y = -0,0479 + 0,0396x dengan
koefesien korelasi (r) = 0,9977
3.
Hasil
perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi xanton didapat simpangan baku (SB)
= 0,1247, batas deteksi (LOD) = 9,4469 µg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) =
33,7940 µg//mL
4.
Pemeriksaan
kromatografi lapis tipis (KLT) dari ekstrak dengan menggunakan eluen kloroform
(pa), etil asetat (pa) (9 : 1) diperoleh nilah Rf pada noda dari ekstrak kulit
buah, putik, dan getah adalah sama dengan Rf pembanding yaitu 0,86.
5.
Hasil
perhitungan kadar xanton pada kulit buah manggis = 55,74 mg/g koefesien variasi
(KV) = 1,19 %, dan standar deviasi (SD) = 0,13, pada putik manggis = 60,86 mg/g
dengan koefesien variasi (KV) = 1,52 %, dan standar deviasi (SD) = 0,18;
sedangkan pada getah batang manggis = 609,67 mg/g dengan koefesien variasi (KV)
= 0,61 % dan standar deviasi (SD) = 0,07
Pembahasan
Pada penelitian ini sampel diambil di
daerah Kubang Landai, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kadar xanton total pada kulit, putik, dan getah batang
manggis.
Ekstraksi dilakukan dengan metoda
refluks, metoda ini dipilih karena prosesnya sederhana, cukup efektif manarik zat-zat
yang. Sampel yang akan direfluks dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
diglinder sehingga menghasilkan serbuk yang halus. Proses refluks menggunakn
metanol P karena sangat murni dan dapat mengurangi resiko keberadaan zat
pengotor. Serbuk sampel kulit buah manggis, putik manggis masing-masing 0,250
g, dan getah batang manggis 0,05 g ditambah 10 mL metanol P direfluks selama 30 menit, saring filtrat, kemudian
residu direfluks kembali dengan cara yang sama sebanyak dua kali.
Larutan standar α-mangostin dibuat
dengan konsentrasi 200 ppm, kemudian diencerkan menjadi 10 ppm untuk mengukur
panjang gelombang serapan maksimum dan diperoleh hasil 316 nm dengan alat
Spektrofotometer UV-Visibel. Dari larutan induk dibuat sederetan konsentrasi
7,4, 10, 12,4, 15, dan 17,4 ppm dan diukur absorbansinya dengan panjang
gelombang 316 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi yang dibentuk dari data
konsentrasi dan absorban. Absorban yang didapatkan dari konsentrasi tersebut
adalah 0,33-0,72 dan telah memenuhi syarat hukum lambert beer yaitu 0,2-0,8.
Persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi adalah y = 0,0479 + 0,0396x
dengan nilai koefesien korelasi (r) sebesar 0,9977 yang menunjukan linieritas
dari persamaan.
Tingkat ketelitian dari pengukuran
ditunjukkan dengan nilai batas deteksi 1,2196 µg/mL dan batas kuantitasi 4.0656
µg/mL. Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit yang terdapat dalam
sampel yang masih terdeteksi dan memberikan respon signifikan terhadap blanko,
sedangkan batas kuantitasi merupakan jumlah terkecil analit yang masih dapat
diukur dengan cermat dan seksama.
Dari data hasil serapan sampel kulit,
putik, dan getah batang manggis yang mana masing-masing sampel dilakukan 3 kali
pengulangan, dihitung kadar α-mangostin. Pada penetapan kadar xanton dari ketiga
sampel yang tertinggi terdapat pada sampel getah batang manggis yaitu 60,97 %
b/b dengan koefesien variasi sebesar (KV) 0,61 %. Hal ini terjadi karena di
getah banyak terdapat metabolit sekunder yang mengandung xanton. Diiukuti pada
sampel putik manggis kadar xanton 6,06 % b/b dengan koefesien variasi (KV) 1,52
%, dan kadar xanton pada sampel kulit buah manggis yaitu 5,57 % b/b (KV) 1,19%.
Kadar xanton sedikit dikulit dibandingkan pada getah batang dan putik, ini
disebabkan karena pada saat proses pematangan buah, xanton berubah menjadi zat
warna, dan dibuah juga banyak terdapat serta. Nilai KV menunjukan derajat
kesesuaian dari pengukuran. Ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individu dan rata-rata jika prosedur dilakukan
berulang-ulang. Nilai KV yang digunakan adalah ≤ 2 %.
Kesimpulan
kadar xanton
tertinggi terdapat pada getah batang manggis yaitu 60,97 % b/b, diikuti putik
dan kulit buah manggis secara berturut yang hanya mengandung xanton 6,06 % b/b
; 5,57 % b/b.
DAFTAR PUSTAKA
Burkill, I. H. A. 1995.
Dictionary of the Economic Product on
Malay Peninsula. Vol 1. Ministry of
Agricultural Cooperative. Kuala Lumpur.
Chaverri, J. P., N. C.
Rodriguez M. O. Ibarra, and J. M. P. Rojas. 2008. Medicinal Properties Of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and
Chem. Toxicol. 46: 3227-3239.
Dewi, Sonya.K. 2015. Standarisasi Ekstrak Etanol Tumbuhan Manggis
(Garcinia mangostana). STIFI: Padang
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara
Spektoskopi, cetakan pertama, Andalas University Press. Padang.
Dharma, AP. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia.
Balai Pustaka. Jakarta.
Dalimartha, Setiawan, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, Anggota
IKAPI, PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta. pp66-67.
Day, R.A & Underwood, A.L, 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Penerjemah: Pudjaatmaka,
A.H., Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal-393
Depkes
RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV, Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Hal 339-225.
Ee, GC., Daud S., Taufiq-Yap Y.H.,
Ismail N.H., Rahmani, M., 2008.Xanhones
From Garcinia mangostana (Guttiferae). Nad. Prod. Res. 20(12): 1067-1073.
Gandjar, I. G, & Abdul R. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Husni, Elidahanum. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak dan Senyawa Hasil
Isolasi dari Kulit Batang Tumbuhan Garcinia cowa Roxb Terhadap Cell Line Kanker
Payudara T47D. Padang Universitas Andalas.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia, Jilid III. Badan Litbang Kesehatan.
Jakarta.
Jung H. A., Su B. N., Keller W. J.,
Metha R.G., Kinghorn A. D. 2006. Antioxidant
Xanthones from the Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J. Agrig
Food Chem. 56(6): 2077-2082.
Kemenkes RI. 2011. Farmakope Herbal Indonesia, Suplemen II. Jakarta.
Kiranawati,
Diah, Rofida Mukharromah, Fani Putri Amelia, Ananda Brian Karisma & M.
Iqbal. 2014. Pemanfaatan Senyawa xanton
Kulit Buah Manggis Sebagai Biolarvasida Untuk
Memberantas Larva nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). ISBN:
978-602-0951-00-3.
Khare,
C. P. 2007. Garcinia cowa Roxb. Indian
Medical Plants an Illustrated Dictionary. Springer Science. New York.
Kazakevich,
Y & Lubroto, R. 2002.HPLC for Pharmaceutical Scientists, Jhon Wiley and
Son Inc. New Jersey.
Khopkar,
S.M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Penerjemah: A.Saptoharjo.Cetakan Pertama.
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal: 26-217.
Narulita, Hanny. 2014. Study Praforulasi Ekstrak Etanol Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Nugroho, A. E. 2010. Manggis (Garcinia Mangostana L.) dari Kulit
Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suato Obat. Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suksamrarn, S., Suwannapoch, N.,
Phakhlodee,W. Thanuhiranlert, J. Ratananukul, P.
Chimnoi, N., & Suksamaran, A. 2003. Antymycobacterial
activity of Prenylated Xanthones from The Fruits of Garcinia mangostana.
Chem Pharm Bull. 51(7): 857-859.
Permana, Asep W., Siti M. W., Sulusi P.,
Dondy A. S. 2012. Sifat Antioksidan Bubuk
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk
Minuman Berkarbosinasi. J Pascapanen. 9(2) 2012:
88-95.
Prihatman,
K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.) Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. BPP
Teknologi. Jakarta.
Pothitirat,
W, and W. Gritsarapan. 2008. Quantitative Analysis of Total Mangostins in Garcinia Mangostana Fruit and
J. Health. 22: 161-166
Perez, V., Nagem T.J., de Oliviera F.F., 2000, Tetraoxygenated NaturallyOccuring Xanthones,
Phytochemistry 55(7): 683-710.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Kanisius. Jakarta.
Sari, N. P. 2010. Pengaruh Lama Waktu Pendinginan Terhadapan Rendemen dan Kemurnian Alfa
Mangostin Dari Kulit Buah Manggis. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Watson, D. G. 1999. Pharmaceutical Analysis A text Book For
Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemists. Harcourt Publishers. New
York.
Watson, D. G. 2009. Analisis Farmasi. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Yunitasari, L. 2011. Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis
Khasiat dan Pengolahan Untuk Kesehatan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Zhang,
Y, Song Z., Hao J., Qiu S., Xu Z., 2010, Two
New Prenylated Xanthones and A New Prenylated Tetrahydroxanthone from The
Pericarp of Garcinia mangostana, Pytotherapy 81(6): 595-599.
Trenggono, Z.N, Wibowo D., Murdjiati G,
dan Mary A., 1990, Bahan Tambahan Pangan
(Food Additive), Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta.
United States Pharmacopeia. 1995. The United States Pharmacopeia Convention.
USA: Twinbrook ParkWay Rockville.
Vogel, 1994, Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganic. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran.
Widjajarta,
M., 2006, Bahaya Makanan Berpengawet.
(http://www.id.wikipedia.org/wiki/Mi-instan).
Winarno, F.G., Fardiaz, S., &
Fardiaz, D., 1980, Pengantar Teknologi
Pangan. Jakarta: Penerbit G
Post a Comment