Jurnal Formulasi Permen Jeli Penghilang Bau Mulut dari Minyak Atsiri Buah Kapulaga
Table of Contents
FORMULASI PERMEN JELI
PENGHILANG BAU MULUT dari MINYAK ATSIRI BUAH KAPULAGA (Amomum compactum Sol. Ex Maton) dengan MENVARIASIKAN KONSENTRASI
GELATIN SEBAGAI BASIS PERMEN JELI
Mexsi
Mutia Rissa, S. Farm, Chris
Deviarny, M. Farm, Apt, Dr. Friardi, Apt
Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
ABSTRAK
Buah
segar kapulaga (Amomum compactum Sol.
Ex Maton) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari sineol,
terpineol, dan borneol yang dapat digunakan sebagai menghilangkan
bau mulut. Penelitian telah dilakukan memformulasi
permen jeli minyak atsiri buah kapulaga (Amomum
compactum Sol. Ex Maton) sebagai produk fungsional dengan menvariasikan
konsentrasi gelatin yaitu 14%, 16%, 18%, dan 20%. Evaluasi sediaan
meliputi organoleptis, keseragaman bobot, pemeriksaan kandungan air, uji pH,
uji waktu melarut uji kekuatan gel, dan uji
kesukaan panelis. Berdasarkan hasil evaluasi minyak atsiri buah kapulaga (Amomum compactum Sol. Ex Maton) dapat diformulasi menjadi suatu produk
fungsional dan disukai oleh panelis. Berdasarkan
hasil data statistik dengan metode kruskal wallis untuk uji kesukaan panelis,
dari segi menghilangkan bau mulut adalah F2
(dengan konsentrasi gelatin 16%).
Kata
kunci: kapulaga,
minyak atsiri, gelatin, permen jeli
ABSTRACT
Fresh
fruit of cardamom (Amomum compactum Sol. Ex Maton) contains essential oils
consisting of cineol, terpineol, borneol it’s be can use to eliminate bad
breath. The research has been conducted to formulate the essential oil of
cardamom fruit (Amomum compactum Sol. Ex Maton) as a functional product with
variation the concentration of gelatin is 14%, 16%, 18%, and 20%. Preparations
in clude organoleptic evaluation, weight uniformity, checking water content, pH
test, test of time dissolving gel strength test, and test panelists
preferences. From the evaluation of the essential oils of cardamom fruit
(Amomum compactum Sol. Ex Maton) can be formulated become a functional product
and liked by the panelist. Based on statistical data with Kruskal-Wallis test
method to test panelist pleasure. The most of eliminating bad breath is F2
(with a gelatin concentration of 16%).
PENDAHULUAN
Buah kapulaga
mengandung minyak atsiri yang terdiri dari sineol, terpineol, dan borneol. Selain
itu buah kapulaga juga banyak mengandung saponin, flavonoid, senyawa-senyawa
polifenol, pati, gula, lemak, protein dan silikat (Herliana,2013). Berdasarkan
penelitian Utami (2013), minyak atsiri pada buah kapulaga segar belum diteliti
keefektifannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri, dan pada buah kapulaga
setengah kering memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat Streptococcus pyogenes sebesar 2,5%,
sedangkan pada buah kapulaga kering memiliki aktivitas bakteri dalam menghambat
Escherichia coli sebesar 5%.
Buah kapulaga
berkhasiat untuk obat batuk, menghilangkan bau mulut dan menurunkan panas (Herliana,
2013).
Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan suatu inovasi untuk memanfaatkan secara optimum minyak
atsiri kapulaga dengan membuat suatu formula baru dengan mengolah minyak atsiri
kapulaga menjadi produk fungsional yang mudah dikonsumsi, praktis, dan
bermanfaat serta harga yang terjangkau. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan
minyak atsiri kapulaga diarahkan kepada formulasi permen jeli yang nantinya
dimaksudkan untuk menghilangkan bau mulut dan rasa gatal pada tenggorokan. Hal ini dikarenakan produk berupa permen jeli merupakan produk yang disukai oleh berbagai kalangan dan
praktis untuk dikonsumsi serta untuk mengoptimalkan penggunaan
minyak atsiri. Komponen utama permen jeli adalah gelatin dan karagenan
yang apabila dikembangkan dengan air nantinya akan membentuk mekanisme
pembentukan gel sehingga dapat menahan minyak atsiri yang mudah menguap.
Pada penelitian
ini dipilih gelatin dengan tipe gelatin B karna berdasarkan sifat-sifatnya
gelatin digunakan sebagai penstabil (stabilizer), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), pembentuk jeli (gelling agent), pengikat (binder), perekat (adhesive), dan pembungkus makanan (edible coating), serta daya cerna yang tinggi.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat-alat gelas
standar laboratorium seperti: cawan penguap, corong, gelas ukur, beaker glass,
Waterbath, timbangan digital, kaca arloji, pH meter inolab, alat destilasi,
pipet tetes, pisau, krus porselin, oven, batang pengaduk, pinset, spatel, kertas perkamen, tabung
reaksi, plat tetes, cetakan permen jeli, wadah permen jeli, panci aluminium,
lemari pendingin, piknometer, Refraktometer, Polarimeter, Digital Force Gauge, Disintegration
tester.
Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan adalah buah kapulaga, aquadest, dietil eter, Na sulfat anhidrat,
NaOH, KOH, asam oksalat, etanol 96%, gelatin, sukrosa, asam sitrat, aqua.
METODOLOGI
PENELITIAN
Pengambilan
Sampel
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah buah kapulaga segar (Amomum
compactum Sol.
Ex Maton) diambil dari daerah Batusangkar, Kab. Tanah Datar.
Identifikasi
Sampel
Identifikasi
sampel dilakukan dengan cara membawa tumbuhan buah kapulaga (Amomum compactum Sol.
Ex Maton) kemudian sampel diidentifikasi di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang.
Destilat
Buah Kapulaga
Buah
kapulaga dicuci bersih dan ditimbang 3200 gram. Kemudian dilakukan destilasi
air, dihitung dari tetesan destilat keluar. Minyak yang terpisah dari air
langsung dipisahkan, minyak yang diperoleh dikumpulkan jadi satu. Air yang
terbawa dalam minyak dihilangkan dengan penambahan Na sulfat anhidrat
(Fachriyah, 2007) dan diperoleh minyak atsiri sebanyak 50,7209
g dengan randemen 1,585%.
Pembuatan Permen Jeli
Sukrosa dan gelatin masing-masing dilarutkan dengan
air panas (suhu +80°C), kemudian kedua larutan diaduk hingga terbentuk
masa jeli diatas api kecil selama 5-10 menit. Asam sitrat ditambahkan pada suhu
+75°C. Kemudian minyak atsiri kapulaga ditambahkan kedalam
campuran, diaduk hingga
mengental selama 5 menit. Massa yang
sudah terbentuk dituangkan kedalam cetakan dan dibiarkan 20 menit pada suhu
ruangan. Kemudian dimasukkan kedalam
lemari pendingin pada suhu 5°C selama 12 jam. Permen jeli yang sudah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan
potong, dimasukkan kedalam wadah dan ditutup rapat.
Analisa data
Data
hasil pengujian kesukaan panelis yang berupa skor diolah secara statistik
dengan analisa Kruskal-wallis.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pemeriksaan Destilat Kapulaga
1. Hasil
pemeriksaan identifikasi dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNAND tanaman Kapulaga yaitu Amomum compactum Sol. Ex Maton.
2. Dari
3,2 kg buah segar kapulaga (Amomum
compactum Sol. Ex Maton) diperoleh minyak atsiri sebanyak 50,7209 g dengan
randemen 1,585 %.
3. Hasil
pemeriksaan organoleptis dari minyak atrisi adalah minyak atsiri yang bewarna
kuning muda dan jernih, berbau menyengat dan khas, serta berasa pedas.
4. Berat
jenis minyak atsiri buah kapulaga segar
0,9272 g/ml.
5. Indeks
bias minyak atsiri buah kapulaga segar
1,46 pada suhu 250C.
6. Rotasi
optik minyak atsiri buah kapulaga segar
2dm - 4,823 dan + 4,873.
7. Bilangan
asam minyak atsiri buah kapulaga segar
0,6.
8. Bercampur
dengan alkohol 96% minyak atsiri buah
kapulaga segar bercampur dalam 0,8ml (16 tetes) alkohol.
9. Komposisi
senyawa yang teridentifikasi dengan menggunakan alat GC-MS diperoleh komponen
kimia sebanyak 13 senyawa kimia dengan tiga kali penginjeksian sampel.
Hasil Evaluasi
Permen Jeli Minyak Atsiri Buah Kapulaga
1. Pemeriksaan
Organoleptis sediaan Permen Jeli dari minyak atsiri kapulaga yang dilakukan
secara visual selama 8 minggu didapatkan hasil F0 (berbentuk padat elastis,
warna kuning muda transparan, bau lemah, rasa manis); F1 (bentuk padat elastis,
warna kuning muda transparan, bau khas kapulaga, rasa manis pedas menyegarkan);
F2 (bentuk padat elastis, warna kuning muda transparan, bau khas kapulaga, rasa
manis agak pedas menyegarkan); F3 (bentuk padat kurang elastis, warna kuning muda transparan, bau khas
kapulaga, rasa manis agak pedas menyegarkan); F4 (bentuk padat kurang
elastis, warna kuning muda transparan,
bau khas kapulaga, rasa manis agak pedas menyegarkan); P (bentuk padat elastis,
warna kuning transparan, bau khas jeruk, rasa manis).
2. Hasil
Uji Keseragaman Bobot Permen Jeli minyak atsiri kapulaga diperoleh
keseragamannya berkisar antara 0,063% sampai 0,491%.
3. Hasil Pemeriksaan Kandungan Air Permen Jeli
minyak atsiri kapulaga, diperoleh F0= 15,89%, F1= 15,68%, F2= 14,93%, F3=
13,01%, F4= 11,97%, dan P= 10,16%.
4. Hasil Uji pH Permen Jeli minyak atsiri
kapulaga diperoleh pH F0= 6,19, F1= 6,15, F2= 6,20, F3= 6,24, F4= 6,22, P=
6,26.
5. Hasil
Uji Waktu melarut Permen Jeli minyak atsiri kapulaga diperoleh F0= 15,6 menit, F1=
15,6 menit, F2= 17,2 menit, F3= 18,8 menit, F4= 20 menit, P= 41,8 menit.
6. Hasil
Uji Kekuatan Gel Permen Jeli minyak atsiri kapulaga diperoleh hasil: F0= 1,3495
N, F1= 1,3995 N, F2= 1,709 N, F3= 2,0162 N, F4= 2,3995 N, P= 0,5745 N.
7. Hasil
Uji Panelis dapat dilihat pada bentuk dan warna diperoleh rata-rata F0= 4,1,
F1= 3,8, F2= 3,85, F3= 3,8, F4= 3,8, P= 4,7, bau dan rasa diperoleh rata-rata
F0= 4, F1= 3,2, F2= 3,5, F3= 3,5, F4= 3, P= 3,85, menghilangkan bau mulut di
peroleh rata-rata F0= 3,1, F1= 3,7, F2= 3,9, F3= 3,5, F4= 3,4, P= 3,35.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan memformulasi minyak atsiri
buah segar kapulaga (Amomum compactum Sol.
Ex Maton) dalam sediaan permen jeli dengan variasi konsentrasi gelatin 14%,
16%, 18% dan 20% dan minyak atsiri yang digunakan pada formula F1-F4 2%, yang
nantinya dimaksudkan untuk menghilangkan bau mulut.
Identifikasi buah kapulaga dilakukan di Herbarium
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Andalas Padang dengan nomor koleksi 021/K-ID/ANDA/II/2014
menunjukkan bahwa buah Kapulaga yang digunakan sesuai dengan buah dengan nama
latin Amomum compactum Sol. Ex Maton.
Minyak
atsiri buah kapulaga diperoleh dengan metode destilasi air. Metode ini dipilih
karena prosesnya sederhana, cukup efektif untuk menarik zat yang diinginkan, murah, alat penyuling dapat dipindahkan. Tetapi metoda ini masih
memungkinkan adanya air yang bercampur dengan minyak atsiri oleh karena itu
perlu penambahan Na sulfat anhidrat, dimana pada penambahan tersebut terjadi proses salting
out dimana kelarutan Na sulfat anhidrat dalam air lebih besar dan menyebabkan
minyak akan memisah sehingga mempermudah pemisahan antara minyak atsiri dan
air.
Proses destilasi dilakukan selama 5 jam sebanyak 7 kali. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan minyak atsiri buah kapulaga yang meliputi pemeriksaan organoleptis,
berat jenis, indeks bias, rotasi optik, bilangan asam, kelarutan dalam alkohol
dan GC-MS. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komponen kimia sebanyak 13
senyawa kimia yaitu (+)Alpha-Terpineol, Alpha-Gama langene, Cis-Farnesol,
Naphthalene,1,2,3,4,4a,5,6,8a-octahydro-7-methyl-4-metheylene-1-(1-methylethyl),
9-Octadecenoic acid (Z)-(CAS) Asam Oleat, 9-Hexadecenoic acid, Beta-Fenchyl
alcohol, Trans-Caryophyllene, Heptadecene-(8)-Carbonic Acid, 9-Octadecenoic
acid (Z)-2,3-dihydroxypropyl ester (CAS) 1-monoolein, Alpha-Copaene,
Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid, Cyclopentadecanone, 2-hydroxy, diantara
senyawa yang terdeteksi ada senyawa yang sesuai dengan literatur yang juga
berkhasiat untuk menghilangkan bau mulut yaitu (+)Alpha-Terpineol, dan ada juga
beberapa senyawa yang tidak terdeteksi yang berkhasiat untuk menghilangkan bau
mulut yaitu 1,8-sineol, borneol. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah alat pada GC-MS tersebut misalnya kolom dan gas
yang digunakan serta dari cara pemangambilan minyak atsiri buah kapulaga
tersebut.
Permen jeli merupakan suatu
produk yang berbentuk padat yang teksturnya relatif lunak bila dikunyah, jernih
dan elastis, terbuat dari sukrosa, bahan pembentuk gel seperti agar, gum,
pektin, pati, karagenan, dan gelatin yang diolah dengan teknik dan perlakuan
tertentu (Buckle, 1987). Gelatin dipilih sebagai bahan dasar pembuatan jel
karena berdasarkan sifat-sifatnya gelatin digunakan sebagai penstabil (stabilizer),
pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), pembentuk jeli (gelling agent), pengikat (binder), perekat (adhesive), dan pembungkus makanan (edible coating), serta daya cerna yang tinggi. Konsentrasi gelatin
yang digunakan adalah 14%, 16%, 18%, dan 20%. Pada orientasi juga telah dicoba
menggunakan karagenan sebagai bahan dasar permen jeli dengan menggunakan
konsentrasi yang sama yaitu 14%, 16%, 18%, dan 20% namun hasilnya kurang bagus,
dimana permen jeli yang diperoleh tidak elastis/kenyal.
Pemeriksaan terhadap bahan-bahan tambahan juga
perlu dilakukan pemeriksaan meliputi organoleptis dan kelarutan. Hasil
pemeriksaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan FI edisi IV. Dengan
demikian bahan-bahan yang akan digunakan sudah dapat dipakai untuk pembuatan
permen jeli.
Pada
evaluasi organoleptis permen jeli minyak atsiri buah kapulaga yang dilakukan
selama 8 minggu didapatkan hasil F0 (berbentuk padat elastis/kenyal, warna
kuning muda transparan, bau lemah, rasa manis); F1 (bentuk padat
elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, bau khas kapulaga, rasa manis
pedas menyegarkan); F2 (bentuk padat elastis/kenyal, warna kuning muda
transparan, bau khas kapulaga, rasa manis pedas menyegarkan); F3 (bentuk padat
kurang elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, bau khas kapulaga, rasa
manis pedas menyegarkan); F4 (bentuk padat kurang elastis/kenyal, warna kuning muda transparan, bau khas
kapulaga, rasa manis pedas menyegarkan),
hal ini disebabkan karena konsentrasi gelatin yang digunakan dalam
formulasi berbeda-beda, sehingga elastisitas permen jeli pada F0, F1, F2, F3,
dan F4 kelihatan elastis/kenyal. Dari hasil evaluasi organoleptis terhadap
permen jeli yang meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna ini menunjukkan bahwa
sediaan permen jeli tidak mengalami
perubahan pada saat penyimpanan. Hal ini dapat terjadi karena kesesuaian antara
bahan-bahan sehingga tidak terjadi
interaksi antara bahan yang dapat
menyebabkan perubahan-perubahan pada sediaan dan menghasilkan suatu sediaan
yang stabil pada penyimpanan Bentuk permen jeli yang beragam berdasarkan
perbedaan konsentrasi gelatin dari tiap-tiap formula.
Uji
keseragaman bobot permen jeli, karena belum ada persyaratan keseragaman
bobot permen jeli yang ada di pasaran dijadikan sebagai pembandingnya.
Pengujiannya dilakukan menggunakan 20 buah permen jeli minyak atsiri kapulaga,
yang ditimbang satu persatu kemudian dihitung bobot rata-rata dan persen
penyimpangan terhadap bobot rata-ratanya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengevaluasi kehomogenan permen jeli yang dihasilkan, Hasil pemeriksaan
diperoleh penyimpangan tiap formula permen jeli
dari bobot rata-rata adalah berkisar antara 0,063% sampai 0,491%., hasil
ini cukup baik untuk keseragaman bobot formula permen jeli minyak atisiri
kapulaga.
Pemeriksaan
kandungan air permen jeli, menunjukkan formula pada F0 lebih banyak mengandung
air yaitu 15,89%. Konsentrasi yang digunakan antara F0, F1, F2, F3, dan F4 yang
paling kecil adalah F0 dan tidak ada bahan aktif, sehingga kandungan airnya
lebih tinggi, sedangkan pada F1, F2, F3, F4 kandungan airnya lebih sedikit
karena konsentrasi gelatin yang digunakan lebih besar, dimana semakin besar
konsentrasi gelatin yang digunakan kandungan airnya semakin sedikit, dan minyak
atsiri yang ada dalam tiap formula tidak mempengaruhi kandungan air karna
selama pemanasan minyak atsiri tersebut akan menguap.
Evaluasi
pH permen jeli minyak atsiri buah
kapulaga yang diamati menunjukkan hasil, pH permen jeli yang dihasilkan harus berada pada range pH mulut agar tidak
menimbulkan iritasi pada mukosa mulut. Hasil pH yang diamati F0= 6,20, F1=
6,19, F2= 6,20, F3= 6,22, F4= 6,22, P= 6,23. Sementara pH normal mulut yaitu berada dalam range 5,5 –
7,9 (Rooban, 2006), disini menunjukkan formulasi permen jeli cocok dengan pH
mulut. Pengujian pH dilakukan hanya satu
kali karena berdasarkan sifat dari gelatin yang edible coating yaitu pembungkus
makanan dalam waktu lama agar tidak cepat rusak, dan juga dapat menghambat
masuknya udara, debu dan sebagainya dari luar ke dalam makanan, jadi pH permen jeli dalam beberapa waktu
selama penyimpanan tidak akan jauh berbeda bahkan memiliki pH yang sama dengan
pengukuran sebelumnya, oleh karna itu pengukuran pH hanya dilakukan satu kali
saja.
Uji
waktu hancur permen jeli, menggunakan alat Desintegrator tester. Waktu melarut
permen jeli yang diukur dengan rata-rata daya larut berkisar antara; F0= 15,6
menit, F1= 15,6 menit, F2= 17,2 menit, F3= 18,8 menit, F4= 20 menit, P= 41,8
menit. Pada setiap formula menunjukkan variasi
dalam daya larut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi gelatin pada
setiap formula, makin tinggi konsentrasi gelatin makin lama larutnya permen
jeli yang dihasilkan. Pembanding lebih lama melarutnya di banding F0, F1, F2,
F3, F4, salah satu penyebab dari formulasinya, dimana formulasi permen jeli
pada pembanding menggunakan gelatin dan agar-agar powder, sebagai bahan dasar
pembentuk jel.
Uji
kekuatan gel permen jeli, menggunakan
alat Digital Force Gauge didapatkan
hasil F0= 1,3495 N, F1= 1,3995 N, F2= 1,709 N, F3= 2,0162 N, F4= 2,3995 N, P=
0,5745 N. Dari hasil pengujian kekuatan gel dapat di simpulkan bahwa kekuatan
gel permen jeli cukup baik dalam formula permen jeli minyak atsiri kapulaga. Kekuatan gel merupakan sifat fisik gelatin yang utama,
karena kekuatan gel menunjukan kemampuan gelatin dalam pembentukan gel
(Glicksman, 1969). Gelatin yang mempunyai kekuatan gel yang tinggi diharapkan
mempunyai kemampuan mengikat yang tinggi pula. Tetapi pada pembanding
konsentrasi yang digunakan cukup tinggi namun pada pengukuran, kekuatannya
lebih rendah di bandingkan F0, F1, F2, F3, F4. Hal ini di sebabkan oleh
ketebalan, dimana pada pembanding ukuran ketebalannya agak tipis sehingga pada
pengukuran harus hati-hati karena pengukuran dengan menggunakan alat Digital Force Gauge teknik
pengukurannya seperti penekanan beban tidak boleh sampai ke dasar landasan,
karena kekuatan yang akan terbaca adalah kekuatan dari landasan tersebut, oleh
karena itu pembanding dengan bentuk agak tipis penekanan beban agak sulit di
kontrol terlebih pada pengukuran dibagian sisi samping.
Pada
uji kesukaan panelis dianalisa dengan metode kruskal-wallis karena uji kesukaan
panelis bersifat non parametrik. Metode kruskal-wallis merupakan metode analisa
yang paling tepat dan mudah untuk melakukan uji kesukaan panelis karena hasil ujinya didasarkan kepada rangking yang
tertinggi (Spiegel M. and L. Stephens., 2004). Hasil uji kesukaan panelis
terhadap lima formula dan satu pembanding yang dianalisa dengan metode
kruskal-wallis berdasarkan rangking yang tertinggi menunjukkan bahwa F0 paling
banyak disukai rasanya oleh panelis
karena rasanya yang enak dan tidak mengandung minyak atsiri kapulaga yang
sebagian besar panelis tidak menyukai rasa pedas dari kapulaga, sedangkan F2
paling disukai sebagai penghilang bau mulut, konsentrasi minyak atsiri yang
digunakan sama sehingga kemampuan untuk menghilangkan bau mulut juga sama, F2
ini dilihat dari bentuknya yang
elastis/kenyal dan juga dapat menghilangkan bau mulut, sedangkan pada F3 dan F4
bentuknya kurang alastis/kenyal. Berdasarkan statistik bahwa F0 paling banyak
disukai dari segi organoleptisnya karena F0 memberikan rasa yang enak bagi
panelis, sedangkan F1, F2, F3 dan F4 memiliki rasa yang pedas dari minyak
atsiri buah kapulaga.
Analisa
komposisi kimia minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS. Metode
ini merupakan metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan campuran yang
rumit, mampu menganalisa cuplikan dalam jumlah yang sangat kecil serta
menghasilkan data yang berguna mengenai struktur serta identitas senyawa
organik. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen
campuran dalam sampel sedangkan spektromassa berfungsi mendeteksi masing-masing
molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas (Agusta,
2000).
Secara
garis besar komponen-komponen dasar GC-MS terdiri atas gas pembawa, gerbang
suntik, oven, kolom, detektor, dan perekam. Parameter hasil pemisahan yang
digunakan adalah waktu hambat atau waktu retensi. Waktu retensi adalah waktu
yang dibutuhkan oleh suatu komponen untuk terpisah sejak penyuntikan hingga
terbentuknya puncak maksimum.
Dari analisa GC-MS akan diperoleh 2 informasi dasar,
yaitu hasil identifikasi pemisahan campuran senyawa kimia dari GC yang akan
ditampilkan dalam bentuk kromatogram, dimana dari kromatogram tersebut dapat
dilihat komponen kimia, waktu retensi, luas area (% Area Peak). Sedangkan dari spektrometer massa akan memberikan
informasi mengenai jenis dan jumlah fragmen-fragmen molekul yang terbentuk dari
suatu komponen kimia yang memiliki BM yang berbeda.
Sampel dianalisa dengan metode GC-MS, dari hasil
kromatografi gas akan ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Dari kromatogram
tersebut akan diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia yang ditunjukkan
oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram. Dari hasil kromatogram,
telah diketahui bahwa pada tiap-tiap sampelnya mempunyai perbedaan, baik dari
segi jumlah komponen kimia yang teridentifikasi, juga kadar masing-masing
komponen kimia tersebut. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah alat pada GC-MS tersebut misalnya kolom dan gas yang
digunakan. Dari minyak atsiri diperoleh komponen kimia sebanyak 13 senyawa
kimia dengan tiga kali penginjeksian sampel.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Minyak atsiri
buah kapulaga dapat diformulasi dalam bentuk permen jeli dengan konsentrasi
gelatin 16%.
2. Berdasarkan uji statistik dengan metode
kruskal-wallis formula permen jeli yang paling disukai panelis adalah F2
untuk menghilangkan bau mulut.
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
menguji aktivitas antibakteri sediaan permen jeli minyak atsiri buah kapulaga
terhadap bakteri Streptococcus pyogens, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusta,
Andrian, 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan
Tropika Indonesia, ITB, Bandung.
Almatsier, S. 2001. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. PT. SUN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amiruldin,M., 2007, “Pembuatan dan
Analisis Karakteristik Gelatin dari Tulang Ikan Tuna (Thunus albacares)”, Skripsi,
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Ansel, H.C. 1989. Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim. Universitas Indonesia. Jakarta.
Bambang, K., Dkk. 1998. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan. Pusat
antar Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Barus, B. R. 2010. Karakterisasi Simplesia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri
dari Buah Kapulaga ( Amomi Fructus ) yang ditanan dan yang diambil dari Pasar
secara GC- MS. Medan: Universitas Sumatra Uatara.
British
Standard 757, 1975, “Sampling and Testing
of Gelatin”. Di Dalam Imeson.
1992. Thikcening and Gelling Agents for Food. Academic Press, New York.
Buckle, K. A. dkk. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Cahyadi,
W. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.
Chempakam, B dan Sindhu, S. 2008. Small Cardamon. Di dalam Parthasarathy,
V. A., Chempakam, B., dan Zachariah, T. J. 2008. Chemistry of Spices. Ipi, Pondicherry. India.
Cipta, S. 2008. Pemisahan Minyak Atsiri Buah Kapulaga (Amomum cardamomun) Secara
Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitasnya Terhadap Malassezia furfur in Vitro. Artikel
Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Damanik,
A, 2005, “Gelatin Halal Gelatin Haram”, Jurnal
Halal LP POM MUI No.36 Maret 2001, Jakarta
Depkes RI. 1979.
Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan. Jakarta.
Depkes RI, 1995,
Farmakope Indonesia, Ed IV,
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Dewan
Standarnisasi Nasional, 1995, Standar Nasional Indonesia (SNI) 01.3735.1995, “Mutu dan Cara Uji Gelatin”, Dewan Standarnisasi
Nasional, Jakarta.
Fachriyah, E. dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Biji Kapulaga
(Amomum cardamomum). Jurnal Sains dan Matematika.
Gelatin
Manufactures Association of Asia Facific (GMAP), 2005, http://www.gmap-gelatin.com
Gelatin
Manufactures Institute of America (GMIA), 2007, http://www.gelati-gmia.com.,
Glicksman,
M., 1969, Gum Technology in Food Industry,
Academic Press, New York.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IVB. alih bahasa oleh S. Ketaren. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Harbone, J. B.
1987. Metoda Fitokimia Penentuan Cara Moderen Menganalisa Tumbuhan
Cetakan ke-2. diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I. Soediro. Bandung. ITB
Herliana, E. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Bogor.
Heyne,
K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
jilid III. Jakarta.
Hidayat,
N. 2004. Membuat Permen Jelly. Trubus
Agri Sarana. Surabaya.
Junianto,
Haetami,K., Maulina,I., 2006, “Produksi Gelatin dari Tulang Ikan dan
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul”, Laporan Penelitian, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Surabaya : Penebar Swadaya.
Loekmonohadi.
1990. Kimia Makanan. FT.IKIP.
Semarang.
Lutony, T. L., dan Rahmayanti, Y. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Martin et al. 1990. Farmasi Fisika.
UI Press. Jakarta.
Maryani, H dan Kristiana, L. 2004. Tanaman Obat untuk Influenza. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Nababan, M. F. 2012. Analisa Minyak Atsiri dari Buah, Daun, dan
Rimpang Kapulaga (Amommum cardamomum Willd.). Padang: Universitas Andalas.
Poppe,J.,
1992, Gelatin. Di dalam A.Imeson, “Thickening and Gelling Agent for Food”,
Academic Press, New York.
Rahmi, N. 1996. Kajian Proses Pembuatan permen Jelly Jahe. Bogor: Institur
Pertanian Bogor.
Rofiqi, Fuad, 2012, Definisi,
IntrumentasI, Prinsip Kerja, dan Metode Analisis Gas Cromatografy Mass
Spectrometry (GCMS) http://fuadrofiqi.blogspot.com, Diakses Tanggal 2 April 2013.
Rooban,T., G. Mishra, J. Elizabeth, K.
Ranganathan and T. R. Saraswathi, 2006, Effect of Habitual Arecanut Chewing on
Resting Whole Mouth salivary Flow Rate and pH, 2006, Indian J. Med Sci, 60(3): 95-105
Sartika, D. 2009. Pengembangan Produk Marshmallow dari Gelatin Kulit Ikan Kakap merah
(Lutjanus sp.). Bogor: Institur Pertanian Bogor.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Hal. 14. Silverstein, R. M. Bassler, G. C., dan Morril,
T. C. (1986). Laboratory Investigasion in Organic Chemestry. Penerjemah:
Hartono, dkk. Penyidikan Spektrometik
Senyawa Organik. Jakarta: Erlangga.
Sinaga, E. 2008. Amomum cardamomum Willd. Pusat Penelitian. Pengembangan Tumbuhan
Obat. UNAS. Jakarta.
Spiegel, M. R., and L. J. Stephens,
2004, Statistik Edisi ke-3, Diterjemahkan oleh W. Kastawan dan I. Harmein,
Erlangga, Jakarta.
[SNI] Standart Nasional Indonesia.
01-3547-1994. Kembang gula. Jakarta:
Dewan Standarisasi Nasional, Depertemen Perindustrian.
Utami, D. R. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Kapulaga (Amommum Compactum Soland.
Ex Maton.) Terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes.
Yogyakarta: universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Wade
and Weller, 1994, Handbook of
pharmaceutical Exipientas 2nd Ed, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association, London.
Yuniarti, A.
2011. Kadar Zat Besi, Serat, Gula Tatal,
dan Daya Terima Permen Jelly dengan Penambahan Rumput Laut Gracilaria SP dan
Sargassum SP. Semarang: Universitas Diponegoro.
Post a Comment