Thursday, November 10, 2016

Obat Obat Yang Mempengaruhi Sistem Saraf Otonom

Obat Obat Yang Mempengaruhi Sistem Saraf Otonom

Apotekers.com Sistem saraf dalam tubuh itu dibagi 2 yaitu sistem saraf otonom dan sitem saraf pusat. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang berkerja di luar kehendak kita, dalam arti lain sistem ini bekerja tanpa kita sadari. Contohnya gerakan peristaltik usus pada saluran pencernaan, denyut jantung dan sebagainya.

Sistem saraf otonom juga dipengaruhi oleh sistem saraf pusat, misalkan pada saat takut sistem saraf parasimpatik lebih aktif lagi melalui neurotransmiter asetilkolin hal ini dapat meningkatkan gerakan peristaltik usus yang kuat menyebabkan rasa ingin buang air besar yang tinggi. Rasa takut juga akan mempengaruhi otot polos, yang juga akan meningkatkan keinginan berkemih atau buang air kecil.

Selain itu denyut jantung juga dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatik dan sistem saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik melalui neurotransmiternya asetilkolin dan sistem saraf simpatik melalui norepinefrin. Tanpa peranan norepineprin denyut jantung akan menjadi lamban dan ini semua diluar kesadaran kita. Norepineprin juga mempengaruhi gairah hidup (mood) yang bekerja sama dengan neurotransmiter serotonin.

Untuk menjelaskan kerja obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom maka harus dipahami 2 hal yang mendasar yaitu asetilkolin dan juga norepinefrin. Dapat dibaca pada artiel ini Fungsi Sitem Saraf Otonom Bagi Tubuh.

Obat yang berkerja pada sistem saraf parasimpatik dan sistem saraf simpatik

Obat yang bekerja pada sistem saraf ini dibagi atas 2 bagian, berikut pembagian obatnya :

1. Obat yang berkerja melalui otot polos dan otot rangka

Obat antikolinergik adalah obat-obat yang bekerja kompetitif dengan reseptor asetilkolin. Biasanya jenis obat ini digunakan untuk mengatasi spasmus pada lambung, diare dan untuk meningkatkan atau mengimbangi kontraksi otot jantung. Sebagai contoh dari obat ini adalah ekstrak beladone, dyssopyramide ( norpace ) hioscyini HBr ( Buscopan ) dan primaverine ( Sytabon ).

a. Obat antikolinergik diberikan secara lansung, masuk kedalam tubuh biasanya digunakan secara intravena, sebagai contoh suksinilkolin dan sitikolin bekerja secara lansung masuk kedalam tubuh melalui intravena. Asetilkolin dapat digunakan untuk mengatasi kelumpuhan karena dapat mengaktifkan kemabali aktivitas otot rangka. Senyawa ini akan mengalami degradasi apabila digunakan secara oral. Fungsinya sendiri bisa digunakan untuk penderita stroke agar terjadi vasodilatasi dan perbaikan sel otak yang rusak.

b. Obat antikolinergik bekerja secara tidak lansung,  
maksudnya obat ini menghambat enzim asetilkolin eterase sehingga menghambat penguraian asetilkolin dan diharapkan kebutuhan asetilkolin akan terpenuhi pada reseptornya. Contoh obat yang banyak beredar dipasaran adalah donepezil ( Aricept ).

2. Obat yang berkerja pada sistem saraf simpatik melalui neurotransmiter norepinefrin.

a. Obat adrenergik adalah jenis obat yang bekerja analog dengan norepinefrin. Maksudnya adalah obat-obat bekerja mirip dengan neurotransmiter norepinefrin, diantranya adrenalin, dobutamin dan isoprenalin. Adrenalin bekerja untuk meningkatkan kontraksi otot jantung akibat alergi hipersensitif setelah menggunakan penisilin dan derivat-derivatnya.  Dobutamin sendiri meningkatkan kontraksi jantung dan tekanan darah melalui reseptor beta 1 dan alfa 1 serta melancarkan keluaran urin serta mengeluarkan sampah-sampah metabolisme. Demikian juga dengan isoprenalin yang bekerja pada reseptor alfa 1 dan beta 1.

b.  Obat anti adrenergik antagonis alfa 1 adalah sederetan obat yang bekerja menghambat reseptor alfa 1, sehingga norepinefrin tidak dapat berikatan dengan reseptornya. Akibatnya terjadi relaksasi pembuluh darah ( vasodilatasi ). Contoh obat golongan ini diantaranya prazosin, doksazosin, dan terazosin, obat ini dapat digunakan sebagai antihipertensi.

c. Bisoprolol, atenolol, asebutalol dan beberapa obat lainya merupakan sederatan antagonis beta 1 yang selektif digunakan sebagai obat antihipertensi dan sangat ampuh dalam menurunkan denyut nadi permenit (DNP) sehingga besar manfaatnya sebagai obat takikardia.

d. Agonis alfa 2 seperti klonidin merupakan analog norepinefrin yang sangat berguna bagi penderita sakit jantung dan hipertensi. Klonidin akan mencapai reseptor alfa 2 yang bersifat autoresptor dan akan mengontrol tirosin dalam memproduksi norepinefrin.

e. Agonis beta 2 seperti salbutamol dan terbutalin merupakan analog dengan golongan katekolamin atau norepinefrin berperan dalam relaksasi bronkus sehingga sering digunakan untuk asma. Salbutamol dan terbutalin sendiri ada dalam bentuk sedian inheler.

f. Antagonis beta 2, penggunaannya jarang atau hampir dikatakan tidak ada digunakan sebagai pengobatan, hanya sering digunakan untuk percobaan laboratorium.

patofsiologi, farmakologi, farmakoterapi


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon