Racun Dari Mikroorganisme Yang Penting Untuk Diketahui
Table of Contents
SENYAWA BERACUN DARI MIKROORGANISME
Toksin
atau racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil, bila masuk ke
dalamtubuh dan bekerja secara kimiawi dapat menimbulkan gejala-gejala abnormal
sampai kepada kematian.Sebelum
membahas lebih jauh tentang toksin pada mikrooragisme, ada 2 istilah
yangdisebabkan oleh toksin pada mikroorganisme
1. Infeksi : suatu keadaan yang
dialami oleh seseorang setelah mengkonsumsi makananyangmengandung bakteri
pathogen kemudian muncul gejala-gejala penyakit.
2. Keracunan / Intoksikasi :
suatu keadaan yang dialami oleh seseorang setelahmengkonsumsimakanan yang
mengandung toksin yang dihasilkan olehmikroorganisme, baik bakteri maupun
kapang/jamur. ( F.G Winarno, 2004 ). Bahasan
toksin pada mikroorganisme berikut ini lebih cenderung pada toksin – toksin
yangmenyebabkan keracunan.
Macam-macam senyawa beracun dari
mikroorganisme terbagi menjadi 3, yaitu :
Ø Berasal dari
bakteri.
Ø Berasal dari
jamur
Ø Berasal dari
alga dan plankton.
Senyawa Beracun berasal dari Bakteri
Ø BOTULININ
Senyawa beracun ini
diproduksi oleh Clostridium botulinum. Keracunan yang ditimbulkan
akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung botulinin ini disebut botulisme.
Botulinin
merupakan neurotoksin yang sangat
berbahaya bagi manusia dan sering kali akut dan
menyebabkan kematian.
Bakteri Clostridium
botulinum umum terdapat pada makanan kaleng dengan pH lebih dari
4,6. Kerusakan makanan kaleng
dipengaruhi oleh jenis makanan dan jenis mikroba yang
terdapat didalamnya. Pada
dasarnya makanan kaleng dibedakan atas tiga kelompok
berdasarkan keasaman, yaitu:
1. Makanan kaleng berasam rendah
(pH>4,6), misalnya produk-produk daging dan ikan,
beberapa sayuran (jagung,
buncis), dan masakan yang terdiri dari campuran daging dan
sayuran
(lodeh, gudeg, opor, dan lain-lain).
2. Makanan kaleng asam (pH
3,7-4,6), misalnya produk-produk tomat, pear.dll
3. Makanan kaleng berasam tinggi
(pH<3,7), misalnya buah-buahan dan sayuran kaleng
seperti jeruk, pikel, sauerkraut,
dan lain-lain
Kerusakan bahan pangan termasuk
makanan dalam kaleng dapat dideteksi dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Uji organoleptik dengan
melihat tanda-tanda kerusakan seperti perubahan tekstur atau
kekenyalan,
kekentalan, warna bau, pembentukkan lendir, dan lain-lain.
2. Uji fisik untuk melihat
perubahan-perubahan fisik yang terjadi karena kerusakan oleh
mikroba maupun oleh reaksi kimia,
misalnya perubahan pH, kekentalan, tekstur, indeks
refraktif,
dan lain-lain.
3. Uji kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa
kimia sebagai hasil pemecahan komponen
pangan
oleh mikroba atau hasil dari reaksi kimia.
4. Uji mikrobiologis, yang dapat
dilakukan dengan metode hitungan cawan, MPN, dan
mikroskopis.
Tanda-tanda kerusakan
pada makanan kaleng yang disebabkan oleh Clostridium botulinum
diantaranya adalah produk
mengalami fermentasi, bau asam, bau keju atau bau butirat, pH
sedikit di atas normal dengan
tekstur rusak. Penampakan pada keleng memperlihatkan bahwa
kaleng menggembung. Jika
dibiarkan terus menerus mungkin bisa meledak (Siagian 2002).
Beberapa pencegahan yang bisa
dilakukan oleh konsumen diantaranya adalah selalu
memperhatikan batas kadaluarsa
makanan kaleng serta selalu memperhatikan tekstur kaleng.
Apabila batas kadaluarsa habis
atau tekstur kaleng mengalami penggembungan jangan sekalikali
mencoba untuk membelinya. Uji bau
dapat dilakukan dengan cara mencium bau
makanan tersebut, jika baunya
sudah menglami perubahan lebih baik tidak mengkonsumsi
makanan kaleng tersebut.
Ø TOKSOFLAVIN dan ASAM BONGKREK
Kedua senyawa beracun
ini diproduksi oleh Pseudomonas Cocovenenans, dalam jenis
makanan yang disebut tempe bongkrek, yaitu tempe yangdibuat
dengan bahan utama ampas
kelapa. Pseudomonas Cocovenenans
ini tumbuh pada tempe bongkrek yang gagal dan rapuh.
Pseudomonas Cocovenenans
memerlukan substrat minyak kelapa, dengan enzim yang
diproduksinya mampu
menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak . Gliserol
kemudian diubah menjadi
toksoflavin( C7H7N5O2), dan asam lemaknya terutama asam oleat
diubah menjadi asam bongkrek (
C28H38O7 ) Asam bongkrek ini dapat mengganggu
metabolisme glikogen dengan
memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikemia
yang kemudian berubah menjadi
hipoglikemia dan lalu menyebabkan kematian
Pertumbuhan Pseudomonas
Cocovenenans dapat dicegah bila pH substrat diturunkan di
bawah 5,5 atau dengan penambahan
garam NaCl pada substrat dengan konsentrasi2,75 – 3 %
4
Ø
ENTEROTOKSIN
Enterotoksin
diproduksi oleh berbagai macam bakteri, termasuk organisme penyebab
keracunan makanan seperti
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella enteriditis ,
dan Vibrio cholerae.Disebut
enterotoksin karena menyebabkan gastroenteritis.
Enterotoksin adalah eksotoksin yang
aktivitasnya mempengaruhi usus halus, sehingga
umumnya menyebabkan sekresi
cairan secara berlebihan ke dalam rongga usus,
menyebabkan diare dan
muntah-muntah.
Enterotoksin yang
dihasilkan oleh V. choleraeadalah
penyebab kolera.Toksin tersebut akan
mengaktifkan enzim siklik
adenilase yang mengubah ATP menjadi cAMP sehingga cAMP
menjadi berlebihan dan
menyebabkan ion klorida serta bikarbonat dikeluarkan dalam jumlah
besar dari sel mukosa ke dalam
rongga usus. Hal tersebut menyebabkan dehidrasi pada
penderia kolera.Enterotoksin bisa
terdapat pada daging, ikan, susu serta produk susu, telur dan sosis yang
dibiarkan terbuka.Pencegahannya Bila daging, ikan, susu dan produknya, telur
dan sosis tidak dikonsumsi sebaiknya disimpan di lemari pendingin
Senyawa Beracun berasal dari Jamur
Ø MIKOTOKSIN
Mikotoksin merupakan
senyawa beracun yang diproduksi oleh kapang (mold) atau jamur.
Mikotoksin yang terkenal adalah Aflatoksin yaitu senyawa beracun yang
diproduksi
OlehAspergillus flavus atau
Aspergillus yang lain misalnya Aspergillus Parasiticus.
Aflatoksin digolongkan menjadi aflatoksin
B (fluoresens biru) dan aflatoksin G ( fluoresen
hijau ) serta turunan –
turunannya.Aflatoksin B1 merupakan jenis yang paling beracun
terhadap beberapa jenis ternak,
terutama kalkun, dan bersifat karsinogenik pada hati
Substrat yang paling disenangi
oleh Aspergillus Flavus adalah kacang tanah atau produkproduk
dari kacang tanah serta bungkil
kacang tanah. Di samping itu ditemukan juga pada
biji kapas, jagung, dan beras
terutama yang telah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Batas maksimum Aflatoksin yang
diperbolehkan pada makanan berdasarkan pada Keputusan
Kepala BPOM RI No Hk.
00.05.1.4057, AFB1 adalah 20 ppb.
Ø
OCHRATOKSIN
Ochratoksin
banyak terdapat pada padi-padian, kedelai, kacang tanah, dan keju.Ochratoksin
dapat diketahui melalui struktur kimianya, yakni termasuk kelompok
dihidroisocoumarin tetapi pada rantai sampingnya memiliki atom clorin.
Pada tahun
1950-an kehadiran ochratoksin terdapat di wilayah Yugoslavia dan Bulgaria. Pada
kedua Negara tersebut, ochratoksin menyebabkan nephropathy. Ochratoksin hadir
menginfeksi bahan pangan lewat Aspergillus orchraceus (ochratoksin
merupakan hasil metabolit sekunder dari Aspergillus orchraceus) dan
beberapa jenis Aspergillus yang lain jenis Penicillium. Gejala yang ditunjukkan
antara lain, necrosis, fibrosis, dll. Pada ternak, ochratoksin mengalami
degradasi oleh mikroorganisme ruminal.
Secara
umum, terdapat tiga macam ochratoxin yang disebut ochratoxin A,
B, dan C, namun yang paling banyak dipelajari adalah ochratoxin A karena
bersifat paling toksik diantara yang lainnya. Pada suatu penelitian menggunakan
tikus dan mencit, diketahui bahwa ochratoxinA dapat ditransfer ke
individu yang baru lahir melalui plasenta dan air susu induknya. Pada anak-anak
(terutama di Eropa), kandungan ochratoxin A di dalam tubuhnya relatif
lebih besar karena konsumsi susu dalam jumlah yang besar. Infeksi ochratoxinA
juga dapat menyebar melalui udara yang dapat masuk ke saluran pernapasan
Ø TRICHOTECENES
sumber
utama trichotecenes banyak dihasilkan pada jamur ber-genus Fusarium.Banyak efek
dari trichithecenes yang dapat menghambat sintesa protein dalam
tubuh.Trichothecenes pada umumnya diakui sebagai yang paling menghambat sintesa
protein dalam sel eukariotik.Penghambatan ini dapat terjadi pada inisiasi,
elongasi, dan hamper semua tahapan dalam sintesa protein itu sendiri.
Toksin ini stabil dan tahan
terhadapa pemanasan maupun proses pengolahan makanan dengan autoclave.
Selain itu, apabila masuk ke dalam pencernaan manusia, toksin akan sulit
dihidrolisis karenastabil pada pH asam dan netral.
Berdasarkan struktur kimia dan
cendawan penghasilnya, golongan trichothecene dikelompakan menjadi 4
tipe, yaitu A (gugus fungsi selain keton pada posisi C8), B (gugus karbonil
pada C8), C (epoksida pada C7,8 atau C9,10) dan D (sistem cincin mikrosiklik
antara C4 dan C15 dengan 2 ikatan ester).
Ø Senyawa Toksik
dari Algae dan plankton
Hanya
sedikit dari jutaan organism laut yang memproduksi toksin dan dapat menyebabkan
efek racun pada makanan.Racun biasanya berasal dari toksin yang diproduksi oleh
algae atau plankton.Ada 2 tipe penyakit yang dtsebabkan oleh marine algae
tersebut yakni racun pada kerang-kerangan (shelfish poisoning) yakni sebuah
penyakit yang disebabkan karena akibat mengkonsumsi kerang-kerangan yang telah
mencerna toksik dari algae, dan ciguatera poisoning, yang disebabkan karena
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi.Biasanya, algae dan plankton dikonsumsi
oleh mahluk hidup air yang berukuran kecil.
Contoh Bakteri Patogen yang membahayakan kesehatan
manusia
Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung,
kulit, tenggorokan, dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Bahan makanan
yang disiapkan menggunakan tangan, seperti :
penyiapan
sayuran mentah untuk salad
daging
dan produk daging, ayam, telur, salad
produk
bakeri, pastry, pai, sandwich, serta susu dan produk susu.
Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Senyawa beracun yang diproduksi Staphylococcus aureus disebut enterotoksin dan dapat berbentuk
dalam makanan karena pertumbuhan bakteri tersebut.Disebut enterotoksin karena
menyebakan gastro enteritis.Enterotoksin
sangat stabil terhadap panas, dan paling tahan panas ialah enterotoksin tipe B.
Pemanasan yang dilakukan oleh proses pemasakan normal tidak akan mampu
menginaktifkan toksin tersebut dan tetap dapat menyebabkan keracunan.
Gejala keracunan yang terjadi adalah banyak
mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala,
berkeringat dingin yang terjadi hanya satu dan dua hari. Sesudah itu, penderita
akan sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian.
Salmonella
Salmonella bersifat patogen pada manusia dan hewan
lainnya, dan dapat menyebabkan demam enterik dan gastroentritis. Diketahui
terdapat 200 jenis dari 2.300 serotip Salmonella yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia
Shigella
Shigella merupakan bakteri patogen di usus manusia
dan primata penyebab shigella (disentri basher).
Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah
salad, sayuran segar (mentah), susu dan produk susu, serta air yang
terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada tanah terpolusi dapat menjadi
faktor penyebab penyakit, seperti disentri basher atau shigellosis yang
disebabkan oleh Shigella
Vibrio collerata
Sebagian
besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut, serta
merupakan bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang.Spesies Vibrio yang
termasuk patogen adalah V. cholerae, V. parahaemolyticus, dan V. vulvinicus.Spesies
V. chloreae dan V. parahaemolyticus merupakan umber kontaminasi silang antara
buah dan sayuran mentah.
Clostridoum Botulinum
Senyawa beracun yang diproduksi clostridiumbotulinum disebut botulinin
dan keracunan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung
botulinin disebut botulisme.Botulinin merupakan neurotoksin yang sangat
berbahaya bagi manusia dan sering kali akut dan menyebabkan kematian.
Gejala-gejala botulisme timbul dalam
waktu 12 hingga 36 jam.Dimulai dengan gangguan pencernaan yang akut, mual,
muntah-muntah, serta pusing.Kemudian diikuti dengan terjadinya pandangan ganda,
setiap benda terlihat menjadi dua, sulit menelan dan berbicara, kemudian
diikuti klumpuhan saluran pernapasan dan jantung dan kematian terjadi karena
kesulitn bernapas.Korban dapat meninggal dalam waktu tiga sampai enam hari.
Botulinin merupakan sebuah molekul protein dengan
daya keracunan yang sangat kuat; satu mikrogram saja sudah cukup membunuh
seorang manusia.Untungnya karena merupakan protein, botulinin bersifat
termolabil dan dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80oC
selam 30 menit. Garam dengan konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau
kurang dapat menghambat pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin
dapat dicegah.
Botulinin dapat diproduksi oleh
beberapa jenis clostridiumbotulinum yaitu
tipe A,B C, D, E, F, dan G. Tipe yang paling berhaya adalah tipe A dan B,
sedangkan tipe E dan F dalam derajat yang lebih lemah juga tetap berbahaya bagi
manusia. Garam dengan konsentrasi 8% atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat
menghambat pertumbuhan C, botulinum
sehingga produksi botulinin dapat dicegah.
Clostiridium botulinum merupakan bahaya utama pada makanan kaleng karena dapat menyebabkan
keracunan botulinin. Tanda-tanda
keracunan botulinin antara lain tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan
kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang
tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di
dalamnya terkontaminasi udara dari luar.
Pseudomonas cocovenenans
Senyawa beracun yang dapat diproduksi oleh Pseudomonas
cocovenenansadalah toksoflavin
dan asam bongkrek. Kedua senyawa beracun tersebut diproduksi dalam jenis
makanan yang disebut tempe bongkrek, suatu tempe yang dibuat dengan bahan utama
ampas kelapa.
Pada umumnya tempe bongkrek yang jadi atau berhasil
dengan baik (kompak dan berwarna putih) hanya ditumbuhi kapang tempe rhizopus oligosporus, tetapi tempe yang
gagal dan rapuh disamping R. Oligosporus biasanya
juga tumbuh sejenis bakteri yang diebut Pseudomonas
cocovenenans, bakteri yang sebenarnya tidak dikehendaki ada dalam tempe
bongkrek. Bakteri inilah yang menyebabkan terbentuknya toksin dalam tempe
bongkrek.
Toksoflavin (C7H7N5O2)
merupakan pigmen berwarna kuning, bersifat flouresens, dan stabil terhadap
oksidator. LD50 toksoflavin adalah 1,7 mg per kg berat badan.
Asam bongkrek (C28H38O7)
merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. Dosis fatal untuk monyet 1,5 mg per
kg berat badan, sedangkan untuk tikus 1,41 kg per berat badan. Asam bongkrek
bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab kematian.Hal ini
disebabkan toksin tersebut dapat mengganggu metabolisme glikogen dengan
memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikimia yang kemudian
berubah menjadi hipoglikimia.
Penderita hipoglikimia biasanya meninggal empat hari
setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang beracun. Tempe bongkrek banyak
dikonsumsi di daerah Banyumas dan Tegal di Jawa Tengah.
CARA MENANGGULANGI BAHAYA SENYAWA
BERACUN DALAM MAKANAN
Pertolongan Pertama
(1) Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
(2) Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
(3) Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
(4) Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukkan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
(5) Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatan perawatan intensif.
Pertolongan Pertama
(1) Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
(2) Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
(3) Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
(4) Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukkan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
(5) Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatan perawatan intensif.
Gejala&penyakityang ditimbulkanakibat mengkonsumsi
yangmengandung mikroorganisme
Keracunan
makanan biasanya terjadi karena masuknya senyawa-senyawa beracun ke dalam
tubuh.Sebagian besar kasus, racun ikut tertelan ke dalam tubuh bersamaan dengan
makanan yang kita konsumsi.Gejala yang timbul biasanya ditandai dengan
terganggunya sistem pencernaan seperti mual, muntah dan kolik pada saluran
pernapasan.
Pada jenis keracunan tertentu, yang diserang adalah sistem saraf, gejalanya adalah kejang-kejang karena otot tegang.Atau berpengaruh sebaliknya, otot-otot lemas, kurang tenaga dan lumpuh (paralysis). Pada tingkat keracunan kronis, penderita akan mengalami tubuh kejang, pingsan (koma) dan berakhir dengan kematian.Kasus kematian pada keracunan makanan biasanya karena hambatan pada saluran pernapasan atau hambatan kerja jantung karena fungsi jantung tidak maksimal, akibat dari senyawa toksik yang ada pada racun bahan pangan.Kewaspadaan dan kecermatan di dalam memilih, mengolah, menyimpan serta memperlakukan bahan makanan perlu mendapat perhatian serius, terutama untuk anak-anak yang belum bisa menentukan makanannya sendiri.
Pada jenis keracunan tertentu, yang diserang adalah sistem saraf, gejalanya adalah kejang-kejang karena otot tegang.Atau berpengaruh sebaliknya, otot-otot lemas, kurang tenaga dan lumpuh (paralysis). Pada tingkat keracunan kronis, penderita akan mengalami tubuh kejang, pingsan (koma) dan berakhir dengan kematian.Kasus kematian pada keracunan makanan biasanya karena hambatan pada saluran pernapasan atau hambatan kerja jantung karena fungsi jantung tidak maksimal, akibat dari senyawa toksik yang ada pada racun bahan pangan.Kewaspadaan dan kecermatan di dalam memilih, mengolah, menyimpan serta memperlakukan bahan makanan perlu mendapat perhatian serius, terutama untuk anak-anak yang belum bisa menentukan makanannya sendiri.
Post a Comment