Jurnal Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
Table of Contents
DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)
Wendy Febri Aulia, Firmansyah,
dan Salman Umar
ABSTRAK
Jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung senyawa polifenolik yaitu tanin yang berkhasiat sebagai
antidiare. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi tablet ekstrak etanol
daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan metoda granulasi basah, dan melihat keaktifan ekstrak daun jambu biji melalui uji
daya hambatnya terhadap bakteri Escherichia coli. Untuk
melihat pengaruh variasi konsentrasi mucilago amili sebagai bahan
pengikat, digunakan konsentrasi mucilago amili 10 %, 12,5 % dan 15 %. Evaluasi
tablet meliputi organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan, kekerasan, waktu hancur,
dimana keseragaman ukuran dan waktu hancur tidak memenuhi persyaratan untuk ketiga formula kemudian untuk uji kekerasan dan kerapuhan tidak
memenuhi persyaratan untuk F3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun jambu biji dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan tablet, dari ketiga formula menunjukan f1 dan f2
menghasilkan tablet yang baik dibandingkan f3. Dari hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa konsentrasi bahan pengikat
akan mempengaruhi hasil tablet yang dihasilkan. Dimana konsentrasi bahan pengikat yang terlalu tinggi akan menyebabkan
granul menjadi keras dan akan mengalami deformasi ketika akan dicetak menjadi
tablet, hal ini akan menyebabkan tablet menjadi berkurang kekerasannya, rapuh
dan juga memiliki waktu hancur tablet yang lebih lama.
PENDAHULUAN
Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal jambu biji telah lama digunakan
sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat. Beberapa khasiat dari jambu biji ini
antara lain sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan, analgesik dan
antiinflamasi. Bagian tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing
aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama, misalnya agar
diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi demam berdarah dan
antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin
C digunakan buahnya.
Pengolahan untuk mendapatkan
efek-efek tersebut juga berbeda, untuk buah biasanya bisa dimakan langsung,
sedangkan daun direbus terlebih dahulu (Dalimartha, S. 1999).
Buah,
daun dan kulit batang jambu biji mengandung tanin, sedangkan pada bunganya
tidak banyak mengandung tanin. Selain itu daun Jambu biji juga mengandung zat
lain seperti flavonoid, terpenoid, polifenolat, alkaloid, minyak atsiri, asam guajaverin,
vitamin (Kartasapoetra G., 2006). Salah satu zat yang terkandung dalam tanaman
jambu biji (Psidium Guajava L) yang dapat digunakan sebagai obat
antidiare adalah tanin. Tanin merupakan senyawa polifenolik larut air dengan BM
500-3000 (Harbone, 1987).
Ektrak daun
jambu biji banyak diproduksi dalam bentuk sedian kapsul, selain
dalam bentuk kapsul, ekstrak juga dapat diformulasi dalam bentuk tablet. Hal
ini, dapat dilihat pada hasil penelitian
Irma, dkk. (2012) tentang formulasi
sediaan tablet ekstrak Gossypium herbaceum sebagai alternatif kontrasepsi pria. Hasil penelitiannya ekstrak
Gossypium herbaceum dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet yang
baik secara fisik dengan formula ekstrak
Gossypium herbaceum 25 % , Avicel 62 %, Gelatin(10%) 10 %, Asam Stearat
3 %.
Salah satu
penyebab terjadinya diare adalah bakteri E.
coli (Jawetz et al., 1996). E. coli adalah mikroflora
normal usus. E. coli berperan
penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam
empedu dan penyerapan zat-zat makanan (Ganiswarna, 1995). E. coli menjadi patogen jika jumlah
bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat.
Efektivitas ekstrak etanol daun jambu biji telah banyak
dilakukan pengujiannya, antara lain sediaan gel ekstrak etanol daun jambu biji
terhadap penyembuhan luka yang terinfeksi Staphylococcus
aureus pada kelinci, didapatkan hasil bahwa senyawa yang berperan sebagai
penyembuhan luka adalah flavonoid, eugenol, tanin dan terpenoid yang mempunyai
efek antibakteri dengan merusak struktur membran dari bakteri Staphylococcus
aureus (Jeanly, 2013).
Berdasarkan penelitian Faradiba dkk, 2013 telah dilakukan
pengujian aktifitas antidiare ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih
dan jambu biji daging buah merah (Psidium
guajava L.), suku Myrtaceae,
terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri,
Salmonella typhi. Ekstrak etanol daun jambu biji berdaging buah putih
menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol
daun jambu biji berdaging buah merah.
Berdasarkan
uraian di atas, untuk meningkatkan pemanfaatan daun jambu
biji sebagai
antidiare, maka pada penelitian ini dicoba untuk
memformula ekstrak daun jambu biji dalam bentuk tablet
dan melihat pengaruh variasi
konsentrasi mucilago amili sebagai pengikat, terhadap sifat fisik tablet.
ALAT DAN BAHAN
Bahan – Bahan
Ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L), bakteri E. coli, nutrien agar, aerosil, amilum, Mg stearat, avicel PH 101, talk, etanol 70%,
kloroform, amoniak, asam sulfat, reagen Mayer, reagen Bouchardat, serbuk Mg,
asam asetat anhidrat, FeCl3, norit, aquadest.
Alat – Alat
Alat-alat gelas standar laboratorium seperti Rotari
evaporator, botol maserasi, cawan petri, magnetik stirer, inkubator, LAF
(Laminar Air Flow), autoklaf, lampu spritus, jarum ose, kaca arloji, cawan
penguap, gelas ukur, erlemeyer, batang pengaduk, corong, buret, standar, pipet
tetes, botol semprot, pH meter, kertas perkamen, ayakan, timbangan digital,
mortir, stamfer, piknometer, spatel, infrared moisture balance, jangka sorong,
hardness tester, friability tester, disintegrator tester lemari pengering, dan
mesin pencetak tablet.
METODE PENELITIAN
Persiapan Sampel
a.
Pengambilan sampel
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji (Psidium
guajava L)
yang diambil di Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti Kabupaten Solok .
b. Ekstraksi daun jambu biji
Daun jambu biji (Psidium guajava L) dibersihkan,
ditimbang 1,5 kg dicuci, dikering
anginkan, dirajang, kemudian dimasukkan ke dalam botol maserasi dan ditambahkan
dengan alkohol 70% sampai terendam sempurna dalam wadah yang tertutup baik dan
terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk.
Proses maserasi dilakukan
selama tiga kali 24 jam, dilakukan tiga kali pengulangan kemudian hasil
maserasi diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
a. Uji fitokimia ekstrak daun jambu biji (Harbone, 1987)
Ekstrak
etanol daun jambu biji dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml kloroform kemudian dokocok,
dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan air dan kloroform.
· Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)
Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan
pada plat tetes lalu tambahkan serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah
menandakan adanya flavonoid.
· Uji Fenolik
Ambil
lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan pereaksi FeCl3,
terbentuknya warna biru menandakan adanya kandungan fenolik.
· Uji Saponin
Ambil
lapisan air, kocok kuat – kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa yang
permanen (± 15 menit) menunjukkan adanya saponin. (Harbone, 1987)
· Uji Terpenoid dan Steroid (Metode
“Simes”)
Ambil
sedikit lapisan kloroform, tambahkan norit lalau saring, teteskan pada plat
tetes, keringkan, kemudian teteskan asam asetat anhidrat dan H2SO4
(p), terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya steroid, sedangkan
bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya terpenoid.
· Uji Alkaloid (Metode “Culvenore –
Fristgerald”)
Ambil sedikit
lapisan kloroform tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N, aduk perlahan
tambahkan beberapa tetes H2SO4 2N kemudian dikocok
perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan beberapa tetes pereaksi
mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga
gumpalan putih.
b.
Pemeriksaan organoleptis
Pengamatan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa.
c. Pemeriksaan kelarutan
Pemeriksaan kelarutan
dilakukan dengan melarutkan ekstrak kental pada air dan etanol 96% (Djamal, 2010).
d.
Pemeriksaan
Kandungan air
Ditimbang krus porselen yang
telah dikeringkan selama 30 menit didalam oven pada suhu 1050 C. Ekstrak
ditimbang sebanyak 1 gram dan di masukkan kedalam krus porselen, lalu
ditimbang. Kemudian dengan perlahan krus digoyang agar ekstrak merata. Krus dimasukkan
kembali kedalam oven dengan membuka tutupnya dan membiarkan tutup tetap berada
didalam oven. Krus berisi ekstrak dipanaskan pada suhu 1050 C selama
1 jam. Setelah itu dikeluarkan dan didinginkan didalam desikator lalu ditimbang
sampai diperoleh berat yang konstan.
% Kandungan air =
Keterangan :
A = Berat krus
kosong
B = Berat krus +
sampel sebelum dipanaskan
C = Berat krus +
sampel setelah dipanaskan
e.
Pemeriksaan
Kadar Abu (Depkes RI,2000)
Ekstrak ditimbang sebanyak 1
gram, kemudian dimasukkan kedalam krus porselen yang telah dipijar sebelumnya.
Krus didinginkan dalam desikator dan dimasukan kedalam furnes suhu 600 0C selama 24 jam. Setelah dingin,
ditimbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
%
Kadar abu =
Keterangan
:
A = Berat krus
kosong
B = Berat krus +
sampel sebelum pemijaran
C = Berat krus +
sampel setelah pemijaran
f. Pemeriksaan pH ekstrak
Dengan menggunakan pH meter.
Alat di kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar pH 4 dan
larutan dapar pH 7. Angka yang muncul pada alat berada pada harga pH larutan
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. Pengukuran pH ekstak
kentaln dilakukan dengan cara mengencerkan 1
gram ekstrak etanol daun jambu biji
dengan aquadest hinggá 10 ml dalam wadah yang
cocok. Elektroda dicelupkan kedalam wadah tersebut dan dibiarkan angka bergerak
sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
ekstrak etanol daun jambu biji.
Uji
Pendahuluan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
a.
Sterilisasi alat dan bahan
Alat yang digunakan terlebih dahulu
telah dicuci bersih dan dikeringkan sebelum disterilkan. Beberapa alat seperti
cawan petri dibungkus dengan kertas koran dan corong, tabung reaksi, pipet
tetes di tutup mulutnya dengan kapas lalu bungkus satu persatu dengan kertas koran.
Semua alat disterilkan dalam oven pada suhu 160˚C selama 1 jam. Erlemeyer dan
gelas ukur mulutnya ditutup dengan kapas dan dibungkus satu persatu dengan
kertas koran lalu disterilkan dalam autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit
tekanan 15 lubis. Pinset, jarum ose dan kaca objek disterilkan dengan cara di
flamber menggunakan lampu spritus.
b.
Pembuatan Media NA
Dibuat dengan melarutkan 20 gram NA
dalam 1 L aquadest dalam labu erlenmeyer goyang-goyang selama 15 menit dan
dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk sampai larut sempurna. Labu ditutup
dengan kapas yang dibungkus dengan kain kasa, kemudian disterilkan dalam
autoklav pada suhu 121˚C selama 15 menit tekanan 15 lubis.
c. Pembuatan suspensi mikroba uji
Koloni bakteri disuspensikan dalam
larutan NaCl Fisiologis steril dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan
kemudian diukur kekeruhan dari suspensi yang setara dengan kekeruhan standar Mc
Farland 0,5.
d.
Pengujian aktifitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji
Sebanyak 10 mL media NA Agar
dimasukkan dalam cawan petri biarkan memadat (Base layer). Setelah itu dibuat (seed layer) dengan cara
mencampur 5 ml media NA agar dengan 1 ml suspensi bakteri, dihomogenkan lalu
dituang diatas base layer biarkan memadat, selanjutnya kertas cakram steril
ditetesi dengan 10 µL sediaan uji, kemudian di inkubasi pada suhu 37o selama ±
24 jam. Amati pertumbuhan bakteri dan diukur diameter daya hambat ditandai
dengan adanya daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Pengujian dilakukan
dengan ekstrak etanol daun jambu biji 250 dan 300 mg, sebagai kontrol negatif
aquadest.
Pemeriksaan
Bahan Tambahan
Pemeriksaan semua bahan tambahan
meliputi : Aerosil, amilum, Mg
stearat, avicel PH 101, talk sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Handbook of Pharmaceutical Excipients dan Farmakope Indonesia.
Formula
Tablet Ekstrak Etanol Daun jambu biji (Psidium
guajava L).
Komposisi
|
Formula I
(mg)
|
Formula II
(mg)
|
Formula III
(mg)
|
Ekstrak daun jambu biji
|
250
|
250
|
300
|
Aerosil
|
12
|
12
|
12
|
Amylum
|
60
|
60
|
60
|
Mucilago amili 10%
|
9
|
-
|
-
|
Mucilago amili 12,5%
|
-
|
6
|
-
|
Mucilago amili 15%
|
-
|
-
|
3
|
Avicel PH 101
|
221
|
224
|
177
|
Mg stearat
|
6
|
6
|
6
|
Talkum,
|
12
|
12
|
12
|
Amylum
|
30
|
30
|
30
|
Cara Pembuatan Tablet
Formula I, Formula
II dan Formula III
Semua bahan ditimbang sesuai dengan
formula. Dibuat mucilago amili sebagai bahan pengikat pada pembuatan granul,
dengan cara basahkan amilum dalam sebagian air , sisa air didihkan, kemudian
tambahkan amilum sedikit demi sedikit sampai terbentuk mucilago. Ekstrak kental
daun jambu biji dikeringkan dengan
aerosil, kemudian ditambahkan avicel PH 101, dan amilum sedikit demi sedikit
sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan mucilago amili sampai terbentuk massa
yang siap digranulasi. Massa granul diayak dengan ayakan dengan no. 16,
hasilnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 30º - 40ºC selama 48 jam. Setelah
kering, granul diayak kembali dengan ayakan no. 18, kemudian dilanjutkan dengan
pencampuran granul kering dengan mg stearat, talk dan bahan pengahancur amilum.
Setelah diketahui sifat fisik granul optimum maka granul kemudian dicetak menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium
guajava L) dalam bentuk sediaan tablet dan melihat efektifitas ekstrak
daun jambu biji terhadap pertumbuhan bakteri
E. coli. Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah daun jambu biji (Psidium guajava L) yang didapatkan di Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera
Barat. Tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan
tradisional Indonesia sebagai ramuan obat untuk diare,
demam berdarah, dan lain sebagainya. Identifikasi sampel
dilakukan di Herbarium Andalas (ANDA) Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas
Andalas, Padang. Identifikasi
dilakukan untuk mendapatkan identitas yang benar dari tumbuhan yang akan
digunakan dalam penelitian (lampiran 2 ).
Daun jambu biji
dibersihkan, dipotong kemudian dilanjutkan dengan pengeringan yang dilakukan
pada ruang terbuka dan tidak terkena sinar matahari langsung. Rendemen ekstrak
terhadap daun jambu biji kering adalah 12,68%.
Pengeringan bertujuan untuk
memperkecil kadar air, karena apabila kadar air tinggi dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga dapat
menyebabkan pembusukan yang dapat menurunkan mutu simplisia. Kandungan senyawa
aktif yang terdapat dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan.
Tanaman memiliki kandungan senyawa yang peka terhadap pemanasan suhu tinggi dan
paparan sinar matahari langsung. Ekstraksi
sampel dilakukan dengan menggunakan metode maserasi karena pengerjan lebih
mudah, tidak memerlukan perlakuan khusus dan tidak menggunakan panas sehingga
dapat mencegah terjadinya kerusakan zat termolabil akibat suhu tinggi. Pelarut
yang digunakan adalah etanol karena pelarut ini relatif kurang
toksik dibanding pelarut organik lainnya. Disamping itu juga berdasarkan
sifatnya sebagai pelarut universal yang mampu melarutkan hampir semua senyawa,
baik yang bersifat polar, semipolar, dan nonpolar. Ekstrak etanol yang
didapatkan dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga didapat ekstrak
kental (Djamal, 1990).
Pemeriksaan
ekstrak etanol daun jambu biji meliputi organoleptis, uji fitokimia, kandungan air dan kadar abu. Pemeriksaan organoleptis menggunakan
pengamatan secara visual untuk melihat bentuk ekstrak kental, warna coklat tua,
bau khas dan berasa kelat.
Uji fitokimia
menunjukkan ekstrak etanol daun jambu biji
mengandung senyawa flavonoid, terpen, fenolik dan alkaloid. Hasil
pengujian kandungan air ekstrak etanol daun jambu biji 9,3%. Pengujian ini
bertujuan untuk memberikan batas maksimal (rentang) tentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak, (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2000). Hasil pengujian kadar abu ekstrak etanol daun jambu biji 0,43%. Penetuan
kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Pemeriksaan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji terhadap bakteri Escherichia coli dengan menggunakan metoda cakram. Pengukuran diameter daya hambat
dilakukan dengan melihat luas daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri.
Terbentuk daerah bening pada media yang telah dibiakkan. Hal ini dilakukan untuk melihat keaktifan dari ekstrak etanol daun jambu
biji, sehingga dapat memastikan bahwa ekstrak yang digunakan memiliki
efektifitas.
Pembuatan
suspensi mikroba uji terlebih dahulu, yang sebelumnya dilakukan peremajaan
bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang aktif saat
digunakan, koloni bakteri yang telah diremajakan tersebut
disuspensikan dalam larutan NaCl Fisiologis steril dalam tabung reaksi steril
dan dihomogenkan kemudian diukur kekeruhan dari suspensi yang setara dengan
kekeruhan standar Mc Farland 0,5 yang kemudian dibiakkan dengan media NA.
Pada pengujian
aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jambu biji, ekstrak etanol daun jambu
biji yang digunakan adalah konsentrasi 250 mg / 5 ml aquadest dan 300 mg / 5 ml aquadest, diameter daya hambat yang diperoleh
yaitu: ekstrak etanol daun jambu biji konsentrasi 250 mg / 5ml aquadest sebesar 1,5 cm,
kemudian ekstrak etanol daun jambu biji konsentrasi 300 mg / 5 ml aquadest, sebesar 2,2 cm. Daya hambat pada konsentrasi ekstrak daun jambu biji pada 300 mg / 5
ml aquadest digolongkan kedalam respon pertumbuhan bakteri golongan kuat.
Berdasarkan
hasil analisa statistik ANOVA satu arah terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 250 mg / 5 ml aquadest dan 300 mg / 5 ml aquadest dari ekstrak etanol
daun jambu biji (p < 0,05) yang diujikan terhadap bakteri Escherichia
coli.
Bentuk sediaan
padat dipilih karena ketika obat diberikan secara per oral untuk dewasa, tablet biasanya lebih disukai karena
mudah dibawa, mudah diidentifikasi dan mudah digunakan. Dari sudut pandang
farmasi, bentuk sediaan padat adalah produksi yang efisien dan produktif,
dikemas dan didistribusikan oleh industri dengan
biaya yang murah, sediaan padat lebih stabil, dan memiliki waktu kadaluarsa
yang lebih panjang dibandingkan bentuk sediaan cair (Lachman, 1994; Ansel,
2013).
Pemeriksaan
bahan tambahan yang dilakukan, agar menghasilkan sediaan yang memenuhi
persyaratan. Bahan tambahan harus memiliki persyaratan inert, stabil secara
fisik dan kimia, bebas mikroba perusak dan
pathogen, mendukung bioavailabilitas, tersedia dalam perdagangan, harga
relative murah (Anwar, 2012). Pemeriksaan meliputi organoleptis dan kelarutan.
Hasil pemeriksaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang tertera pada Farmakope Indonesia dan Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Tablet
Tablet ekstrak
etanol daun jambu biji dibuat dengan menggunakan bahan
pengikat mucilago amili yang
merupakan eksipien dalam formulasi sediaan tablet dan memberikan gaya kohesif
yang cukup pada serbuk antar partikel eksipien sehingga membentuk struktur
tablet yang kompak dan kuat setelah pencetakan (Anwar, 2012). Aerosil berfungsi
sebagai bahan adsorben yang mempunyai sifat mengabsorpsi lembab dari bahan di
dalam formula sehingga dapat membatasi / menghalangi kemampuan bahan tersebut
untuk mengikat air serta memudahkan dalam proses pencetakan tablet. Aerosil
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengadsorpsi air yaitu 50% dari beratnya
tanpa kehilangan daya mengalirnya.
Penggunaan aerosil dapat juga berfungsi sebagai glidant dan dapat mencegah picking. Bahan pengisi yang digunakan
avicel PH 101, ini
bertujuan untuk memperoleh sifat alir dan kompresibilitas yang baik, juga pada
pertimbangan ekonomis sehingga pada tablet yang dihasilkan memiliki kualitas
yang diinginkan. Mg stearat dan talkum digunakan sebagai bahan pelincir (lubrikan) yang
bertujuan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet akan ditekan keluar. Kemudian sebagai pengahancur dalam dan penghancur luar digunakan amilum
yang dapat mempengaruhi waktu hancur tablet di dalam tubuh
(Siregar, 2010).
Pembuatan tablet
menggunakan metode granulasi basah, dimana metode ini sesuai untuk zat aktif
yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang buruk,
dapat meningkatkan kompaktibilitas serbuk dengan cara meningkatkan kohesivitas
serbuk karena ada penambahan bahan pengikat. Proses yang dilakukan setelah
pembuatan granul yaitu pengeringan pada suhu 30°- 40°
selama 48 jam, bertujuan untuk menghilangkan pelarut dan mengurangi kelembaban. Kelembaban dalam jumlah yang kecil,
untuk menghindari terjadinya sticking dan
picking.
Evaluasi granul
meliputi pemeriksaan organoleptis, mengukur berat jenis nyata, berat jenis
mampat, berat jenis granul, porositas, faktor
hausner, kompresibilitas, kecepatan alir, sudut istirahat, kandungan air dan
kadar fines. Tujuan dilakukannya
evaluasi granul adalah untuk memperoleh granul yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik sehingga akan diperoleh tablet dengan sifat-sifat
yang memenuhi persyaratan. Sifat alir akan berpengaruh langsung pada pengisian
ruang cetakan (die) oleh massa granul
yang akan menjamin keseragaman bobot tablet dan kompresibilitas berhubungan
dengan kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan dan
berpengaruh terhadap kekerasan tablet.
Pemeriksaan
organoleptis pada ketiga granul diperoleh warna, pada F1 F2 dan F3
berwarna coklat muda, dimana ketiga formula selama
penyimpanan, warna tetap stabil. Pemeriksaan bobot jenis digunakan untuk
menentukan nilai porositas, factor hausner,
dan kompresibilitas. Persyaratan
porositas idealnya 37% - 40%. Dari hasil evaluasi bahwa porositas tidak
memenuhi persyaratan, sedangkan faktor yang sangat mempengaruhi penetrasi air
adalah porositas, dan porositas dianggap sebagai jalan masuk atau penetrasi
cairan masuk kedalam tablet. Cairan akan ditarik masuk ke jalan penetrasi
melalui aksi kapiler dan akan menghilangkan ikatan antar partikel yang dapat
menyebabkan tablet hancur (Hadisoewignyo, 2013). Faktor hausner dari ketiga
formula kurang dari 1,25 yang menunjukkan sifat aliran yang baik, persyaratan faktor hausner yang baik adalah kecil dari 1,25.
Semakin besar faktor hausner, semakin buruk alirannya (Siregar, 2010).
Kompresibilitas dari
ketiga formula kurang dari 20 %,
persyaratan dari kompresibilitas yang baik adalah kecil dari 20 %, kompresibilitas akan berhubungan
dengan sifat aliran granul dan kekerasan tablet. Semakin kecil nilai
kompresibilitas, maka sifat alir dari granul akan semakin baik dan kekerasan
tablet akan semakin kecil. Sifat aliran akan menentukan kemampuan mengalir
granul dari corong ke ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot
tablet. Sifat aliran merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran
granul yang baik dapat menjamin
keseragaman bobot tablet yang dihasilkan (Lieberman, et al , 1990).
Hasil evaluasi kandungan
air granul dari masing-masing formula didapatkan hasil yang baik karena
memenuhi persyaratan kandungan air dengan rentang 3-5 %.
Kandungan air dari granul setelah proses
granulasi basah harus diperhatikan karena jika kandungan
air terlalu tinggi akan mengganggu aliran granul ke dalam lubang cetakan.
Selain itu, kandungan air yang tinggi juga mempengaruhi kualitas produk akhir.
Tetapi, jika kandungan air terlalu rendah maka kohesi dalam tablet rendah,
friabilitas makin tinggi dan tablet akan mudah pecah.
Pengujian sifat
alir sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang
cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot. Sifat aliran sangat dipengaruhi
oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat
menunjukkan aliran yang lebih baik, juga dapat dipengaruhi oleh bobot jenis dan
kandungan air pada granul (Siregar, 2010). Hasil kecepatan alir dari ketiga
formula menunjukan bahwa granul memiliki aliran yang baik. Hal ini berdasarkan pada persyaratan kecepatan alir granul, dimana jika
100 g granul mempunyai waktu alir ≥ 10 g /detik, maka mempunyai sifat alir yang baik.
Sudut istirahat
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan aliran granul karena
hubungannya dengan kohesi antar partikel. Hasil evaluasi sudut
istirahat dari ketiga formula memiliki sifat alir yang cukup
baik yaitu <25°. Semakin kecil sudut istirahat yang
terbentuk, menggambarkan granul yang sferis
serta mempunyai kohesifitas yang kecil sehingga kemampuan alirannya menjadi
semakin baik (Siregar, 2010).
Kadar fines atau serbuk halus dari granul
berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antar granul pada saat pencetakan tablet.
Kadar fines yang diharapkan tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil, berkisar antara 15%-30%. Jika kadar fines terlalu kecil maka granul
yang dihasilkan akan keras karena rongga antar partikel besar dan
jika terlalu besar maka tablet yang dihasilkan akan
rapuh,
hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi
bahan pengikat yang digunakan tidak tepat (Lachman dkk, 1994). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat
bahwa F1 dan F2 formula memiliki kadar fines yang cukup dan F3 memiliki kadar fines
yang kecil.
Evaluasi tablet
bertujuan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Evaluasi tablet meliputi organoleptis, keseragaman
ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet.
Pemeriksaan
organoleptis dari tablet meliputi bentuk, warna, rasa dan bau (Lampiran 11, Tabel 22).
Tablet yang dihasilkan pada F1 dan F2 berwarna coklat
muda, F3
berwarna coklat, sedangkan bentuk tablet ketiga
formula padat, mempunyai bau yang khas dan berasa kelat.
Keseragaman
bobot tablet dapat dilihat pada Lampiran 11,
Tabel 23. Dari hasil tersebut, tidak lebih dari
dua tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak satupun yang
menyimpang lebih besar dari 10%, sehingga dapat dinyatakan bahwa ketiga formula
tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot. Hal ini karena granul yang
diperoleh memiliki sifat alir yang baik. Sifat alir yang baik akan menjamin
keseragaman bobot tablet.
Pemeriksaan
keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet
(Lampiran 11, Tabel 24).
Berdasarkan hasil evaluasi, keseragaman ukuran tablet tidak memenuhi
persyaratan, karena diameter tablet lebih dari tiga kali tebal tablet. Hal ini
disebabkan jenis alat pencetak tablet yang digunakan hanya satu jenis saja, sehingga ukuran ketebalan tablet tidak sesuai
dengan diameter tablet. Penyebab lain yaitu karena volume ruang cetakan/die pada alat pencetak tablet tidak
sesuai dengan bobot tablet yang akan dicetak.
Kerapuhan tablet
berguna untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan yang terjadi
selama proses pembuatan, pengemasan, dan
pendistribusian. Semakin besar nilai persentase kerapuhan, semakin besar pula
massa tablet yang hilang. Kerapuhan tablet dianggap cukup baik bila hasilnya
kurang dari 0,8 % (Hadisoewignyo, 2013). Hasil evaluasi
(Lampiran 11, Tabel 25)
terlihat kerapuhan tablet formula 1 dan formula 2 kurang dari
0,8% sehingga memenuhi persyaratan kerapuhan tablet, untuk formula 3 lebih dari 0,8 %.
Kekerasan tablet
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan diukur dengan cara memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Kekerasan merupakan parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
benturan dan keretakan selama pengemasan, penyimpanan, transportasi dan sampai
ke tangan pengguna.. Hasil evaluasi kekerasan tablet dari ketiga
formula (Lampiran 11,
Tabel 26), dimana pada F1 = 5,2
kg, F2 = 5,4 kg dan F3 = 2,65 kg. Syarat kekerasan tablet pada umumnya 4
– 8 kg, hasil yang diperoleh memenuhi
persyaratan untuk F1 dan F2 sementara untuk F3 tidak memenuhi
persyaratan. Semakin
tinggi konsentrasi bahan pengikat yang digunakan, maka kekerasan tabletpun akan
semakin meningkat (Lachman dkk,
1994).
Waktu hancur
tablet adalah waktu yang diperlukan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul
/ partikel penyusunnya. Hasil evaluasi waktu hancur tablet pada lampiran
11, tabel 27 ,
terlihat pada F1 = 15,166 menit F2 = 15,33
menit dan F3 17,166 menit. Berdasarkan
hasil ini tidak memenuhi syarat karena persyaratan waktu hancur tablet tidak lebih
dari 15 menit. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet
dapat mempersulit disolusi zat dari dalam granul, karena mucilago amyli yang
sudah kering sulit ditembus air. Faktor-faktor lain
yang juga dapat mempengaruhi waktu hancur, antara lain bahan tambahan yang
digunakan, metode pembuatan tablet, jenis dan konsentrasi pelicin, tekanan
mesin pada saat pentabletan, dan sifat fisika kimia bahan penyusun tablet.
Berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan, bahwa ekstrak etanol daun jambu biji dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet, tetapi belum
memenuhi persyaratan lengkap dari evaluasi tablet seperti dipersyaratkan dalam
FI , diantaranya yang tidak memenuhi
persyaratan adalah uji waktu hancur, kekerasan, kerapuhan
dan
keseragaman ukuran. Persyaratan uji waktu hancur untuk tablet yaitu kurang dari
15 menit, sedangkan dari hasil evaluasi lebih dari 15 menit, hal ini berkaitan dengan penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan
tablet yang dapat mempersulit disolusi zat dari dalam granul, karena mucilago
amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Kekerasan tablet memenuhi persyaratan
jika memiliki kekerasan 4 – 8 kg,
sedangkan pada hasil evaluasi diperoleh hasil pada formula
3
kurang dari 4 kg. Keseragaman
ukuran tidak memenuhi persyaratan karena jenis alat pencetak tablet yang
digunakan hanya satu jenis, sehingga ukuran ketebalan tablet tidak
sesuai dengan diameter tablet. Penyebab lain yaitu karena volume ruang cetakan/die pada alat pencetak tablet tidak
sesuai dengan bobot tablet yang akan dicetak.
Dari hasil penelitian ini
dapat menunjukan bahwa konsentrasi bahan pengikat akan mempengaruhi hasil
tablet yang dihasilkan, dimana konsentrasi bahan pengikat yang terlalu tinggi
akan menyebabkan granul menjadi keras, hanya menghasilkan serbuk halus yang
sedikit.
Granul yang keras akan mengalami deformasi ketika akan
dicetak menjadi tablet, hal ini akan menyebabkan tablet menjadi berkurang
kekerasannya, rapuh dan juga memiliki waktu hancur tablet yang lebih lama.
Begitu juga sebaliknya kekurangan kosentrasi bahan pengikat akan menyebabkan
granul menjadi lunak dan memiliki serbuk halus yang lebih banyak lagi, hal ini
akan menyebabkan tablet yang dihasilkan menjadi rapuh, kekerasan tablet
berkurang dan akan menyebabkan waktu hancur tablet menjadi cepat. Konsentrasi
bahan pengikat yang tepat akan menghasilkan tablet yang lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak etanol
daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat diformulasi menjadi
sedian tablet, dengan hasil untuk F1 dan F2 menghasilkan tablet yang lebih baik
dari F3, hal ini berdasarkan evaluasi tablet seperti yang dipersyaratkan dalam
farmakope Indonesia
Semakin besar
konsentrasi mucilago amili sebagai pengikat akan menghasilkan granul yang keras
dan akan mengalami deformasi ketika akan dicetak menjadi tablet, sehingga akan
menghasilkan tablet yang lunak, rapuh serta waktu hancur yang lama.
Saran
Disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki formulasi tablet ekstrak etanol daun jambu
biji (Psidium guajava L.) dengan menggunakan bahan tambahan yang
lain sehingga diperoleh tablet yang lebih baik lagi dan memenuhi seluruh
persyaratan dalam evaluasi tablet.
.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H., 1989,
Pengantar bentuk sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.
Anwar, E., 2012,
Eksipien dalam Sediaan Farmasi, Dian
Rakyat, Jakarta.
Campbell, N. A.,
Reece, J. B., dan Mithcell, L. G., 2002,
Biologi, Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Charles, J. P.,
2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar-Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope
Indonesia edisi IV. Jakarta.
Dalimartha, S.,
1999, Budidaya Tanaman dan Tumbuhan Herbal, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Djamal, R.,
2010, Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan
Identifikasi, Universitas Baiturrahmah, Padang.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope
Indonesia edisi III. Jakarta.
Faradiba, Nursiah.
H., dan Zahriati, 2013, Formulasi granul effervescent ekstrak etanol daun
jambu biji (psidium guajava linn), Fakultas Farmasi, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.
Fauzi, A.S.,
Kasper, D.L., Longo, D.L, Braunald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan
Loscolza, J., 2008. Harrison Of Internal
Medicine 17th Edition. USA: McGraw Hill’s Access Medicine.
Ganiswarna S. G,
1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran,
Jakarta.
Harbone, J. B.,
1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara
Modern Menganalisa Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih, Padmawinata, ITB,
Bandung.
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20,
238 – 240, EGC, Jakarta.
Jeanly, V.,
Paulina, V. Y.Y., Hamidah, S., 2013, Uji
Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Terhadap penyembuhan Luka
Bakar Yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada Kelinci, Program
Studi farmasi Stikes, Manado.
Kartasapoetra G., 2006,
Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat,
Rineka Cipta, Jakarta.
Lachman, L.H.A.,
Liberman, Kaning, 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri II, Diterjemahkan oleh Siti Suyatni, Universitas
Indonesia, Jakarta
Lerner. K. Lee, dan
Lerner, B. W. 2003. World Of Microbiology
and Imunology. United States Of America, Farmington Hills: The Gale Group,
Inc.
Padmiarso M.
Wijoyo., 2008, Sehat Dengan Tanaman Obat,
Bee Media Indonesia, Jakarta
Pelczar M. J. dan
E. C. S. Chan, 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi,Jilid 2,
Terjemahan Ratna Sri Hadioetomo, dkk., Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Pelczer, M. J,
dan Chairman, 1957, Manual of
microbiology methods, Mc Grawhill Book Company, Inc., New York.
Rosidah dan Wila.
M. A., 2012, Potensi Ektrak daun jambu
Biji Sebagai Antibakterial untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas
Hydrophilla pada Ikan Gurame, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Padjajaran.
Smith, K. P. F.,
1988, Genetic Elements in Escherichia
coli, Macmillan Molecular biology series, London, p. 1-9,
49-54
Toufik, R., Boesro
S., Ade K. S., 2013, Formulasi gel antioksida dari ekstrak daun jambu biji (psidium guajava linn) dengan menggunakan aqupec
HV-505, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Voigt, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi V, Diterjemahkan
oleh Dr. Soendani Noerono Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Volk and
Wheeler. Mikrobiologi Dasar. Jilid 2 edisi V. Diterjemahkan oleh Sumarto
Adisumartono. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1990
Post a Comment