Melawan Ancaman Tersembunyi: Bisakah Obat Antipsikotik Jadi Pahlawan Baru Anti-Jamur?

Table of Contents

 

Inovatif Atasi Resistensi Candida albicans melalui Obat Antipsikotik Melawan Ancaman Tersembunyi: Bisakah Obat Antipsikotik Jadi Pahlawan Baru Anti-Jamur? obat antispikotik untuk anti jamur, obat anti jamur, jamur candida albican

apotekers.com Di tengah hiruk pikuk inovasi kesehatan, sebuah kabar menarik datang dari Kota Pelajar. Tim mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini mengguncang dunia farmasi dengan sebuah temuan yang mungkin terdengar tidak terduga: potensi obat antipsikotik untuk memerangi resistensi jamur, Candida albicans.

Masalah resistensi obat, terutama pada jamur, adalah "bom waktu" kesehatan global. Bayangkan: infeksi jamur invasif menyerang lebih dari 6,5 juta jiwa setiap tahun, dan Candida albicans memiliki tingkat kematian yang mencapai 56,15%. Yang lebih mengkhawatirkan, obat lini pertama golongan azol kian kehilangan kekuatannya.

"Pilihan antijamur masih terbatas. Jika resistensi semakin meluas, terapi harus menggunakan obat yang lebih mahal dengan risiko efek samping yang berat," jelas Davin Elian Qariru, penggagas riset ini.

Strategi Cerdas: Drug Repurposing

Menyikapi tantangan serius ini, tim UGM (Davin Elian Qariru, Rafif Ananda Putra, Muhammad Yusuf Alfaqih, Ardipta Feyant Santoso, dan Ni Komang Wijayanti Sinta Dewi) memilih pendekatan cerdas: drug repurposing atau pemanfaatan kembali obat.

Mereka menargetkan sekelompok obat yang sudah lama dikenal—antipsikotik seperti haloperidol, klorpromazin, flufenazin, dan olanzapin. Obat-obat ini, yang biasanya digunakan untuk masalah mental, ternyata telah menunjukkan potensi antijamur. Namun, belum banyak diteliti secara mendalam bagaimana mereka berinteraksi dengan strain jamur yang sudah resisten terhadap azol.

Tim menggunakan serangkaian metode canggih, mulai dari molecular docking (simulasi interaksi obat-protein) hingga pengujian laboratorium untuk melihat bagaimana antipsikotik berinteraksi dengan protein transporter yang menjadi penyebab utama resistensi obat (CaCDR1, CaCDR2, dan CaMDR1). Mereka juga mengevaluasi apakah obat antipsikotik ini dapat bersinergi dengan flukonazol, obat azol yang sudah ada.

Hasil Menjanjikan: Lebih Efektif dan Terjangkau

Hasil awal sungguh membuka mata. Antipsikotik terbukti mampu menghambat pertumbuhan jamur yang resisten dan, yang lebih penting, meningkatkan sensitivitas jamur terhadap flukonazol.

Ini berarti obat antipsikotik berpotensi menjadi:

  1. Agen Antijamur Alternatif: Menggantikan azol jika resistensi sudah parah.

  2. Agen Kemosensitizer: Obat pendamping yang "melunakkan" jamur sehingga obat utama (flukonazol) dapat bekerja kembali secara efektif.

"Jika hasil ini dapat dikembangkan lebih lanjut, terapi berbasis antipsikotik bisa menjadi solusi cepat sekaligus hemat biaya dibandingkan pengembangan obat baru," tambah Rafif Ananda Putra.

Kontribusi untuk Kesehatan Nasional dan Dunia

Temuan ini bukan hanya sekadar prestasi akademik, tetapi juga solusi yang sangat relevan. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), mencari opsi terapi yang efektif, aman, dan terjangkau adalah prioritas. Drug repurposing terhadap obat yang sudah ada dan relatif murah seperti antipsikotik menawarkan jalan keluar yang ekonomis.

Riset ini sejalan dengan upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), dengan menjanjikan akses ke pengobatan yang lebih baik, serta SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) melalui terobosan di bidang farmasi.

Penelitian dari mahasiswa Farmasi UGM ini memberikan harapan bahwa dari tantangan resistensi yang kompleks, solusi inovatif dapat lahir—seringkali dari tempat yang paling tidak terduga.


Penelitian ini digagas oleh Davin Elian Qariru, Rafif Ananda Putra, Muhammad Yusuf Alfaqih, Ardipta Feyant Santoso, dan Ni Komang Wijayanti Sinta Dewi, dengan bimbingan dosen pendamping apt. Setyowati Triastuti Utami, Ph.D.

Posting Komentar