Apa Itu Farmakodinamika Obat ?
Table of Contents
Apotekers.com Farmakodinamika adalah ilmu menyangkut kerja obat dalam tubuh, mulai dari obat berinteraksi dengan reseptor sampai menimbulkan efek. Obat setelah dilepaskan oleh albumin darah akan diteruskan ke hati untuk dimetabolisme dan kemudian akan didistribusikan kembali ke seluruh tubuh, senyawa-senyawa obat tersebut akan berikatan dengan reseptor secara spesifik sampai obat tersebut menimbulkan efek.
Senyawa-senyawa obat yang memiliki struktur kimia yang cocok dengan reseptornya akan mengalami afinitas membentuk sebuah ikatan komplek antara obat dengan reseptornya. Obat yang berikatan dengan reseptornya akan menimbulkan efek yang disebut sebagai aktifitas intristik. Aktifitas intristik maksudnya adalah efek obat pada sel efektor. Sel efektor merupakan reseptor-reseptor yang ada pada permukaan sel target yang terdiri dari sejenis protein.
Tentunya efektivitas suatu senyawa obat mempunyaai batas, tergantung jumlah senyawa obat yang menduduki reseptornya. Disamping itu efek suatu obat juga dipengaruhi oleh asosiasi dan disosiasi. Asosiasi merupakan kemampuan senyawa obat untuk dapat bergabung dengan reseptor, dan disosiasi merupakan penguraian senyawa obat setelah berikatan dengan reseptor.
Ada diantara senyawa obat yang berikatan dengan reseptor secara reversibel dan ireversibel, yang dalam artian reversibel adalah obat tersebut yang apabila berikatan dengan reseptor akan diuraikan kembali, tergantung terhadap derajat disosiasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan ireversibel senyawa obat tersebut akan berikatan kuat dengan reseptor sehingga tentunya membutuhkan waktu yang lama dalam penguraianya. Gaya afinitas suatu senyawa obat dengan reseptornya tentu tergantung kepada jenis ikatan yang dipunyai oleh senyawa obat tersebut.
Dari fenomena tersebutlah timbul istilah asosiasi dan disosiasi, sehingga dapat kita lihat bahwa kalau asosiasi obat itu cepat dan disosiasi obat lambat, maka kerja obat akan lebih cepat, dan waktu kerja obat dalam tubuh akan lebih lama. Begitu juga jika asosiasi obat lambat dan disosiasi obat cepat, kerja obat akan lebih lama, dan waktu kerja obat di dalam tubuh memnjadi lebih cepat.
Reseptor mempunyai kapsitas terbatas dalam menerima senyawa obat sehingga efek yang timbul juga terbatas. Artinya efek obat akan maksimal apabila semua reseptor telah diduduki oleh senyawa obat dan efeknya tidak akan bertambah lagi meskipun konsentrasinya ditingkatkan, yang terjadi jika konsentrasi obat terus ditingkatkan adalah timbulnya efek toksik dari senyawa obat tersebut. Efek maksimal suatu obat dapat dilihat pada kurva sigmoid yang merupakan gambaran garis lurus yang tidak terlihat garis naik turun.
Sumber : Patofisiologi Farmakologi Farmakoterapi
Post a Comment