Tuesday, November 8, 2016

Jurnal FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PALA (Myristicae fragrans Houtt) SEBAGAI ANTIINFLAMASI

Jurnal FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH (Myristicae fragrans Houtt) SEBAGAI ANTIINFLAMASI


FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PALA (Myristicae fragrans Houtt) SEBAGAI ANTIINFLAMASI

Annisa Fauzziyah,Salman Umar dan Revi Yenti
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
 

                     ABSTRACT
            Formulation anti-inflamatory gel from nutmeg seeds extract (Myristicae fragrans Houtt) by various nutmeg seeds extract concentrate 3%, 5%, and 7% has been carried out. The purpose is to find a stable formula of extract, effective and safe as gel anti-inflamatory. The evaluation included organoleptic, homogeneity, pH, spread power, skin irritation, safety test after 6 weeks storage and anti-inflamatory activity has been investigated on male white rats. The activity has test using the carrageenan inducement method of the right paw of the rats and the materials test were given topically. The observation of the preparation includes color consistency and smell showed that during the 6 weeks of storage does not change. While the skin irritation test every formula is declared safe to use because it does not irritate the skin. Anti-inflamatory activity showed an increase in percent inhibition of inflammation of his biggest was 75.510% at concentration of 7 % at the 6th hour. The ANOVA test significant differences between each dose of the extract (p ≤ 0.05).
Keywords :.Myristicae fragrasn Houtt,Gel, anti-inflamatory
 


PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akantumbuh – tumbuhan. Di dalam hutan tropis Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan. Diduga dari jumlah tersebut sekitar 9.600 jenis diketahui berkhasiat sebagai obat dan 200 jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional (Sriningsi et al., 2006).
Telah banyak diketahui bahwa tidak sedikit obat-obat sintetis yang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu masyarakat akhirnya cenderung untuk memakai obat tradisional baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Obat tradisional memiliki keuntungan antara lain: harga yang relatif murah, mudah dalam memperoleh bahan bakunya, relatif aman karena adanya anggapan bahwa obat tradisional memberikan efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetis. Penggunaan obat tradisional dapat menjadi alternatif lain yang dapat memberikan kesembuhan selain obat modern (Wijaya et al,2004).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menggantikan obat sintetik adalah pala (Myriticae fragrans Houtt) yang termasuk dalam Myristicae. Selain itu Pala mempunyai efek farmakologis seperti antibakteri, antioksidan, anti depresan, anti emetic dan anti diabetik. Minyak pala digunakan dalam industri obat – obatan sebagai obat sakit perut, diare, bronchitis, dan rematik. Minyak pala juga digunakan sebagai penambah rasa makanan. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagi pencampur minyak wangi dan penyegar ruangan (Joseph et al, 2013; Heyne, 1987).
Berdasarkan hal tersebut dicoba memanfaatkan biji buah pala yang biasanya hanya dipakai sebagai bumbu makanan dengan memformulasikan gel ekstrak biji buah pala dan menguji aktivitas antiinflamasi pada tikus. Adapun keuntungan dari bentuk gel adalah karena sederhana dalam pembuatan, mudah dioleskan pada kulit, menimbulkan rasa dingin ketika dioleskan pada kulit karena terjadinya penguapan perlahan dari air yang terkandung didalam gel, lapisan tipis pada permukaan kulit biasanya tetap utuh dan memberikan perlindungan yang baik serta mudah dicuci setelah pengobatan selesai dan memiliki bentuk yang menarik. Sediaan gel mempunyai kadar air yang tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang yang sifatnya setemmpat dan timbulnya kulit meradang. Sediaan gel sangat cocok pada pemakaian dikulit yang fungsi kelenjar sebaseus yang berlebihan. Setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang elastis dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori, sehingga tidak mempengaruhi pernapasan kulit (Carter, 1975; Lieberman, 1989; Voigt,1971).

METODE

AlatdanBahan

Alat-alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini: kandang hewan ,tempat air minum dan makan hewan, toples, blender, oven,  alat-alat gelas (gelas piala, erlemeyer, labu takar, dan lainya), timbangan digital, kertas saring, rotary evaporator dan waterbath, lumpang dan stamfer, blender, tissue gulung, botol maserasi, krus porselen, batang pengaduk, plat tetes pinset, spatel, pH meter, plestimometer.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini : Biji buah pala, Karagen, etanol 96%, HPMC, propilenglikol, nipagin, aquadest, serbuk Mg dan HCl(p), norit, H2SO4(p), H2SO4 2 N, kloroform, amoniak 0,05 N dan pereaksi mayer, asam asetat anhidrat, Phenobarbital.
PengambilanSampel
Sampel yang digunakan adalah biji buah pala sebanyak 500 gram, diambil di kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Padang Pariaman. Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)Universitas Andalas Padang.
Pengolahandan Ekstraksi Sampel

Biji buah pala dikeluarakan lalu dikering anginkan selama ± 1 minggu agar biji buah pala terpisah dari tempurungnya setelah itu baru dikeluarkan dari tempurung nya dan ditumbuk halus,dimasukan dalam botol gelap maserasi  dengan etanol 96% selama 3x24 jam, dengan masing – masing  maserasi menggunakan 1 liter etanol 96%. Hasil maserasi disaring dan semua filtrat digabung kemudian pelarut diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

Formulasi Gel Ekstrak Etanol Biji Buah Pala
Formulasi gel ekstrak etanol biji buah pala dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 1. Formula Gel
No
Nama bahan
Formulasi dan komposisi (%b/v)
F0
F1
F2
F3
1
Ekstrak etanol biji buah paa
3
5
7
2
HPMC
3
3
3
3
3
propilenglikol
10
10
10
10
4
Nipagin
0,2
0,2
0,2
0,2
5
Aqua dest ad
100
100
100
100

Cara PembuatanGel Ekstrak Etanol Biji Buah Pala
Gel dibuat cara dengan Nipagin dilarutkan dengan aquadest panas sebanyak  5ml. HPMC ditaburkan diatassisa aquadest, kemudian diamkan selama 15 menit, setelah mengembang tambahkan larutan nipagin, gerus hingga homogen. Tambahkan popilenglikol, gerus hingga homogen.Ekstrak etanol biji buah pala digerus dalam lumpang dan ditambahkan basis gel sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Lalu dimasukan ke dalam wadah yang terlindung dari cahaya.
Pengujian Stabilitas Fisik gel
1.                  Pengamata Organoleptis sediaan
Evaluasi organoleptis secara visual mulai dari tekstur, warna, dan bau dari gel
2.                  Homogenitas
Pemeriksaan dilakukan dengan cara: sediaan ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan pada kaca objek atau bahan transparan lain yang cocok,diamati susunannya.
3.                  Pemeriksaan pH
Pemeriksaaan pH dilakukan dengan alat pH meter
4.                  Uji daya Menyebar
Sejumlah sediaan 0,5 g dituang pada pada kaca yang beralaskan kertas grafik, dibiarkan sediaan melebar pada diameter  tertentu. Kemudian ditutup dengan plastik transparan dan dibiarkan selama 15 detik. Kemudian sediaan diberi beban tertentu (1, 3 dan 5 g) selama 60 detik. Dihitung pertambahan luas setelah diberi beban.
5.                  Uji Iritasi
Uji iritasi Kulit dilakukan lansung pada manusia dengan cara uji tempel  dimana sediaan uji lebih kurang 0,1 g dioleskan pada lengan bagian dalam dengan diameter 2 cm, kemudian ditutup dengan kain kasa . Setelah 24 jam diamati gejala yang timbul. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan untuk setiap formula.
6.                  Pemeriksaan stabilitas fisika          sediaan selama penyimpanan
Sediaan yang akan diuji dibiarkan selama 6 minggu pada suhu kamar, Pada setiap minggunya dilakukan pengujian yang meliputi homogenitas, pH sediaan, organoleptis dan juga di uji stabilitas terhadap pendinginan  dilakukan dengan cara : sediaan disimpan dalam wadah yang cocok lalu disimpan dalam lemari es dengan suhu 0-4ºC dan biarkan selama 24 jam lalu keluarkan. Setelah itu amati apakah terjadi pemisahan atau tidak. Sediaan yang tidak menunjukan pemisahan dinilai sebagai sediaan yang stabil.
Hewan percobaan
            Hewan percobaan di gunakan adalah tikus putih jantan dengan berat badan 200-300 gram sebanyak 12 ekor.

Pengujian Farmakologi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Biji Buah Pala

Pembuatan Karagenan
Pembuatan suspensi karagenan 1%: Ditimbang 100 mg karagenan untuk 10 ml NaCl 0,9 %. Kemudian karagenan dimasukkan ke dalam mortir dan digerus sambil ditambahkan NaCl 0,9 % sedikit demi sedikit hingga diperoleh suspensi yang homogen. Suspensi didiamkan di dalam lemari pendingin selama 24 jam agar mengembang sempurna. 
Pembuatan Suspensi Luminal
Pembuatan larutan anastesi (luminal) dosis 80 mg/kg bb: Ditimbang 160 mg luminal untuk 1 ml suspensi dan zat pensuspensi pulvis gummi acacia (PGA) sebanyak 200 mg. Luminal dimasukan ke dalam mortir, digerus dengan PGA sampai homogen. Tambahkan air suling sedikit demi sedikit sambil digerus hingga terbentuk suspensi yang homogen.
Pengujian efektivitas antiinflamasi gel ekstrak etanol biji buah pala: tahap – tahap yang dilakukan untuk menguji aktivitas antiinflamasi adalah sebagai berikut :

a.         Sebelum perlakuan Hewan percobaan diaklimatisasikan selama selama 7 hari dan diberi makanan. Hewan dinyatakan sehat bila tidak menunjukan perubahan berat badan yang berarti dan secara visual tidak menunjukan gejala sakit.
b.        Tikus dipuasakan selama ±18 jam sebelum pengujian, air minum tetap diberikan.
c.         Dengan bantuan spidol, masing – masing kaki kiri belakang tikus diberi tanda tepat pada lateral maleus agar pemasukan kaki kedalam cairan raksa pada alat plestimometer.
d.        Pada hari pengujian tikus dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, masing – masing kelompok terdiri dari 3 ekor, lalu setiap kelompok ditimbang bobotnya dan volume kakinya diukur dan dinyatakan sebagai volume awal (Vo).
e.         Semua tikus diberi anestesi luminal secara intra peritonial dengan dosis 80 mg/kg bb.
f.         Satu jam kemudian, kaki kiri semua tikus disuntik 0,05 ml suspensi karagenan NaCl 1% secara subkutan.
g.        Satu jam setelah penyuntikan suspensi karagenan ,setiap kelompok diberi perlakuan secara topikal sebagai berikut:
·            Kelompok kontrol negatif (-) diberi sediaan basis gel (F0).
·           Empat kelompok uji masing – masing diberi sediaan gel dengan ekstrak biji buah pala dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%.
h.        1 jam setelah pemberian gel ekstrak biji buah pala antiinflamasi, volume kaki kiri semua tikus diukur dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam alat pletismometer dan dinyatakan sebagai Vt. Pengukuran dilakukan setiap jam selama 6 jam.
i.          Persentase radang untuk masing – masing  tikus dihitung :
% radang =
Dimana :V0 = Volume telapak kaki
hewan sebelum disuntik
karagen
Vt = volume telapak kaki
hewan pada waktu t
j.          Persentase inhibisi radang untuk masing-masing tikus dihitung.
% inhibisi radang =
Dimana :a = Volume  edema rata – rata
kelompok control
b = volume edema rata – rata
kelompok uji

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol biji buah pala (Myristicae fragrans Houtt). Menjadi bentuk sediaan gel dan menguji aktifitas antiinflamasinya. Pada penelitian ini ekstrak etanol biji buah pala diperoleh dari hasil ekstraksi yang merupakan hasil penarikan kandungan kimia yang tedapat pada siimplisia.
Sampel biji buah pala yang digunakan pada penelitian ini di peroleh di kecamatan 2 x 11 Kayutanam, Padang Pariaman. Identifikasi tanaman pala ini dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas Padang dengan nomor surat 083/K-ID/ANDA/III/2015.
Ektrak etanol biji buah pala diperoleh dengan maserasi biji buah pala dengan perendaman selama 3 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 96% sehingga diperoleh maserat. Hasil maserasi disaring dan semua filrat digabungkan kemudian pelarut diuapkan denga rotary evaporatory sehingga diperoleh ekstrak kental. Maserasi merupakan proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Pemilihan metoda ekstraksi dengan cara ini adalah karena maserasi merupakan cara yang pengerjaannya sederhana dan dapat menarik zat – zat yang tidak tahan terhadap pemanasan. Penggunaan etanol 96% sebagai pelarut karena etanol bersifat polar, harganya murah, mudah didapatkan, tidak toksik dan dapat mencegah pertumbuhan jamur dan kapang.
Pada pemerikasaan ekstrak etanol biji buah pala yang meliputi uji fitokimia yang memberikan hasil ekstrak etanol biji buah pala positif mengandung flavonoid, terpenoid; pemeriksaan organoleptis dengan hasil ekstrak kental etanol biji buah pala memiliki bentuk kental, wanrna coklat tua, dan bau khas pala; kelarutan memberikan hasil praktis tidak larut dalam air dan larut dalam etanol; kadar abu memberikan hasil 0,85%; susut pengeringan memberikan hasil 8,26% dan pH dari pengukuran ekstrak dengan hasil pH  ekstrak etanol biji buah pala yaitu 5,02dan hasil evaluasi yang dilakukan pada ekstrak biji buah pala, hasilnya sesuai dengan persyaratan Herbal Farmakope Indonesia (Lampiran 7, Tabel 6).
Pada evaluasi organoleptis gel ekstrak etanol biji buah pala yang dilakukan secara visual selama 6 minggu didapatkan hasil F0 (bentuk setengah padat, bening, tidak berbau), F1 (bentuk setengah padat, warna coklat, bau khas pala), F2 (bentuk setengah padat, warna coklat, bau khas pala), F3 (bentuk setengah padat, warna coklat, bau khas pala), Dari hasil organoleptis terhadap gel yang meliputi bentuk, warna dan  bau ini menunjukan bahwa sediaan krim tidak mengalami perubahan pada saat penyimpanan karena tidak terjadinya interaksi antara bahan yang dapat menyebabkan perubahan – perubahan pada sediaan. Sediaan yang dihasilkan stabil selama penyimpanan (Lampiran 9, Tabel 10).
Pemeriksaan homogenitas gel ekstrak etanol biji buah pala yang dilakukan selama 6 minggu menunjukan hasil suatu sediaan yang homogen. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan 0,1 gram pada kaca objek. Homogenitas dapat tercapai karena dalam pengerjaanya ekstrak sudah terdispersi secara homogen (Lampiran 9, Tabel 11).
Evaluasi pH gel ekstrak etanol biji buah pala yang diamati selama 6 minggu menunjukan hasil yang berubah – ubah setiap minggunya. pH ini berkisar ; F0 =5,69 – 5,87, F1 = 5,44 – 5,47, F2 = 5,50 – 5,58, F3 = 5,47 – 5,52. Meskipun demikian pH masih dalam rentang pH kulit normal yaitu 4,5 – 6,5 (Lampiran , Tabel). Ini juga membuktikan pada hasil uji iritasi pada panelis yang tidak menunjukan adanya iritasi karena tidak ada timbul warna merah dan gatal – gatal pada kulit panelis (Lampiran 9, Tabel 12). Pada pembuatan sediaan topikal, pH sediaan sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,6 – 6,5 agar sediaan tidak menimbulkan iritasi dan kerusakan pada kulit ketika proses pemakaian. Perubahan pH kulit menjadi lebih basa atau asam karena kontak dengan suatu zat makaakan menimbulkan iritasi pada kulit (wasitaatmadja, 1997).
Evaluasi terhadap daya menyebar gel ekstrak etanol biji buah pala adalah sediaan menunjukan pertambahan luas penyebaran sediaan gel ekstrak biji buah pala setelah diberi beban tertentu (1, 3, 5 dan 7 g). Pada F0 dengan beban 1g = 2,180cm2, 3 g = 2,53cm2 ,5 g = 2,78cm2 ; F1 dengan beban 1g = 2,30cm2, 3 g = 2,667cm2 ,5 g = 3,067cm2 ; F2 dengan beban 1g = 2,150cm2, 3 g = 2,638cm2 ,5 g = 2,850cm2 ; F3 dengan beban 1g = 2,095cm2, 3 g = 2,602cm2 ,5 g = 2,815 cm2  (Lampiran 9 , Tabel 14). Sediaan semi padat yang baik pada dasarnya harus bersifat lunak karena digunakan pada kulit, untuk itu sediaan harus mempunyai daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit. Gel harus mampu tersebar dengan sedikit tekanan sehingga tidak memberikan rasa sakit saat dioleskan. Semakin mudah dioleskan semakin besar luas permukaan kontak obat dengan kulit atau tempat aksi (Sulaiman et al, 2008).
Pemeriksaan stabilitas terhadap suhu kamar dan suhu dingin menunjukan bahwa gel ekstrak etanol biji buah pala pada F1, F2 dan F3stabil selama 6 minggu penyimpanan , tidak terjadi pemisahan dan perubahan fisik (Lampiran 9 , Tabel 13).
Pada pengujian efek antiinflamasi gel ekstrak etanol biji buah pala hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan, karena hewan tersebut mudah penangananya dan menunjukan efek farmakologi yang mudah dalam pemberian induksi secara intra subkutan. Hewan percobaan tersebut di induksi dengan menyuntikan larutan karagen – NaCl 1% ke telapak kaki tikus. Karagen digunakan sebagai penginduksi karena karagenan juga merupakan suatu zat asing (antigen) yang bila masuk ke dalam tubuhakan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya (Lumbanraja, L.B., 2009).
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variasi (ANOVA) menggunakan anova satu arah. Untuk melihat perbedaan antara kelompok bebas dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji Duncan bertujuan untuk meihat ada tidaknya perbedaan pengaruh kelompok terhadap konsentraasi dan waktu sediaan yang diberikan. Untuk pengujian varians apabila nilai signifikasi (probabilitas) > 0,05 maka data mempunyai varians yang sama. Apabila nilai signifikasi < 0,05 maka data mempunyai varians yang berbeda. Pada pengukuran jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4 dan jam ke-5 mempunyai variasn yang sama, sedangkan pada jam ke-6 mempunyai varians berbeda (Lampiran 15).
Pada anova satu arah untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata – rata jam ke-1, jam ke-2 dan jam ke-3 tidak ada perbedaan pada tiap kelompok (F tabel > F hitung), sedangkan pada jam ke-4, jam ke-5 dan jam ke-6 terdapat perbedaan pada tiap kelompok (Ftabel < F hitung) (Lampiran 15).
Dari hasil Uji Statistik setiap formula dapat dilihat bahwa setiap formula mempunyai varian yan sama (nilai signifikasi > 0.05) . Pada F0 (basis gel) dan F1 (kosentrasi ekstrak 3 %)  tidak ada perbedaan bermakna pada pada penurunan persen volume radang (Ftabel > F hitung) (Lampiran 15).. Sedangkan pada F2 (kosentrasi ekstrak 5 %) dan F3 (kosentrasi ekstrak 7 %)  adanya perbedaan bermakna pada persen volume radang (Ftabel < F hitung) (Lampiran 15).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan dapat dimbil kesimpulan bahwa:
1.      Ekstrak etanol biji buah pala dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang stabil secara fisika.
2.      F3 dengan konsentrasi ekstrak 7% memiliki sifat antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan Formula (F0, F1 dan F2).
Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformula dalam sediaan topikal lain.

DAFTAR PUSTAKA
Carter, S.S. 1975. Dispensing Pharmacheutical Students (12th Edition). London: Pittman Medical.
Joseph, J., Dorathy P., Baskar V & Shaktivel K.2013.Potential socioeconomic value added therapeutic food from nutmeg fruit. Journal ofBiological and Information Sciences.Vol.2Iss 2. ISSN: 23320-1290.
Lieberman. H.A., 1989. Pharmaceutical Dosage Forms – Disperse System.Marcel Dekker Inc
Lumbanraja, L. B. (2009). Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadap Radang pada Tikus.http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/14501/1/09E02475.pdf
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Edisi V).Penerjemah: Soendani Nuerono. Yogyakarta.
Wijaya, S dan Monica S.W. 2004. Uji

Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.KUNTH) Pada Tikus Putih Jantan.Berk. Penel. Hayati: 9 (115-118).

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon