Monday, November 28, 2016

Gagal Ginjal Kronik Patofisiologi Kriteria Dan Manifestasi Klinis

Tags

Gagal Ginjal Kronik Patofisiologi Kriteria Dan Manifestasi Klinis patofisiologi hipertensi  patofisiologi diabetes melitus  patofisiologi gagal ginjal kronik  patofisiologi hiv aids  patofisiologi gagal ginjal  patofisiologi gagal jantung  patofisiologi tb paru  trombus  patofisiologi tbc  gagal jantung kronik  patofisiologi stroke  etiologi gagal jantung  patoflow hipertensi  patofisiologi thalasemia  patofisiologi diabetes  patofisiologi sesak nafas  patofisiologi kanker paru  patofisiologi asma  patofisiologi sinusitis  patofisiologi insomnia  patofisiologi jantung  patofisiologi aids  patofisiologi tuberkulosis  patofisiologi hiv  patofisiologi gagal ginjal kronis  patofisiologi hepatitis  patofisiologi penyakit jantung  bagan patofisiologi hipertensi  patofisiologi infeksi saluran kemih  patofisiologi epilepsi  ginjal  obat gagal ginjal  obat ginjal  jantung  pengobatan gagal ginjal  batu ginjal  gagal ginjal kronik  obat batu ginjal  obat herbal ginjal  gangguan ginjal  cuci darah  gagal ginjal akut  obat herbal gagal ginjal  obat ginjal tradisional  obat tradisional ginjal  obat herbal untuk ginjal  obat ginjal herbal  radang ginjal  obat tradisional gagal ginjal  cara pengobatan gagal ginjal  pengobatan ginjal  gagal ginjal kronis  obat ginjal alami  akibat gagal ginjal  pengobatan alternatif gagal ginjal  penyembuhan gagal ginjal  tanda tanda gagal ginjal  cara mengobati gagal ginjal  obat alami ginjal  obat untuk gagal ginjal

Apotekers.com Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 ml/menit.


Gagal ginjal kronik sesuai dengan tahapannya dapat berkurang, ringan, sedang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage renal failure) adalah stadium gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti.

Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2.


Kriteria Penyakit Ginjal Kronik antara lain :

1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi :
  • Kelainan patologis
  • Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah dan urin atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m² selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m², tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.

Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir (Suhardjono, 2001). Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF)

Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya adalah :
1. Stage 1
Merupakan tahap dimana telah terjadi kerusakan ginjal dengan peningkatan LFG (>90 mL/min/1.73 m2 ) atau LFG normal 
2. Stage 2
Reduksi LFG mulai berkurang sedikit (kategori mild) yaitu 60-89 mL/min/1.73 m2 
3. Stage 3
Reduksi LFG telah lebih banyak berkurang (kategori moderate) yaitu 30-59 mL/min/1.73. 
4. Stage 4
Reduksi LFG sangat banyak berkurang yaitu 15-29 mL/min/1.73. 
5. Stage 5
Telah terjadi gagal ginjal dengan LFG yaitu <15 mL/min/1.73.


Patofisiologi

Apabila ginjal kehilangan sebahagian fungsinya oleh sebab apapun, nefron yang masih utuh akan mencoba mempertahankan laju filtrasi glomerulus agar tetap normal. Keadaan ini akan menyebabkan nefron yang tersisa harus bekerja melebihi kapasitasnya, sehingga timbul kerusakan yang akan memperberat penurunan fungsi ginjal.

Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertropi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh badan kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsobsi tubulus dalam setiap nefron meskipun filtrasi glomerulus untuk seluruh masa nefron yang terdapat pada ginjal turun dibawah nilai normal.

Mekanisme dari adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Bila sekitar 75% masa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan tubulus glomerulus tidak dapat lagi dipertahankan.

Beberapa faktor dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan ginjal, namun tidak semua faktor tersebut menyebabkan kerusakan ginjal. Factor tersebut diantaranya usia lanjut, penurunan massa ginjal, kelahiran dengan bobot rendah, inflamasi sistemik, serta dislipidemia.

Faktor inisiasi yang dapat mengawali keruasakan ginjal diantaranya diabetes mellitus, hipertensi, penyakit autoimun, penyakit ginjal polisistik, dan toksisitas obat. Faktor progresif yang dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi gagal ginjal diantaranya glikemia pada diabetes, hipertensi, proteinuria, dan merokok.

Manifestasi klinik

Perkembangan dan kemajuan CKD tidak dapat diprediksi. Pasien dengan kondisi CKD tahap 1 atau 2 umumnya tidak mengalami gejala atau gangguan metabolikyang umumnya dialami pasien CKD tahap 3 sampai 5, yakni anemia, hiperparatiroid sekunder, gangguan kardiovaskular, malanutrisi, serta abnormalitas cairan dan elektrolit yang merupakan tanda kerusakan fungsi ginjal.

Gejala uremik (kelelahan, lemah, nafas pendek/tersengal-sengal, gangguan mental, mual, muntah, pendarahan, dan anoreksia) umumnya tidak muncul pada tahap 1 dan 2, terjadi minimal pada tahap 3 dan 4, serta umumterjadi pada pasien CKD tahap 5 yang juga biasanya mengalami rasa gatal dikulit, intoleransi cuaca dingin, kenaikkan berat badan, dan neuropati peripheral.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon