Saturday, September 24, 2016

Jurnal Standarisasi Dan Praformulasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua

Jurnal Standarisasi Dan Praformulasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua



STANDARDISASI DAN PRAFORMULASI EKSTRAK KERING DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)
Putri Ramadhani, Farida Rahim dan Revi Yenti.
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
 

           ABSTRACT
Has been research about standardization and preformulation dry extrack of
Sansevieria trifasciata Prain leaves. The dry extract be made with added  Wacker HDK (colloidal silicon dioxide) to viscous extract (1 : 2,24). Rendemen of Ethanol extract 2,56%. Standaridization result of the dry extract have the form powder, brownish green color, bitter taste, smell is unique. Concentration of substance water soluble compounds 11,1547 %, concentration of the compound is soluble in ethanol 39,2397 %, drying shrinkage 15,8627%, water content 15,392  %, total ash content 36,8542 %, acid insoluble ash content 24,3077 %, profile of kromatogram sample has a rf 0,81 and the comparison has a slightly different Rf 0,8378, total flavonoids content  5.454 µg/g be calculated as quercetin. Preformulation dried extract consist of pH 4,58, particle size ≤ 648,828 µm, dry extracts morphology has the form irregular, round, little round and elongated round. Weight of dry extract constant on the sixth day, flow characteristic 6,1317 gram/detik, angle of repose 26,1372o, bulk density 0,7031 g/mL, tapped density 0,8128 g/mL, true density 1,4787 g/mL, carr index 13,4973 % and ratio hausner 1,156.
Keywords : Sansevieria trifasciata Prain, Standardisasi, Praformulasi, Ekstrak kering.
 


PENDAHULUAN
             Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri dirumah (Zein, 2005).
Lidah mertua atau Sansevieria trifasciata  adalah tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria trifasciata  memiliki daun keras, sekulen, tegak dengan ujung meruncing (Dewi dkk, 2012). Sansevieria trifasciata dapat pula dimanfaatkan sebagai tanaman obat,  seratnya  dapat  digunakan  sebagai  bahan baku  tekstil ( Suharsi dkk, 2013).
Penggunaan Sansevieria trifasciata dimasyarakat untuk mengobati penyakit seperti nyeri perut, sakit telinga, diare, wasir, jamur, infeksi kudis. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji farmakologi untuk anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik, aktivitas antioksidan dan antimikroba (Philip et al, 2011).Kandungan kimia dari Sansevieria trifasciata adalah alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, terpenoid, tanin, protein dan karbohidrat (Sunilson et al, 2009).
Studi praformulasi  merupakan  tahap  awal  yang dilakukan ketika akan memulai suatu rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Hasil  dari  studi praformulasi harus memberikan informasi untuk pengembangan suatu sediaan. Dengan melakukan studi praformulasi maka kita bisa  memilih  bahan  eksipien  suatu  obat  yang tepat  dan dapat  mengevaluasi  sifat  fisik suatu  komponen  obat,  serta  dapat  mengetahui stabilitas  bahan  obat  yang  akan  diformulasi, sehingga  dapat  menghasilkan  sistem penghantaran  obat  yang  optimal (Nuri dkk, 2013).
            Pada penelitian ini dilakukan standardisasi terhadap ekstrak lidah mertua yang meliputi pemeriksaan organoleptis, kadar senyawa yang larut dalam air, kadar senyawa larut dalam etanol, penetapan susut pengeringan, penentuan kadar air, penentuan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam, penentuan profil kromatogram dan uji kandungan total flavonoid. Dilakukan pula studi praformulasi terhadap ekstrak kering daun lidah mertua yang meliputi, pH, distribusi ukuran partikel, morfologi ekstrak kering, penyerapan air, sifat alir dan sudut diam, berat jenis nyata, berat jenis benar, dan berat jenis mampat (Nuri dkk, 2013).

ALAT DAN BAHAN
Alat
            Rotary evaporator, oven vakum, lumpang, alu, chambeer, plat KLT, objek glas, cover glas, cawan petri,  labu ukur 100 mL, labu ukur 25 mL, labu ukur 10 mL, pipet volume 1 mL, filer, corong, kertas saring, krus porselen, oven, pH meter inolab, mikroskop elektron, lampu UV, desikator, gelas ukur 100 ml, piknometer, cawan penguap, spektrofotometer UV VIS, Inkubator.

Bahan
            Daun lidah mertua (sansevieria trifasciata Prain), Alkohol 96%, aquadestilata, Wacker HDK (colloidal silicon dioxide), kloroform P, metanol , larutan dapar asetat pH 4, larutan dapar phospat pH 7 dan 10, larutan natrium asetat 1M, larutan aluminium klorida 10%, n Heksan, etil asetat, kuersetin, HCl p dan paraffin liquidum, serbuk Mg, pereaksi FeCl3, reagen Liberman-Burchard, amoniak, H2SO4, pereaksi mayer.
METODE PENELITIAN
Persiapan Sampel
·      Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun lidah mertua (Sanseveria trifasciata Prain) yang diambil di Komplek Lubuk Gading Permai V, Lubuk Buaya, Koto Tangah Padang, Sumatera Barat.
·      Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Universitas Andalas Padang
Pembuatan Ekstrak Kental dan Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua
a.    Ekstraksi daun lidah mertua
Lidah mertua dibersihkan, ditimbang 6 kg, kemudian dirajang lalu dimaserasi dengan etanol 96% selama 3 hari. Maserat disaring, maserasi lalu dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
b.   Rendemen ekstrak kental
Dilakukan dengan membagi berat ekstrak kental dengan berat sampel segar dan dikali dengan seratus persen didapatkan rendemen ekstrak kental.
c.    Pembuatan ekstrak kering (Nuri dkk, 2013)
Pembuatan  ekstrak  kering  dilakukan  dengan mengencerkan ekstrak kental secukupnya dengan etanol kemudian ditambahkan  bahan  pengering Wacker HDK  (colloidal silicon dioxide) kedalam ekstrak kental (1 : 2,24), Kemudian dioven  vakum  pada  suhu  60°C  selama  1  jam. Setelah  ekstrak  kering,  digerus  dalam  lumpang hingga menjadi massa serbuk halus.
d.   Uji fitokimia ekstrak kering daun lidah mertua (Harbone, 1987)
Ekstrak kering daun lidah mertua dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml kloroform, dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan air dan kloroform.
· Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)
Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan adanya flavonoid.
· Uji Fenolik
Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan pereaksi FeCl3, terbentuknya warna biru menandakan adanya kandungan fenolik.
· Uji Saponin
Ambil lapisan air, kocok kuat – kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa yang permanen (± 15 menit) menunjukkan adanya saponin. (Harbone, 1987)
· Uji Terpenoid dan Steroid (Metode “Simes”)
Ambil sedikit lapisan kloroform, tambahkan norit lalau saring, teteskan pada plat tetes, keringkan, kemudian teteskan asam asetat anhidrat dan H2SO4 (p), terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya steroid, sedangkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya terpenoid.
· Uji Alkaloid (Metode “Culvenore – Fristgerald”)
Ambil sedikit lapisan kloroform tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N, aduk perlahan tambahkan beberapa tetes H2SO4 2N kemudian dikocok perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan beberapa tetes pereaksi mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

Penetapan Standardisasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua
1.    Pemeriksaan organoleptis
Pengamatan dilakukan secara visual terhadap ekstrak kering dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa
2.    Kadar senyawa yang larut dalam air
5 gram ekstrak kering ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur tambahkan 100 ml air kloroform P. Dikocok berkali kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, selanjutnya disaring. Filtrat diuapkan 20 ml dalam cawan penguap yang telah ditara hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 105o hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut air (Kementrian Kesehatan, 2010).
3.    Kadar senyawa yang larut dalam pelarut etanol
5 gram ekstrak kering ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur tambahkan 100 ml etanol (95%). Dikocok berkali kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, selanjutnya disaring. Filtrat diuapkan 20 ml dalam cawan penguap yang telah ditara hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 105o hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam % sari larut etanol (Kementrian Kesehatan, 2010).
4.    Penetapan Susut Pengeringan
1 gram  ekstrak kering  ditimbang  seksama  dan dimasukkan  ke  dalam  krus  porselen  bertutup yang  sebelumnya  telah  dipanaskan  pada  suhu 105 oC  selama  30  menit  dan  telah  ditara. Simplisia  diratakan  dalam  krus  porselen dengan  menggoyangkan  krus  hingga  merata. Dimasukkan  ke  dalam  oven, tutup  krus dibuka,  dipanaskan  pada  temperatur  100 oC  sampai dengan  105 oC,  kemudian ditimbang  dan  diulangi  pemanasan sampai didapat berat yang kostan (Departemen Kesehatan, 1995b).
5.     Penentuan kandungan air
Krus porselen dipanaskan di dalam oven dengan temperatur 105 oC selama 5 menit dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Krus porselen kosong ditimbang. Ekstrak kering ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam porselen diratakan dengan cara menggoyangkan krus porselen. Krus porselen yang sudah berisi sampel dipanaskan selama 1,5 jam pada temperatur 105 oC. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (lakukan pencatatan). Krus  porselen dipanaskan kembali selama  10  menit  pada  temperatur  105 oC  dan  didiamkan dalam desikator selama 5 menit. Kemudian ditimbang dan dilakukan pencatatan. Diulangi sampai didapatkan berat konstan, sekurang-kurangnya 3 kali (Kementrian Kesehatan, 2010).
6.    Penentuan kadar abu total
1      gram ekstrak kering dimasukkan kedalam krus porselen yang sebelumnya telah ditimbang dan dipijarkan. Kemudian dipijarkan perlahan lahan hingga arangnya habis, dinginkan dan ditimbang. Jika arang tidak dapat dihilangkan ditambahkan air panas dan disaring dengan kertas saring yang bebas abu. Sisa dipijarkan dengan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kemudian dihitung kadar abu dengan bahan yang telah dikeringkan diudara (Departemen Kesehatan, 1995b).
7.    Penetapan kadar abu yang tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu,  dididihkan  dengan  25  ml  asam klorida P selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijar hingga bobot  tetap, timbang. Kadar  abu  yang  tidak  larut  dalam asam  dihitung  terhadap  berat  ekstrak kering, dinyatakan dalam % b/b (Departemen Kesehatan, 1995b).
8.    Penentuan profil kromatogram (Nuri dkk, 2013)
Prosedur  penentuan  profil  kromatogram  adalah sebagai  berikut:  ekstrak  kering daun  lidah mertua  diekstraksi  dengan  pelarut metanol. Kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel, selanjutnya dielusi dengan n-heksan dan etil asetat (1:5). Chambeer disiapkan dan dibuat lempeng tipis kromatografi dengan cara diberi garis dari bagian bawah dan atas. Eluen dimasukkan dan juga lempeng tipis kromatografi. Bejana ditutup dan dibiarkan hingga terjadi kesetimbangan. Eluen ditambahkan sampai lempeng tercelup, kemudian sampel ditotolkan pada lempeng tipis digaris bawah, lempeng tipis digantungkan pada chamber sampai tercelup pada eluen, kemudian dielusi sampai mencapai garis bagian atas, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sehingga akan timbul bercak dilihat pada lampu UV366, kemudian ditentukan titik tengah noda dan hitung harga Rf.
Rf = 

9.    Uji Kandungan Total Flavonoid (Pourmorad dkk, 2006)
a.    Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kuersetin
Kuersetin ditimbang 50 mg dilarutkan dalam labu ukur 10 mL (5000 µg/mL) kemudian diencerkan dengan cara dipipet 2 mL kedalam labu ukur 100 mL (100 µg/mL) kemudian diencerkan dengan campuran metanol dan air suling (1:1) dalam labu ukur 100 mL hingga tanda batas.
Larutan standar 100 µg/mL dipipet 0,5 mL masukkan kedalam tabung reaksi lalu dicampur dengan 1,5 mL metanol, 0,1 mL larutan Aluminium Klorida 10%, 0,1 mL larutan Natrium Asetat 1M dan 2,8 mL Aquadest, larutan dihomogenkan. Diamkan selama 30 menit. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
b.   Penentuan Kurva Kalibrasi Kuersetin
Dari larutan induk kuarsetin 5000 µg/mL dipipet sebanyak 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 mL kemudian diencerkan dengan campuran metanol dan air suling (1:1) dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas sehingga didapatkan seri kosentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 µg/mL. Masing masing kosentrasi larutan dipipet 0,5 mL masukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1,5 mL metanol, 0,1 mL larutan Aluminium Klorida 10%, 0,1 mL larutan Natrium Asetat 1M dan 2,8 mL Aquadest, larutan dihomogenkan. Diamkan selama 30 menit. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum (432,5 nm) dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Lalu buat kurva kalibrasi sehingga persamaan regresi linearnya dapat dihitung.
c.    Penetuan Kadar Flavonoid Total
Dibuat larutan ekstrak lidah mertua dengan melarutkan 0,5 g ekstrak kental lidah mertua dengan campuran metanol dengan air suling (1:1) dalam labu ukur 100 mL (5000 µg/mL) sampai tanda batas. Sebanyak  0.5  mL  ekstrak  lidah mertua  dipipet  kedalam  tabung  reaksi,  ditambahkan  1,5  mL  metanol,  0,1  mL larutan Aluminium Klorida 10%,  0,1 mL larutan natrium asetat  1  M  dan  2,8  mL  aquades.  Larutan  dihomogenkan dan    diinkubasi    selama    30    menit.    Absorbansi    larutan    diukur    dengan spektrofotometer    UV-Vis    pada    panjang    gelombang    432,5 nm.
Studi  Praformulasi  Ekstrak  Kering  Daun Lidah Mertua
1.    pH (Nuri dkk, 2013)
Ekstrak  kering  disuspensikan (1%) ke  dalam air suling,  dikocok  selama  5  menit  hingga  larutan homogen.  Selanjutnya,  pH  larutan  ditentukan dengan  menggunakan  alat  pH  meter  yang sebelumnya  telah  distandarisasi  dengan  larutan buffer  pH  4,  7  dan  10. 
2.    Penentuan ukuran partikel (Nuri dkk, 2013)
Mikrometer okuler yang telah dilengkapi mikrometer pentas dikalibrasi untuk ditentukan faktor kalibrasinya setiap perbesaran yang dipakai. Ekstrak kering lidah mertua diencerkan dengan aquadest (1 : 10) kemudian didispersikan homogen. Beberapa tetes suspensi diletakkan diatas objek gelas kemudian ditutup dengan cover gelas. Kemudian objek gelas diletakkan dibawah mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler yang telah dikalibrasi. Ukuran partikel diukur dan dihitung jumlah partikelnya.

3.    Morfologi ekstrak yang telah dikeringkan ( Voight, 1995)
Menggunakan Scanning  Electron  Microscope yang bertujuan untuk melihat bentuk  yang diperoleh.
4.    Penyerapan air (Nuri dkk, 2013)
2  gram  ekstrak  kering  daun  lidah mertua dimasukkan  secara  merata  kedalam  cawan  petri yang  beratnya  sudah  ditimbang  terlebih  dahulu. Kemudian cawan  petri  yang  telah  berisi  ekstrak kering  tersebut diletakkan  ke  dalam  desikator  yang  telah  diisi air  pada  bagian  reservoirnya. Ekstrak kering yang berada  dalam  cawan  petri  ditimbang  beratnya dan  dihitung  jumlah  air  yang  diserap  dari perbedaan  berat  pada  ekstrak  kering  tersebut setiap  interval  waktu  tertentu  dengan  periode selama 6 hari.
5.    Sifat alir dan sudut diam (Nuri dkk, 2013)
Prosedur  penentuan  sifat  alir  dan  sudut  diam adalah  sebagai  berikut:  ditimbang  10  gram ekstrak  kering  dan  dimasukkan  pada  corong yang dasar corongnya masih tertutup.  Kemudian  penutup  dasar  corong  di buka  bersamaan  dengan  dimulainya  waktu pencatatan  dan  pencatat  waktu  dihentikan  pada saat  semua  ekstrak  kering  telah  melewati corong, diukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari (r) ekstrak kering. Dihitung tangen dari sudut diam dengan  membagi  h  dengan  r,  sudut  diam ditentukan dari tabel standar tangen. Uji sifat alir ini untuk menentukan kecepatan alir dari serbuk yang  akan  dicetak  dan  juga  untuk  menentukan sudut  diam  dari  serbuk.  Sifat  alir  suatu  serbuk dikatakan  baik  yaitu  jika  kecepatannya lebih  besar  dari  10  gram/detik dan  sudut  diamnya lebih  kecil atau sama dengan 30°.
Sudut diam =   
Kecepatan alir =
6.    Penentuan  Berat  Jenis  Nyata  dan  Berat Jenis Mampat (Nuri dkk, 2013)
Prosedur pemeriksaan berat jenis (Bj) nyata dan mampat adalah sebagai berikut. Penentuan berat jenis  nyata  ditentukan  dengan  cara ekstrak kering dimasukkan kedalam gelas ukur 100 mL sampai volume 100 mL (Vo) kemudian dikeluarkan dan ditimbang beratnya (Wo). Gelas ukur  yang  telah  berisi  ekstrak  kering  daun lidah mertua  tersebut  dilakukan  satu  kali  pengetukan.
Berat jenis nyata  
Sedangkan penentuan berat jenis mampat ditentukan dengan dilakukan  pengetukan  (1250 kali)  hingga didapat volume yang tetap (Vt),
            Berat jenis mampat=
Selain itu juga ditentukan nilai kompresibilitas dan faktor hausner.
Kompresibilitas  = x 100 %
Faktor Hausner  =
7.    Penentuan  Berat  Jenis  Benar  (Nuri dkk, 2013)
Penentuan  berat  jenis  benar  (ρT)  dilakukan menggunakan piknometer dan parafin liquidum,  semua penimbangan  dilakukan  pada  suhu  20°  C  (suhu ideal  pengukuran densitas).  Piknometer  kosong yang  telah  diketahui  volumenya  (a)  ditimbang beratnya  (b)  kemudian  diisi  paraffin  liquidum dan ditimbang lagi (c). Densitas (ρ) paraffin liquidum dihitung dengan persamaan (7).
ρ paraffin liquidum  =  (7)
Ekstrak  kering  sebanyak  2  g  yang  telah dikeringkan  hingga  berat  konstan  dimasukkan ke  dalam  piknometer,  kemudian  ditimbang  (d), lalu  ditambahkan  paraffin  liquidum  ke  dalam piknometer  sampai  penuh,  dan  ditimbang kembali  beratnya  (e).  Berat  jenis  benar  (ρT) dihitung dengan persamaan (8) 
berat jenis benar  =      x ρ parafin liquidum.

HASIL DAN PEMBAHASAN.
Hasil identifikasi tumbuhan lidah mertua di Herbarium Universitas Andalas (ANDA) Spesies Sansevieria trifasciata Prain dan famili Asparagaceae dengan nomor identifikasi 287/K-ID/XI/2014
Hasil rendemen ekstrak kental daun lidah mertua 2,563%
Hasil pembuatan ekstrak kering daun lidah mertua, 68,756 gram Wacker HDK (colloidal silicon dioxide) ditambahkan 153.78 gram ekstrak kental  (1 : 2,24) menghasilkan ekstrak sebanyak 205,9876 gram Masa yang hilang kemungkinan disebabkan hilangnya kadar lembab dalam ekstrak dan pada umumnya ekstrak yang berasal dari tumbuhan bersifat sangat higroskopis (Nuri dkk, 2013).
Hasil pemeriksaan fitokimia ekstrak kental daun lidah mertua positif alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid (Sunilson et al, 2009) dan hasil pemeriksaan fitokimia ekstrak kering daun lidah mertua positif flavonoid, fenolik dan terpenoid Ini mungkin disebabkan perbedaan kesuburan tanah tempat tumbuh, iklim lingkungan, waktu panen, umur, cara pengolahan dan sebagainya.
Hasil standardisasi ekstrak kering daun lidah mertua dapat dilihat pada Tabel I terdiri dari pemeriksaan organoleptis ekstrak kering lidah mertua (bentuk serbuk, warna hijau kecoklatan, bau khas, rasa pahit). tujuan dari uji organoleptis untuk pengenalan awal bahan baku obat secara sederhana dan subjektif (Nuri dkk, 2013).
Kadar senyawa yang larut dalam air 11,1547 %, kadar senyawa yang larut dalam pelarut etanol 39,2397 %. Penetapan kadar senyawa yang larut dalam air dan etanol pada ekstrak kering daun lidah mertua bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang jumlah kandungan senyawa yang dapat diekstraksi dengan pelarut air dan etanol. Hasil menunjukkan bahwa senyawa yang dapat terekstraksi lebih banyak oleh pelarut etanol dibandingkan dengan pelarut air. Air adalah pelarut yang bersifat polar, sehingga hanya dapat mengekstraksi senyawa yang bersifat polar. Sedangkan etanol bersifat universal artinya dapat mengekstraksi senyawa yang bersifat polar dan non polar (Nuri dkk, 2013).
Susut pengeringan 15,8627 %. Pengujian susut pengeringan menunjukkan besarnya massa yang hilang akibat pemanasan, massa yang hilang akibat pemanasan ini berupa molekul air, minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap yang tercampur dengan ekstrak kering daun lidah mertua. Hasil yang didapatkan dari pengujian lebih dari 10% ini disebabkan karena adanya Wacker HDK (colloidal silicon dioxide) yang bersifat higroskopis yang mudah menyerap lembab dari udara, ini akan berpengaruh dalam proses penyimpanan, semakin kecil kadar lembabnya, maka akan tahan lebih lama dalam penyimpanannya dan saat dicetak menjadi masa tablet tidak lengket pada ruang cetakan dan dikeluarkan dengan mudah tanpa terjadi pemisahan lapisan tablet (Nuri dkk, 2013).
 Kandungan air 15,392 %. Penentuan kandungan air air bertujuan untuk memberikan batasan minimal (rentang) tentang besarnya kandungan air yang terdapat pada ekstrak kering, dapat dilakukan dengan tiga cara titrasi, destilasi dan gravimetri (Depkes RI, 2000). Pada penelitian ini dilakukan dengan cara gravimetri dan didapatkan persentase yang tinggi karena banyaknya kandungan air dalam bahan disebabkan karena adanya Wacker HDK (colloidal silicon dioxide) yang bersifat adsorben yang menyerap kelembaban diudara.
 Kadar abu total 36,8542 %, kadar abu tidak larut asam 24,3077 %. Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran anorganik. Ekstrak kering yang dipanaskan hingga senyawa organik berubah menjadi karbondioksida sehingga hanya tertinggal senyawa anorganik saja. Hasilnya menunjukkan tingginya kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam pada ekstrak kering. Kadar abu yang tinggi ini disebabkan adanya adsorben colloidal silicon dioxide yang merupakan senyawa anorganik (SiO). Penentuan kadar abu total bertujuan untuk menggambarkan jumlah kandungan logam dalam ekstrak kering, sementara kadar abu tidak larut asam menunjukkan adanya silikat (Nuri dkk, 2013).
 Profil kromatogram fase gerak n-Heksan : etil asetal (1 : 4) hasilnya terlihat 1 bercak (noda) pada sampel dengan Rf yaitu 0,81 dan satu bercak noda pada pembanding, pembanding yang digunakan adalah kuersetin memiliki Rf 0,8378.  Tujuan dilakukan pengujian KLT adalah untuk mengidentifikasi senyawa dengan cara membandingkan nilai Rfnya, juga memberi gambaran kandungan kimia dan juga mencegah pemalsuan terhadap zat aktif.
Kadar flavonoid total Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan kuersetin yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 432,50 nm dengan absorban 0,274. Pada penentuan kurva kalibrasi kuersetin, maka didapat persamaan regresi  y = 0,00468 + 0,00833 x dengan koefisien kolerasi (r) 0,99795. Pada penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) diperoleh kadar flavonoid total 5.454 µg/g.
Tabel I. Rekapitulasi Data Standardisasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua
No
Standardisasi
Pengamatan
1
Organolepis
Bentuk : serbuk
Warna  : Hijau Kecoklatan
Rasa     : Pahit
Bau      : Khas
2
Kadar senyawa  yang larut dalam air
11,1547 %
3
Kadar senyawa  yang larut dalam pelarut etanol
39,2397 %
4
Susut pengeringan
15,8627 %
5
Kadar air
15,392 %
6
Kadar abu total
36,8542 %
7
Kadar abu yang tidak larut asam
24,3077 %
8
Profil kromatogram
Rf sampel 0,81
Rf pembanding 0,8378
9
Total flavonoid
5.454 µg/g

Hasil praformulasi ekstrak kering daun lidah mertua bisa dilihat pada Tabel II, terdiri dari, pH 4,58. pH merupakan parameter awal dari suatu sediaan farmasi untuk menentukan bioavailabilitas dari suatu sediaan obat.
Penentuan ukuran partikel (rata- rata diameter panjang 24,03 µm, rata-rata diameter permukaan 648,828 µm, rata-rata diameter volume 26,8697 µm, Rata-rata permukaan panjang 8,6571 µm, rata-rata diameter volume permukaan 29,899 µm, rata-rata diameter berat 32,8624 µm. Ukuran partikel berhubungan dengan laju disolusi obat semakin kecil ukuran partikel semakin luas permukaan serbuk berkontak dengan larutan dan akan semakin mudah untuk partikel melarut.
 Morfologi ekstrak dari gambar diketahui bahwa ekstrak kering daun lidah mertua memiliki ukuran yang tidak seragam dari bulat, bulat memanjang dan agak bulat.
Penyerapan air disebabkan sifat partikel dalam ekstrak yang bersifat mudah menyerap lembab (higroskopis) dan adanya bahan penyerap  Wacker HDK (colloidal silicon dioxide) didalam ekstrak kering daun lidah mertua yang memiliki kemampuan menyerap kelembaban. Penambahan kelembaban pada ekstrak kering daun lidah mertua pada hari kelima dan keenam sudah agak konstan karena kemampuan menyerap ekstrak sudah mengalami tingkat jenuh sehingga bobot ekstrak kering daun lidah mertua pada hari keenam tidak akan mengalami peningkatan lagi.
 sifat alir 63,1317 gram/detik, sudut diam 26,1372o. Sifat alir dan sudut diam ekstrak kering daun lidah mertua baik karena rentang 4-10 untuk sifat alir dan rentang 25 – 30 untuk sudut diam masih dikatakan baik (Arunachalam dkk, 2011). Serbuk akan dapat mengalir dengan baik jika kecepatan alir serbuk lebih besar dari 10 gram/detik dan sudut diam dalam rentang ≤ 25o – 40o. Sifat alir serbuk tergantung kepada sifat fisik (bentuk, ukuran, kompresibilitas), berat jenis nyata dan pengaruh lingkungan (Kelembaban dan penyimpanan).
 Berat jenis nyata 0,7031 g/mL, berat jenis mampat 0,8128 g/mL, berat jenis benar 1,4787 g/mL, kompresibilitas 13,4973 g/mL, faktor hausner 1,156. Persen kompresibilitas menunjukkan kemampuan serbuk untuk berkurang volumenya dibawah tekanan. Selain itu juga dapat menunjukkan kemampuan alir suatu bahan. Ekstrak kering daun lidah mertua yang memiliki persen kompresibilitas sebesar 13,4967 % memiliki sifat alir yang baik karena masuk dalam rentang 12-18, sedangkan faktor hausner juga baik karena masuk dalam rentang 1,1 - 1,18. Serbuk yang nilai berat jenis nyatanya rendah pada umumnya memiliki porositas yang tinggi. Serbuk yang nilai porositas dan kohesivisitas tinggi akan cenderung memberikan ikatan antar partikel yang kuat, memiliki densitas yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi sehingga akibatnya sifat alirnya turun (Arunachalam dkk, 2011).
Tabel II. Rekapitulasi Data Hasil Praformulasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua
No
Praformulasi
Pengamatan
1
pH
4,583
2
Ukuran partikel
-   Rata-rata diameter panjang : 24,03 µm
-                                                                                                                                              - Rata-rata diameter permukaan : 648,828 µm
-                                                                                                                                              - Rata-rata diameter volume : 26,8697 µm
-                                                                                                                                              - Rata-rata permukaan panjang : 8,6571 µm
-                                                                                                                                              - Rata-rata diameter volume permukaan : 29,899 µm
-                                                                                                                                              - Rata-rata diameter berat : 32,8624 µm
3
Morfologi ekstrak
Bentuk tidak beraturan, berbentuk bulat, agak bulat dan bulat memanjang.
4
Penyerapan air
Berat ekstrak kering konstan pada hari keenam.
5
Sifat alir
Sudut diam
6,1317 gram/detik
26,1372 o
6
Bj nyata
Bj mampat
0,7031 g/mL
0,8128 g/mL
7
Bj benar
Kompresibilitas
Faktor Hausner
1,5551 g/mL
13,4973%
1,156

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak kering daun lidah mertua memiliki karakter yaitu rasa pahit dengan bentuk serbuk halus, bau khas, berwarna hijau kecoklatan. Kadar senyawa larut air dan etanol sebesar 11,1547 % dan 39,2397 %, susut pengeringan 15,8627 %, kadar air 15,392 %, kadar abu total sebesar 36,8542 %, kadar abu tidak larut asam 24,3077 %. Profil kromatogram terlihat satu noda sampel Rf 0,81 mendekati noda pembanding (kuersetin) dengan Rf 0,8378 dan total flavonoid 5.454 µg/g.
Ekstrak kering memiliki pH 4,58, memiliki ukuran partikel ≤ 648,828 µm dengan ukuran yang tidak seragam, bentuk bulat, agak bulat dan bulat memanjang, memiliki bobot konstan setelah 6 hari penyimpanan. Besar sifat alir dan sudut diam adalah sebesar 6,1317  gram/detik dan 26,1372o, berat jenis nyata 0,7031 g/mL, berat jenis mampat 0,8128 g/mL, berat jenis benar 1,4787 g/mL, kompresibilitas 13,4973 % dan faktor hausner 1,156.
 Saran
            Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk membuat berbagai formulasi dari ekstrak kering daun lidah mertua seperti tablet dan kapsul.
DAFTAR PUSTAKA
Arunachalam, A. Dan Mazumder A, 2011. The Outcome Of  Formulation and In Vitro Release Studies Of Levothyroxin Sodium Tablets. J Asian of Pharmaceutical Science & Technology.  Vol 1. Issue 1. 33-39.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995a. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995b. Materia Medika Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Dewi, Y. S. dan Hapsari I, 2012. Kajian Efektifitas Daun Puring (Codieaeum variegatum) dan Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dalam menyerap timbal udara ambien. J. Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol 5 no 2., Hal,: 1-7.
Harborne, J. B., 1987. Metode fitokimia: Penunutun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB. Bandung.
Kemenkes RI, 2010. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Nuri., Wicaksono Y., dan Utami W. S., 2013. Standarisasi dan Studi Praformulasi Ekstrak  Kering Daun Kembang Bulan. J Laporan Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Jember. Jawa Timur. Hal: 167-175.
Philip, D., Kaleena P. K., Valivittan K, dan Kumar G., 2011. Phytochemical Screening and Amtimicrobial Activity of(Sansevieria roxburghiana schult). J. Middle-East Journal of Scientific Research., 10 (4): 512-518.
Pourmorad, F., Hosseinimehr S. J., Shahabimajd N., 2006. Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal Plants. J. African Journal of Biotechnology Vol. 5 (11), pp. 1142-1145
Suharsi, T. K. dan Andiani N. 2013. Pertumbuhan Tunas (Sansevieria trifasciata prain ‘laurentii’) pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3. J. Bul. Agrohorti., 1(1) : 89 – 93.
Sunilson, J. A., P Jayaray., R Varatharajan., Thomas J., James J., dan M Muthappan., 2009. Analgesic ans Antipyretic Effects of(Sansevieria trifasciata)Leaves.J. Afr. J. Trad. CAM., 6 (4): 529 – 533.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran teknologi farmasi.Edisi V. Dierjemahkan oleh Dr. Soendani Noerono Soewandhi, Apt. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Zein. U., 2005.,Pemanfaatan Tanaman Obat Dalam Upaya Pemanfaatan kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. J. e-USU Repository Universitas Sumatera Utara.




Artikel Terkait


EmoticonEmoticon