Saturday, September 24, 2016

Jurnal Penetapan Kadar Xanton Dari Kulit Buah, Putik, dan Getah Batang Manggis Dengan Metoda Spektrofotometri UV-Vis

Jurnal Penetapan Kadar Xanton Dari Kulit Buah, Putik, dan Getah Batang Manggis Dengan Metoda Spektrofotometri UV-Vis



PENETAPAN KADAR XANTON DARI KULIT BUAH, PUTIK, DAN GETAH BATANG MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Juita Sartina, Amri Bakhtiar, Dedi Nofiandi
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang


ABSTRACT
            Mangosteen is a plant that almost all of part the plants can give benefit, ranging from flesh of fruit, bud, stem sap, leaves, and roots. The main chemistry compound in the rind, pistil, stem sap mangosteen is α-mangostin. So that, the research had been performed about concerning α-mangostin from carp, pistil, and stem sap of mangosteen (Garcinia mangostana L.) with Spectrophotometri UV-Vis method. The result of research showed xanthone concern in flesh of fruit is 5,57 % b/b,  bud mangosteen is  is 6,06 % b/b, stem sap mangosteen is 60,96 % b/b. The conclusion from the research is the highest xanthone concerning was step sap mangosteen.
 
Keywords: Xanthones, flesh of mangosteen, bud mangosteen, stem sap mangosteen, spectrophotometry 
                  UV-Vis
 



PENDAHULUAN

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara (Prihatman, 2000). Manggis merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar (Yunitasari, 2011). Daging buah manggis dapat dikonsumsi secara langsung maupun diolah menajdi minuman segar (sirup, Juice, dll). Rebusan kulit buah bermanfaat untuk mencegah kanker, antidiabetes, mencegah penyakit jantung. Rebusan daun manggis bermanfaat untuk memperbaiki pencernaan dan gangguan metabolisme. Rebusan kulit batang dapat mengobati sariawan, diare, disentri, dan nyeri perut, dan rebusan akar dapat mengatasi haid yang tidak teratur (Nugroho, 2010).
Kandungan kimia yang terdapat dalam kulit buah manggis secara umum adalah xanton, garsinon, flavonoid, dan tanin (Heyne, 1987). Ditemukan pula senyawa utama xanthon yaitu α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin (Jung et al, 2006; Suksamrarn et al, 2002). Senyawa xanton hasil isolasi dari kulit manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi, antikanker, antimalaria, dan antioksidan. Senyawa α-mangostin hasil isolasi dari ekstrak methanol kulit buah manggis terbukti menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker secara in vitro (Kiranawati et al, 2014).
Getah kuning dari batangnya telah diteliti oleh Rost Van Tonningent, bahwa getah merupakan zat yang dapat dipakai sebagai pewarna (Heyne, 1987). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) kadar xanton total dalam ekstrak etanol adalah 32,63%, Namun penelitian sebelumnya hanya menentukan kadar pada kulit saja, belum diketahui kadar xanton total pada  putik manggis, dan getah batang manggis (Garcinia mangostana L.)
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kadar xanton pada kulit buah manggis, putik manggis, dan getah batang manggis (Garcinia mangostana L.) dengan metoda spektrofofometri UV-Vis.
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Timbangan digital, gelas ukur, labu ukur, tabung reaksi, spatel, pinset, pipet tetes, pipet ukur, batang pengaduk, labu ukur, beaker glass, erlenmeyer, glinder, dan seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis.
Bahan
            Bahan–bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: kulit buah, putik, dan getah batang manggis (Garcinia mangostana L.), metanol P, kertas saring whattman no. 1.
  
Metode Penelitian
a.      Pengambilan Sampel
Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah kulit buah, putik, getah batang manggis (Garcinia mangostana L.) yang di ambil di daerah Kubang Landai, Kab. Tanah datar, Sumatera Barat.
b.       Pembuatan Ekstrak Cair Xanton
Timbang saksama lebih kurang 250 mg serbuk kulit buah manggis, 250 mg putik manggis dan 50 mg getah batang manggis (Garcinia mangostana L.) masing-masing ditambahkan 10 mL metanol P, kemudian refluks selama 30 menit, saring filtrat, refluks kembali residu dengan cara yang sama sebanyak dua kali. Kumpulkan filtrat ke dalam labu 25 mL, tambahkan metanol P sampai tanda.

Ø  Identifikasi Xanton pada Ekstrak Cair
   Ekstrak cair kulit buah, putik, dan getah batang manggis ditotolkan masing-masingnya dengan kapiler pada plat alumunium silika gel 60 F254 (6cm x 12cm) dengan jarak ± 1 cm dari dasar plat. Sebagai fase gerak digunakan kloroform, etil asetat (9:1). Masukkan plat ke dalam chamber yang sebelumnya sudah dijenuhkan dengan pelarut. Keluarkan plat, beri tanda batas eluen dan noda, kemudian plat dikeringkan, plat diamati di bawah lampu UV (316 nm). Nilai Rf komponen utama ditentukan membandingkan nilai Rf α-mangostin standar.

Ø  Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum α-mangostin
Buat larutaan standar konsentrasi 10 µg/mL dengan cara memipet 0,5 mL larutan α-mangostin (200 µg/mL) lalu encerkan dengan campuran metanol P dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-800 nm dengan spektrofotometer UV-Visibel.
Ø  Penentuan Kurva Kalibrasi α-mangostin
Dari larutan standar α-mangostin (200 µg/mL) di pipet 0,37; 0,5; 0,62; 0,75; 0,87 mL dan diencerkan dengan metanol P dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas. Sehingga didapatkan konsentrasi 7,4; 10; 12,4; 15 dan 17,4 µg/mL α-mangostin.
Ø  Penentuan Kadar Xanton Dalam Ekstrak Cair
Dipipet 1 mL dari 250 mg/25 mL serbuk simplisia kulit buah dan putik manggis dalam labu ukur 10 mL, tambahkan metanol P sampai tanda batas, kemudian pipet lagi 1 mL dalam labu ukur 10 mL, tambahkan metanol P sampai tanda, dan 0,25 mL dari 50 mg/25 mL serbuk simplisia getah batang manggis dalam labu ukur 25 mL, tambahkan metanol P sampai tanda batas, kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 316 nm. Kadar xanton dapat dihitung dengan rumus:
Cs  
Keterangan :  
Cs = Konsentrasi µg/mL untuk sampel (µg/ mL)
C  = Konsentrasi α-mangostin terukur ( µg/mL)
Fp = Faktor pengenceran
V  = Volume Larutan Sampel
W = Berat total sampel kering
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Setelah dilakukan penelitian mengenai pemeriksaan kadar natrium benzoat pada cabe merah giling di pasar Raya kota Padang dengan metode Spektrofotometer ultraviolet diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Hasil pengukuran absorban deretan larutan standar α-mangostin dan kurva kalibrasi pada panjang gelombang 316 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.
2.      Hasil perhitungan sederatan larutan standar (7,4, 10, 12,4, 15, 17,4 µg/mL) dengan absorban didapat persamaan regresi linier y = -0,0479 + 0,0396x dengan koefesien korelasi (r) = 0,9977
3.      Hasil perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi xanton didapat simpangan baku (SB) = 0,1247, batas deteksi (LOD) = 9,4469 µg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) = 33,7940 µg//mL
4.      Pemeriksaan kromatografi lapis tipis (KLT) dari ekstrak dengan menggunakan eluen kloroform (pa), etil asetat (pa) (9 : 1) diperoleh nilah Rf pada noda dari ekstrak kulit buah, putik, dan getah adalah sama dengan Rf pembanding yaitu 0,86.
5.      Hasil perhitungan kadar xanton pada kulit buah manggis = 55,74 mg/g koefesien variasi (KV) = 1,19 %, dan standar deviasi (SD) = 0,13, pada putik manggis = 60,86 mg/g dengan koefesien variasi (KV) = 1,52 %, dan standar deviasi (SD) = 0,18; sedangkan pada getah batang manggis = 609,67 mg/g dengan koefesien variasi (KV) = 0,61 % dan standar deviasi (SD) = 0,07

Pembahasan
Pada penelitian ini sampel diambil di daerah Kubang Landai, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar xanton total pada kulit, putik, dan getah batang manggis.
Ekstraksi dilakukan dengan metoda refluks, metoda ini dipilih karena prosesnya sederhana, cukup efektif manarik zat-zat yang. Sampel yang akan direfluks dikeringkan terlebih dahulu, kemudian diglinder sehingga menghasilkan serbuk yang halus. Proses refluks menggunakn metanol P karena sangat murni dan dapat mengurangi resiko keberadaan zat pengotor. Serbuk sampel kulit buah manggis, putik manggis masing-masing 0,250 g, dan getah batang manggis 0,05 g ditambah 10 mL metanol P direfluks  selama 30 menit, saring filtrat, kemudian residu direfluks kembali dengan cara yang sama sebanyak dua kali.
Larutan standar α-mangostin dibuat dengan konsentrasi 200 ppm, kemudian diencerkan menjadi 10 ppm untuk mengukur panjang gelombang serapan maksimum dan diperoleh hasil 316 nm dengan alat Spektrofotometer UV-Visibel. Dari larutan induk dibuat sederetan konsentrasi 7,4, 10, 12,4, 15, dan 17,4 ppm dan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 316 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi yang dibentuk dari data konsentrasi dan absorban. Absorban yang didapatkan dari konsentrasi tersebut adalah 0,33-0,72 dan telah memenuhi syarat hukum lambert beer yaitu 0,2-0,8. Persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi adalah y = 0,0479 + 0,0396x dengan nilai koefesien korelasi (r) sebesar 0,9977 yang menunjukan linieritas dari persamaan.
Tingkat ketelitian dari pengukuran ditunjukkan dengan nilai batas deteksi 1,2196 µg/mL dan batas kuantitasi 4.0656 µg/mL. Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit yang terdapat dalam sampel yang masih terdeteksi dan memberikan respon signifikan terhadap blanko, sedangkan batas kuantitasi merupakan jumlah terkecil analit yang masih dapat diukur dengan cermat dan seksama.
Dari data hasil serapan sampel kulit, putik, dan getah batang manggis yang mana masing-masing sampel dilakukan 3 kali pengulangan, dihitung kadar α-mangostin. Pada penetapan kadar xanton dari ketiga sampel yang tertinggi terdapat pada sampel getah batang manggis yaitu 60,97 % b/b dengan koefesien variasi sebesar (KV) 0,61 %. Hal ini terjadi karena di getah banyak terdapat metabolit sekunder yang mengandung xanton. Diiukuti pada sampel putik manggis kadar xanton 6,06 % b/b dengan koefesien variasi (KV) 1,52 %, dan kadar xanton pada sampel kulit buah manggis yaitu 5,57 % b/b (KV) 1,19%. Kadar xanton sedikit dikulit dibandingkan pada getah batang dan putik, ini disebabkan karena pada saat proses pematangan buah, xanton berubah menjadi zat warna, dan dibuah juga banyak terdapat serta. Nilai KV menunjukan derajat kesesuaian dari pengukuran. Ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individu dan rata-rata jika prosedur dilakukan berulang-ulang. Nilai KV yang digunakan adalah ≤ 2 %.
Kesimpulan
kadar xanton tertinggi terdapat pada getah batang manggis yaitu 60,97 % b/b, diikuti putik dan kulit buah manggis secara berturut yang hanya mengandung xanton 6,06 % b/b ; 5,57 % b/b.

DAFTAR PUSTAKA
Burkill, I. H. A. 1995. Dictionary of the Economic Product on Malay Peninsula. Vol 1. Ministry of Agricultural Cooperative. Kuala Lumpur.
Chaverri, J. P., N. C. Rodriguez M. O. Ibarra, and J. M. P. Rojas. 2008. Medicinal Properties Of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chem. Toxicol. 46: 3227-3239.
Dewi, Sonya.K. 2015. Standarisasi Ekstrak Etanol Tumbuhan Manggis (Garcinia mangostana). STIFI: Padang
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektoskopi, cetakan pertama, Andalas University Press. Padang.
Dharma, AP. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Dalimartha, Setiawan, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI, PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta. pp66-67.
Day, R.A & Underwood, A.L, 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Penerjemah: Pudjaatmaka, A.H., Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal-393
Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid  IV, Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi I, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Hal 339-225.
Ee, GC., Daud S., Taufiq-Yap Y.H., Ismail N.H., Rahmani, M., 2008.Xanhones From Garcinia mangostana (Guttiferae). Nad. Prod. Res. 20(12): 1067-1073.
Gandjar, I. G, & Abdul R. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husni, Elidahanum. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak dan Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit Batang Tumbuhan Garcinia cowa Roxb Terhadap Cell Line Kanker Payudara T47D. Padang Universitas Andalas.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia, Jilid III. Badan Litbang Kesehatan. Jakarta.
Jung H. A., Su B. N., Keller W. J., Metha R.G., Kinghorn A. D. 2006. Antioxidant Xanthones from the Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J. Agrig Food Chem. 56(6): 2077-2082.
Kemenkes RI. 2011. Farmakope Herbal Indonesia, Suplemen II. Jakarta.
Kiranawati, Diah, Rofida Mukharromah, Fani Putri Amelia, Ananda Brian Karisma & M. Iqbal. 2014. Pemanfaatan Senyawa xanton Kulit Buah Manggis Sebagai Biolarvasida Untuk Memberantas Larva nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). ISBN: 978-602-0951-00-3.
Khare, C. P. 2007. Garcinia cowa Roxb. Indian Medical Plants an Illustrated Dictionary. Springer Science. New York.
Kazakevich, Y & Lubroto, R. 2002.HPLC for Pharmaceutical Scientists, Jhon Wiley and Son Inc. New Jersey.
Khopkar, S.M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: A.Saptoharjo.Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal: 26-217.
Narulita, Hanny. 2014. Study Praforulasi Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Nugroho, A. E. 2010. Manggis (Garcinia Mangostana L.) dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suato Obat. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suksamrarn, S., Suwannapoch, N., Phakhlodee,W. Thanuhiranlert, J. Ratananukul, P. Chimnoi, N., & Suksamaran, A. 2003. Antymycobacterial activity of Prenylated Xanthones from The Fruits of Garcinia mangostana. Chem Pharm Bull. 51(7): 857-859.
Permana, Asep W., Siti M. W., Sulusi P., Dondy A. S. 2012. Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Berkarbosinasi. J Pascapanen. 9(2) 2012: 88-95.
Prihatman, K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. BPP Teknologi. Jakarta.
Pothitirat, W, and W. Gritsarapan. 2008. Quantitative Analysis of Total  Mangostins in Garcinia Mangostana Fruit and J. Health. 22: 161-166
Perez, V., Nagem T.J., de Oliviera F.F., 2000, Tetraoxygenated NaturallyOccuring Xanthones, Phytochemistry 55(7): 683-710.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Kanisius. Jakarta.
Sari, N. P. 2010. Pengaruh Lama Waktu Pendinginan Terhadapan Rendemen dan Kemurnian Alfa Mangostin Dari Kulit Buah Manggis. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.                       
Watson, D. G. 1999. Pharmaceutical Analysis A text Book For Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemists. Harcourt Publishers. New York.
Watson, D. G. 2009. Analisis Farmasi. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Yunitasari, L. 2011. Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis Khasiat dan Pengolahan Untuk Kesehatan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Zhang, Y, Song Z., Hao J., Qiu S., Xu Z., 2010, Two New Prenylated Xanthones and A New Prenylated Tetrahydroxanthone from The Pericarp of Garcinia mangostana, Pytotherapy 81(6): 595-599.
Trenggono, Z.N, Wibowo D., Murdjiati G, dan Mary A., 1990, Bahan Tambahan Pangan (Food Additive), Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta.
United States Pharmacopeia. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA: Twinbrook ParkWay Rockville.
Vogel, 1994, Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganic. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Widjajarta, M., 2006, Bahaya Makanan Berpengawet. (http://www.id.wikipedia.org/wiki/Mi-instan).
Winarno, F.G., Fardiaz, S., & Fardiaz, D., 1980, Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Penerbit G

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon