Monday, September 19, 2016

Jurnal Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

Jurnal Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji


FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL
DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)
Wendy Febri Aulia, Firmansyah, dan Salman Umar

ABSTRAK

Jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung senyawa polifenolik yaitu tanin yang berkhasiat sebagai antidiare. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi tablet ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan metoda granulasi basah, dan melihat keaktifan ekstrak daun jambu biji melalui uji daya hambatnya terhadap bakteri Escherichia coli. Untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi mucilago amili sebagai bahan pengikat, digunakan konsentrasi mucilago amili 10 %, 12,5 % dan     15 %. Evaluasi tablet meliputi organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerapuhan, kekerasan, waktu hancur, dimana keseragaman ukuran dan waktu hancur tidak memenuhi persyaratan untuk ketiga formula kemudian untuk uji kekerasan dan kerapuhan tidak memenuhi persyaratan untuk F3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet, dari ketiga formula menunjukan f1 dan f2 menghasilkan tablet yang baik dibandingkan f3. Dari hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa konsentrasi bahan pengikat akan mempengaruhi hasil tablet yang dihasilkan. Dimana konsentrasi bahan pengikat yang terlalu tinggi akan menyebabkan granul menjadi keras dan akan mengalami deformasi ketika akan dicetak menjadi tablet, hal ini akan menyebabkan tablet menjadi berkurang kekerasannya, rapuh dan juga memiliki waktu hancur tablet yang lebih lama.



PENDAHULUAN

Psidium guajava L. atau yang     lebih dikenal jambu biji telah lama digunakan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat. Beberapa khasiat dari jambu biji ini antara lain sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan, analgesik dan antiinflamasi. Bagian tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama, misalnya agar diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi demam berdarah dan antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin C digunakan buahnya.                 
Pengolahan untuk mendapatkan efek-efek tersebut juga berbeda, untuk buah biasanya bisa dimakan langsung, sedangkan daun direbus terlebih dahulu (Dalimartha, S. 1999).
Buah, daun dan kulit batang jambu biji mengandung tanin, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Selain itu daun Jambu biji juga mengandung zat lain seperti flavonoid, terpenoid, polifenolat, alkaloid, minyak atsiri, asam guajaverin, vitamin (Kartasapoetra G., 2006). Salah satu zat yang terkandung dalam tanaman jambu biji (Psidium Guajava L) yang dapat digunakan sebagai obat antidiare adalah tanin. Tanin merupakan senyawa polifenolik larut air dengan BM 500-3000 (Harbone, 1987).
Ektrak daun jambu biji banyak diproduksi dalam bentuk sedian kapsul, selain dalam bentuk kapsul, ekstrak juga dapat diformulasi dalam bentuk tablet. Hal ini, dapat dilihat pada hasil penelitian  Irma, dkk. (2012) tentang formulasi sediaan tablet ekstrak Gossypium herbaceum sebagai alternatif kontrasepsi pria. Hasil penelitiannya ekstrak Gossypium herbaceum dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet yang baik secara fisik dengan formula ekstrak Gossypium herbaceum 25 % , Avicel 62 %, Gelatin(10%) 10 %, Asam Stearat 3 %.
 Salah satu penyebab terjadinya diare adalah bakteri E. coli    (Jawetz et al., 1996). E. coli adalah mikroflora normal usus.  E. coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan (Ganiswarna, 1995).  E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat.
Efektivitas ekstrak etanol daun jambu biji telah banyak dilakukan pengujiannya, antara lain sediaan gel ekstrak etanol daun jambu biji terhadap penyembuhan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus pada kelinci, didapatkan hasil bahwa senyawa yang berperan sebagai penyembuhan luka adalah flavonoid, eugenol, tanin dan terpenoid yang mempunyai efek antibakteri dengan merusak struktur membran dari bakteri Staphylococcus aureus (Jeanly, 2013).
Berdasarkan penelitian Faradiba dkk, 2013 telah dilakukan pengujian aktifitas antidiare ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan  jambu biji daging buah merah (Psidium guajava L.), suku Myrtaceae, terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Salmonella typhi. Ekstrak etanol daun jambu biji berdaging buah putih menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun jambu biji berdaging buah merah.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan pemanfaatan daun jambu biji sebagai antidiare, maka pada penelitian ini dicoba untuk memformula ekstrak daun jambu biji dalam bentuk tablet dan melihat pengaruh variasi konsentrasi mucilago amili sebagai pengikat, terhadap sifat fisik tablet.

ALAT DAN BAHAN

Bahan Bahan
Ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L), bakteri E. coli, nutrien agar, aerosil, amilum,             Mg stearat, avicel PH 101, talk, etanol 70%, kloroform, amoniak, asam sulfat, reagen Mayer, reagen Bouchardat, serbuk Mg, asam asetat anhidrat, FeCl3, norit, aquadest.

Alat Alat
Alat-alat gelas standar laboratorium seperti Rotari evaporator, botol maserasi, cawan petri, magnetik stirer, inkubator, LAF (Laminar Air Flow), autoklaf, lampu spritus, jarum ose, kaca arloji, cawan penguap, gelas ukur, erlemeyer, batang pengaduk, corong, buret, standar, pipet tetes, botol semprot, pH meter, kertas perkamen, ayakan, timbangan digital, mortir, stamfer, piknometer, spatel, infrared moisture balance, jangka sorong, hardness tester, friability tester, disintegrator tester lemari pengering, dan mesin pencetak tablet.  


METODE PENELITIAN

Persiapan Sampel
a.    Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji (Psidium guajava L) yang diambil di Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok .

b.  Ekstraksi daun jambu biji
       Daun jambu biji (Psidium guajava L) dibersihkan, ditimbang 1,5 kg  dicuci, dikering anginkan, dirajang, kemudian dimasukkan ke dalam botol maserasi dan ditambahkan dengan alkohol 70% sampai terendam sempurna dalam wadah yang tertutup baik dan terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk.
       Proses maserasi dilakukan selama tiga kali 24 jam, dilakukan tiga kali pengulangan kemudian hasil maserasi diuapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
a.    Uji fitokimia ekstrak  daun jambu biji (Harbone, 1987)
Ekstrak etanol daun jambu biji dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml kloroform kemudian dokocok, dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan air dan kloroform.
· Uji Flavonoid (Metode “Sianidin Test”)
Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan adanya flavonoid.


· Uji Fenolik
Ambil lapisan air 1 – 2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan pereaksi FeCl3, terbentuknya warna biru menandakan adanya kandungan fenolik.
· Uji Saponin
Ambil lapisan air, kocok kuat – kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa yang permanen (± 15 menit) menunjukkan adanya saponin. (Harbone, 1987)
· Uji Terpenoid dan Steroid (Metode “Simes”)
Ambil sedikit lapisan kloroform, tambahkan norit lalau saring, teteskan pada plat tetes, keringkan, kemudian teteskan asam asetat anhidrat dan H2SO4 (p), terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya steroid, sedangkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya terpenoid.
· Uji Alkaloid (Metode “Culvenore – Fristgerald”)
Ambil sedikit lapisan kloroform tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N, aduk perlahan tambahkan beberapa tetes H2SO4 2N kemudian dikocok perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan beberapa tetes pereaksi mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

b.   Pemeriksaan organoleptis
            Pengamatan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa.

c.    Pemeriksaan kelarutan
            Pemeriksaan kelarutan dilakukan dengan melarutkan ekstrak kental pada air dan etanol 96% (Djamal, 2010).

d.   Pemeriksaan Kandungan air
            Ditimbang krus porselen yang telah dikeringkan selama 30 menit didalam oven pada suhu 1050 C.  Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram dan di masukkan kedalam krus porselen, lalu ditimbang. Kemudian dengan perlahan krus digoyang agar ekstrak merata. Krus dimasukkan kembali kedalam oven dengan membuka tutupnya dan membiarkan tutup tetap berada didalam oven. Krus berisi ekstrak dipanaskan pada suhu 1050 C selama 1 jam. Setelah itu dikeluarkan dan didinginkan didalam desikator lalu ditimbang sampai diperoleh berat yang konstan.

% Kandungan air =
     x 100%                                 
Keterangan   :          
   A    = Berat krus kosong
   B     = Berat krus + sampel sebelum   dipanaskan
   C     = Berat krus + sampel setelah dipanaskan

e.    Pemeriksaan Kadar Abu (Depkes RI,2000)
            Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan kedalam krus porselen yang telah dipijar sebelumnya. Krus didinginkan dalam desikator dan dimasukan kedalam furnes suhu 600 0C selama 24 jam. Setelah dingin, ditimbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
% Kadar abu =
    x 100%
Keterangan :
A  = Berat krus kosong
B  = Berat krus + sampel sebelum pemijaran
C  = Berat krus + sampel setelah pemijaran

f.     Pemeriksaan pH ekstrak
            Dengan menggunakan pH meter. Alat di kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar pH 4 dan larutan dapar pH 7. Angka yang muncul pada alat berada pada harga pH larutan tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. Pengukuran pH ekstak kentaln dilakukan dengan cara mengencerkan 1 gram ekstrak etanol daun jambu biji dengan aquadest  hinggá 10 ml dalam wadah yang cocok. Elektroda dicelupkan kedalam wadah tersebut dan dibiarkan angka bergerak sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH ekstrak etanol daun jambu biji.

Uji Pendahuluan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

 a. Sterilisasi alat dan bahan
            Alat yang digunakan terlebih dahulu telah dicuci bersih dan dikeringkan sebelum disterilkan. Beberapa alat seperti cawan petri dibungkus dengan kertas koran dan corong, tabung reaksi, pipet tetes di tutup mulutnya dengan kapas lalu bungkus satu persatu dengan kertas koran. Semua alat disterilkan dalam oven pada suhu 160˚C selama 1 jam. Erlemeyer dan gelas ukur mulutnya ditutup dengan kapas dan dibungkus satu persatu dengan kertas koran lalu disterilkan dalam autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit tekanan 15 lubis. Pinset, jarum ose dan kaca objek disterilkan dengan cara di flamber menggunakan lampu spritus.

b. Pembuatan Media NA
            Dibuat dengan melarutkan 20 gram NA dalam 1 L aquadest dalam labu erlenmeyer goyang-goyang selama 15 menit dan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk sampai larut sempurna. Labu ditutup dengan kapas yang dibungkus dengan kain kasa, kemudian disterilkan dalam autoklav pada suhu 121˚C selama 15 menit tekanan 15 lubis.

c. Pembuatan suspensi mikroba uji
            Koloni bakteri disuspensikan dalam larutan NaCl Fisiologis steril dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan kemudian diukur kekeruhan dari suspensi yang setara dengan kekeruhan standar Mc Farland 0,5.

d. Pengujian aktifitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji
            Sebanyak 10 mL media NA Agar dimasukkan dalam cawan petri biarkan memadat (Base layer).  Setelah itu dibuat (seed layer) dengan cara mencampur 5 ml media NA agar dengan 1 ml suspensi bakteri, dihomogenkan lalu dituang diatas base layer biarkan memadat, selanjutnya kertas cakram steril ditetesi dengan 10 µL sediaan uji, kemudian di inkubasi pada suhu 37o selama ± 24 jam. Amati pertumbuhan bakteri dan diukur diameter daya hambat ditandai dengan adanya daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Pengujian dilakukan dengan ekstrak etanol daun jambu biji 250 dan 300 mg, sebagai kontrol negatif aquadest.

Pemeriksaan Bahan Tambahan
            Pemeriksaan semua bahan tambahan meliputi : Aerosil, amilum,    Mg stearat, avicel PH 101, talk sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Handbook of Pharmaceutical Excipients dan Farmakope Indonesia.

Formula Tablet Ekstrak Etanol Daun jambu biji (Psidium guajava L).
Komposisi
Formula I
(mg)
Formula II
(mg)
Formula III
(mg)
Ekstrak daun jambu biji
250
250
300
Aerosil
12
12
12
Amylum
60
60
60
Mucilago amili 10%
9
-
-
Mucilago amili 12,5%
-
6
-
Mucilago amili 15%
-
-
3
Avicel PH 101
221
224
177
Mg stearat
6
6
6
Talkum,
12
12
12
Amylum
30
30
30

Cara Pembuatan Tablet
Formula I, Formula II dan Formula III
            Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula. Dibuat mucilago amili sebagai bahan pengikat pada pembuatan granul, dengan cara basahkan amilum dalam sebagian air , sisa air didihkan, kemudian tambahkan amilum sedikit demi sedikit sampai terbentuk mucilago. Ekstrak kental daun  jambu biji dikeringkan dengan aerosil, kemudian ditambahkan avicel PH 101, dan amilum sedikit demi sedikit sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan mucilago amili sampai terbentuk massa yang siap digranulasi. Massa granul diayak dengan ayakan dengan no. 16, hasilnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 30º - 40ºC selama 48 jam. Setelah kering, granul diayak kembali dengan ayakan no. 18, kemudian dilanjutkan dengan pencampuran granul kering dengan mg stearat, talk dan bahan pengahancur amilum. Setelah diketahui sifat fisik granul optimum maka granul  kemudian dicetak menjadi 



HASIL DAN PEMBAHASAN

            Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L) dalam bentuk sediaan tablet dan  melihat efektifitas ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan bakteri    E. coli. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun jambu biji (Psidium guajava L) yang didapatkan di Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.  Tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan tradisional Indonesia sebagai ramuan obat untuk diare, demam berdarah, dan lain sebagainya. Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Andalas (ANDA) Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Andalas, Padang. Identifikasi dilakukan untuk mendapatkan identitas yang benar dari tumbuhan yang akan digunakan dalam penelitian (lampiran 2 ).
            Daun jambu biji dibersihkan, dipotong kemudian dilanjutkan dengan pengeringan yang dilakukan pada ruang terbuka dan tidak terkena sinar matahari langsung. Rendemen ekstrak terhadap daun jambu biji kering adalah 12,68%. Pengeringan bertujuan untuk memperkecil kadar air, karena apabila kadar air tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga dapat menyebabkan pembusukan yang dapat menurunkan mutu simplisia. Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan. Tanaman memiliki kandungan senyawa yang peka terhadap pemanasan suhu tinggi dan paparan sinar matahari langsung. Ekstraksi sampel dilakukan dengan menggunakan metode maserasi karena pengerjan lebih mudah, tidak memerlukan perlakuan khusus dan tidak menggunakan panas sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan zat termolabil akibat suhu tinggi. Pelarut yang digunakan adalah etanol karena pelarut ini relatif  kurang toksik dibanding pelarut organik lainnya. Disamping itu juga berdasarkan sifatnya sebagai pelarut universal yang mampu melarutkan hampir semua senyawa, baik yang bersifat polar, semipolar, dan nonpolar. Ekstrak etanol yang didapatkan dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapat  ekstrak kental (Djamal, 1990).
            Pemeriksaan ekstrak etanol daun jambu biji meliputi organoleptis, uji fitokimia, kandungan air dan kadar abu. Pemeriksaan organoleptis menggunakan pengamatan secara visual untuk melihat bentuk ekstrak kental, warna coklat tua, bau khas dan berasa kelat.
            Uji fitokimia menunjukkan ekstrak etanol daun jambu biji mengandung senyawa flavonoid, terpen, fenolik dan alkaloid. Hasil pengujian kandungan air ekstrak etanol daun jambu biji 9,3%. Pengujian ini bertujuan untuk memberikan batas maksimal (rentang) tentang besarnya kandungan air di dalam ekstrak, (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Hasil pengujian kadar abu ekstrak etanol daun jambu biji 0,43%. Penetuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
            Pemeriksaan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji terhadap bakteri  Escherichia coli  dengan menggunakan metoda cakram. Pengukuran diameter daya hambat dilakukan dengan melihat luas daerah yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Terbentuk daerah bening pada media yang telah dibiakkan. Hal ini dilakukan untuk melihat keaktifan dari ekstrak etanol daun jambu biji, sehingga dapat memastikan bahwa ekstrak yang digunakan memiliki efektifitas.
            Pembuatan suspensi mikroba uji terlebih dahulu, yang sebelumnya dilakukan peremajaan bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang aktif saat digunakan, koloni bakteri yang telah diremajakan tersebut disuspensikan dalam larutan NaCl Fisiologis steril dalam tabung reaksi steril dan dihomogenkan kemudian diukur kekeruhan dari suspensi yang setara dengan kekeruhan standar Mc Farland 0,5 yang kemudian dibiakkan dengan media NA.
            Pada pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji,  ekstrak etanol daun jambu biji yang digunakan adalah konsentrasi               250 mg / 5 ml aquadest dan 300 mg / 5 ml aquadest, diameter daya hambat yang diperoleh yaitu: ekstrak etanol daun jambu biji konsentrasi 250 mg / 5ml aquadest sebesar 1,5 cm, kemudian ekstrak etanol daun jambu biji konsentrasi 300 mg / 5 ml aquadest, sebesar 2,2 cm. Daya hambat pada konsentrasi ekstrak daun jambu biji pada 300 mg / 5 ml aquadest digolongkan kedalam respon pertumbuhan bakteri golongan kuat.
            Berdasarkan hasil analisa statistik ANOVA satu arah terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 250 mg / 5 ml aquadest dan    300 mg / 5 ml aquadest dari ekstrak etanol daun jambu biji  (p < 0,05) yang diujikan terhadap bakteri Escherichia coli.
            Bentuk sediaan padat dipilih karena ketika obat diberikan secara per oral untuk dewasa, tablet biasanya lebih disukai karena mudah dibawa, mudah diidentifikasi dan mudah digunakan. Dari sudut pandang farmasi, bentuk sediaan padat adalah produksi yang efisien dan produktif, dikemas dan didistribusikan oleh industri dengan biaya yang murah, sediaan padat lebih stabil, dan memiliki waktu kadaluarsa yang lebih panjang dibandingkan bentuk sediaan cair (Lachman, 1994; Ansel, 2013).
            Pemeriksaan bahan tambahan yang dilakukan, agar menghasilkan sediaan yang memenuhi persyaratan. Bahan tambahan harus memiliki persyaratan inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas mikroba perusak dan pathogen, mendukung bioavailabilitas, tersedia dalam perdagangan, harga relative murah (Anwar, 2012). Pemeriksaan meliputi organoleptis dan kelarutan. Hasil pemeriksaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan   yang tertera pada Farmakope Indonesia dan Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Tablet
            Tablet ekstrak etanol daun jambu biji dibuat dengan menggunakan bahan pengikat mucilago amili yang merupakan eksipien dalam formulasi sediaan tablet dan memberikan gaya kohesif yang cukup pada serbuk antar partikel eksipien sehingga membentuk struktur tablet yang kompak dan kuat setelah pencetakan (Anwar, 2012). Aerosil berfungsi sebagai bahan adsorben yang mempunyai sifat mengabsorpsi lembab dari bahan di dalam formula sehingga dapat membatasi / menghalangi kemampuan bahan tersebut untuk mengikat air serta memudahkan dalam proses pencetakan tablet. Aerosil mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengadsorpsi air yaitu 50% dari beratnya tanpa kehilangan daya mengalirnya. Penggunaan aerosil dapat juga berfungsi sebagai glidant dan dapat mencegah picking. Bahan pengisi yang digunakan avicel PH 101, ini bertujuan untuk memperoleh sifat alir dan kompresibilitas yang baik, juga pada pertimbangan ekonomis sehingga pada tablet yang dihasilkan memiliki kualitas yang diinginkan. Mg stearat dan talkum digunakan sebagai bahan pelincir (lubrikan) yang bertujuan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat tablet akan ditekan keluar. Kemudian sebagai pengahancur dalam dan penghancur luar digunakan amilum yang dapat mempengaruhi waktu hancur tablet di dalam tubuh (Siregar, 2010).
            Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah, dimana metode ini sesuai untuk zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang buruk, dapat meningkatkan kompaktibilitas serbuk dengan cara meningkatkan kohesivitas serbuk karena ada penambahan bahan pengikat. Proses yang dilakukan setelah pembuatan granul yaitu pengeringan pada suhu 30°- 40° selama 48 jam, bertujuan untuk menghilangkan pelarut dan mengurangi kelembaban. Kelembaban dalam jumlah yang kecil, untuk menghindari terjadinya sticking dan picking.
            Evaluasi granul meliputi pemeriksaan organoleptis, mengukur berat jenis nyata, berat jenis mampat, berat jenis granul, porositas, faktor hausner, kompresibilitas, kecepatan alir, sudut istirahat, kandungan air dan kadar fines. Tujuan dilakukannya evaluasi granul adalah untuk memperoleh granul yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga akan diperoleh tablet dengan sifat-sifat yang memenuhi persyaratan. Sifat alir akan berpengaruh langsung pada pengisian ruang cetakan (die) oleh massa granul yang akan menjamin keseragaman bobot tablet dan kompresibilitas berhubungan dengan kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan dan berpengaruh terhadap kekerasan tablet.
            Pemeriksaan organoleptis pada ketiga granul diperoleh warna, pada F1  F2 dan F3 berwarna coklat muda, dimana ketiga formula selama penyimpanan, warna tetap stabil. Pemeriksaan bobot jenis digunakan untuk menentukan nilai porositas, factor hausner, dan kompresibilitas.                Persyaratan porositas idealnya 37% - 40%. Dari hasil evaluasi bahwa porositas tidak memenuhi persyaratan, sedangkan faktor yang sangat mempengaruhi penetrasi air adalah porositas, dan porositas dianggap sebagai jalan masuk atau penetrasi cairan masuk kedalam tablet. Cairan akan ditarik masuk ke jalan penetrasi melalui aksi kapiler dan akan menghilangkan ikatan antar partikel yang dapat menyebabkan tablet hancur (Hadisoewignyo, 2013). Faktor hausner dari ketiga formula kurang dari 1,25 yang menunjukkan sifat aliran yang baik, persyaratan faktor hausner yang baik adalah kecil dari 1,25. Semakin besar faktor hausner, semakin buruk alirannya (Siregar, 2010).
            Kompresibilitas dari ketiga formula kurang dari  20 %, persyaratan dari kompresibilitas yang baik adalah kecil dari 20 %,  kompresibilitas akan berhubungan dengan sifat aliran granul dan kekerasan tablet. Semakin kecil nilai kompresibilitas, maka sifat alir dari granul akan semakin baik dan kekerasan tablet akan semakin kecil. Sifat aliran akan menentukan kemampuan mengalir granul dari corong ke ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet. Sifat aliran merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran granul yang baik dapat  menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan (Lieberman, et al , 1990).
            Hasil evaluasi kandungan air granul dari masing-masing formula didapatkan hasil yang baik karena memenuhi persyaratan kandungan air dengan rentang 3-5 %. Kandungan air dari granul setelah proses granulasi basah harus diperhatikan karena jika kandungan air terlalu tinggi akan mengganggu aliran granul ke dalam lubang cetakan. Selain itu, kandungan air yang tinggi juga mempengaruhi kualitas produk akhir. Tetapi, jika kandungan air terlalu rendah maka kohesi dalam tablet rendah, friabilitas makin tinggi dan tablet akan mudah pecah.
            Pengujian sifat alir sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman pengisian ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot. Sifat aliran sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik, juga dapat dipengaruhi oleh bobot jenis dan kandungan air pada granul (Siregar, 2010). Hasil kecepatan alir dari ketiga formula menunjukan bahwa granul memiliki aliran yang baik. Hal ini berdasarkan pada persyaratan kecepatan alir granul, dimana jika 100 g granul mempunyai waktu alir ≥ 10 g /detik, maka mempunyai sifat alir yang baik.
            Sudut istirahat merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kemampuan aliran granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel. Hasil evaluasi sudut istirahat dari ketiga formula memiliki sifat alir yang cukup baik yaitu <25°. Semakin kecil sudut istirahat yang terbentuk, menggambarkan granul yang sferis serta mempunyai kohesifitas yang kecil sehingga kemampuan alirannya menjadi semakin baik (Siregar, 2010).
            Kadar fines atau serbuk halus dari granul berfungsi untuk mengisi rongga-rongga antar granul pada saat pencetakan tablet. Kadar fines yang diharapkan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, berkisar antara 15%-30%. Jika kadar fines terlalu kecil maka granul yang dihasilkan akan keras karena rongga antar partikel besar dan jika terlalu besar maka tablet yang dihasilkan akan rapuh, hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pengikat yang digunakan tidak tepat (Lachman dkk, 1994). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa F1 dan F2 formula memiliki kadar fines yang cukup dan F3 memiliki kadar fines yang kecil.
            Evaluasi tablet bertujuan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi tablet meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet.
Pemeriksaan organoleptis dari tablet meliputi bentuk, warna, rasa dan bau (Lampiran 11,  Tabel 22). Tablet yang dihasilkan pada F1 dan F2 berwarna coklat muda, F3 berwarna coklat, sedangkan bentuk tablet ketiga formula padat, mempunyai bau yang khas dan berasa kelat.
            Keseragaman bobot tablet dapat dilihat pada Lampiran 11, Tabel 23. Dari hasil tersebut, tidak lebih dari dua tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak satupun yang menyimpang lebih besar dari 10%, sehingga dapat dinyatakan bahwa ketiga formula tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot. Hal ini karena granul yang diperoleh memiliki sifat alir yang baik. Sifat alir yang baik akan menjamin keseragaman bobot tablet.
            Pemeriksaan keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet (Lampiran 11, Tabel 24). Berdasarkan hasil evaluasi, keseragaman ukuran tablet tidak memenuhi persyaratan, karena diameter tablet lebih dari tiga kali tebal tablet. Hal ini disebabkan jenis alat pencetak tablet yang digunakan hanya satu jenis saja, sehingga ukuran ketebalan tablet tidak sesuai dengan diameter tablet. Penyebab lain yaitu karena volume ruang cetakan/die pada alat pencetak tablet tidak sesuai dengan bobot tablet yang akan dicetak.
            Kerapuhan tablet berguna untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan yang terjadi selama proses pembuatan, pengemasan, dan pendistribusian. Semakin besar nilai persentase kerapuhan, semakin besar pula massa tablet yang hilang. Kerapuhan tablet dianggap cukup baik bila hasilnya kurang dari 0,8 % (Hadisoewignyo, 2013). Hasil evaluasi (Lampiran 11, Tabel 25) terlihat kerapuhan tablet formula 1 dan formula 2 kurang dari 0,8% sehingga memenuhi persyaratan kerapuhan tablet,  untuk formula 3 lebih dari 0,8 %.
            Kekerasan tablet mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan diukur dengan cara memberi tekanan terhadap diameter tablet. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan keretakan selama pengemasan, penyimpanan, transportasi dan sampai ke tangan pengguna.. Hasil evaluasi kekerasan tablet dari ketiga formula (Lampiran 11, Tabel 26), dimana pada F1 = 5,2 kg, F2 = 5,4 kg dan F3 = 2,65 kg. Syarat kekerasan tablet pada umumnya 4 – 8 kg, hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan untuk F1 dan F2 sementara untuk F3 tidak memenuhi persyaratan. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat yang digunakan, maka kekerasan tabletpun akan semakin meningkat (Lachman dkk, 1994).
            Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul / partikel penyusunnya. Hasil evaluasi waktu hancur tablet pada lampiran 11, tabel 27 , terlihat pada F1 = 15,166 menit    F2 = 15,33 menit dan F3 17,166 menit. Berdasarkan hasil ini tidak memenuhi syarat karena persyaratan waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet dapat mempersulit disolusi zat dari dalam granul, karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi waktu hancur, antara lain bahan tambahan yang digunakan, metode pembuatan tablet, jenis dan konsentrasi pelicin, tekanan mesin pada saat pentabletan, dan sifat fisika kimia bahan penyusun tablet.
            Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, bahwa ekstrak etanol daun jambu biji dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet, tetapi belum memenuhi persyaratan lengkap dari evaluasi tablet seperti dipersyaratkan dalam FI , diantaranya yang tidak memenuhi persyaratan adalah uji waktu hancur, kekerasan, kerapuhan dan keseragaman ukuran. Persyaratan uji waktu hancur untuk tablet yaitu kurang dari 15 menit, sedangkan dari hasil evaluasi lebih dari 15 menit, hal ini berkaitan dengan penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet yang dapat mempersulit disolusi zat dari dalam granul, karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Kekerasan tablet memenuhi persyaratan jika memiliki kekerasan 4 – 8 kg, sedangkan pada hasil evaluasi diperoleh hasil pada formula 3 kurang dari 4 kg. Keseragaman ukuran tidak memenuhi persyaratan karena jenis alat pencetak tablet yang digunakan hanya satu jenis, sehingga ukuran ketebalan tablet tidak sesuai dengan diameter tablet. Penyebab lain yaitu karena volume ruang cetakan/die pada alat pencetak tablet tidak sesuai dengan bobot tablet yang akan dicetak.

            Dari hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa konsentrasi bahan pengikat akan mempengaruhi hasil tablet yang dihasilkan, dimana konsentrasi bahan pengikat yang terlalu tinggi akan menyebabkan granul menjadi keras, hanya menghasilkan serbuk halus yang sedikit. Granul yang keras akan mengalami deformasi ketika akan dicetak menjadi tablet, hal ini akan menyebabkan tablet menjadi berkurang kekerasannya, rapuh dan juga memiliki waktu hancur tablet yang lebih lama. Begitu juga sebaliknya kekurangan kosentrasi bahan pengikat akan menyebabkan granul menjadi lunak dan memiliki serbuk halus yang lebih banyak lagi, hal ini akan menyebabkan tablet yang dihasilkan menjadi rapuh, kekerasan tablet berkurang dan akan menyebabkan waktu hancur tablet menjadi cepat. Konsentrasi bahan pengikat yang tepat akan menghasilkan tablet yang lebih baik.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat diformulasi menjadi sedian tablet, dengan hasil untuk F1 dan F2 menghasilkan tablet yang lebih baik dari F3, hal ini berdasarkan evaluasi tablet seperti yang dipersyaratkan dalam farmakope Indonesia
            Semakin besar konsentrasi mucilago amili sebagai pengikat akan menghasilkan granul yang keras dan akan mengalami deformasi ketika akan dicetak menjadi tablet, sehingga akan menghasilkan tablet yang lunak, rapuh serta waktu hancur yang lama.

 Saran
            Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki formulasi tablet ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan menggunakan bahan tambahan yang lain sehingga diperoleh tablet yang lebih baik lagi dan memenuhi seluruh persyaratan dalam evaluasi tablet.
.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H., 1989, Pengantar bentuk sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.
Anwar, E., 2012, Eksipien dalam Sediaan Farmasi, Dian Rakyat, Jakarta.
Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mithcell, L. G., 2002,  Biologi, Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Charles, J. P., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta.
Dalimartha, S., 1999,  Budidaya Tanaman dan Tumbuhan Herbal, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Djamal, R., 2010, Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi, Universitas Baiturrahmah, Padang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak         Tumbuhan Obat, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta.
Faradiba, Nursiah. H., dan Zahriati, 2013, Formulasi granul effervescent ekstrak etanol daun jambu biji (psidium guajava linn), Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Fauzi, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L, Braunald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscolza, J., 2008. Harrison Of Internal Medicine 17th Edition. USA: McGraw Hill’s Access Medicine.
Ganiswarna S. G, 1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.
Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih, Padmawinata, ITB, Bandung.
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 238 – 240, EGC, Jakarta.
Jeanly, V., Paulina, V. Y.Y., Hamidah, S., 2013, Uji Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Terhadap penyembuhan Luka Bakar Yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada Kelinci, Program Studi farmasi Stikes, Manado.
Kartasapoetra G., 2006, Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat, Rineka Cipta, Jakarta.
Lachman, L.H.A., Liberman, Kaning, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Diterjemahkan oleh Siti Suyatni, Universitas Indonesia, Jakarta
Lerner. K. Lee, dan Lerner, B. W. 2003. World Of Microbiology and Imunology. United States Of America, Farmington Hills: The Gale Group, Inc.
Padmiarso M. Wijoyo., 2008, Sehat Dengan Tanaman Obat, Bee Media Indonesia, Jakarta
Pelczar M. J. dan E. C. S. Chan, 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi,Jilid 2, Terjemahan Ratna Sri Hadioetomo, dkk., Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Pelczer, M. J, dan Chairman, 1957, Manual of microbiology methods, Mc Grawhill Book Company, Inc., New York.
Rosidah dan Wila. M. A., 2012, Potensi Ektrak daun jambu Biji Sebagai Antibakterial untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas Hydrophilla pada Ikan Gurame, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran.
Smith, K. P. F., 1988, Genetic Elements in Escherichia coli, Macmillan Molecular biology series, London, p. 1-9, 49-54
Toufik, R., Boesro S., Ade K. S., 2013, Formulasi gel antioksida dari ekstrak  daun jambu biji (psidium guajava linn) dengan menggunakan aqupec HV-505, Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Voigt, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi V, Diterjemahkan oleh Dr. Soendani Noerono Soewandhi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Volk and Wheeler. Mikrobiologi Dasar. Jilid 2 edisi V. Diterjemahkan oleh Sumarto Adisumartono. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1990

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon