Monday, September 26, 2016

Gangguan Kesehatan Saat Hamil dan Menyusui,Berikut Penggunaan Obat Untuk Ibu Hamil dan Menyusui,

Gangguan Kesehatan Saat Hamil dan Menyusui,Berikut Penggunaan Obat Untuk Ibu Hamil dan Menyusui,

Apotekers.com Keadaan saat hamil dan menyusui adalah keadaan yang paling sensitiv terhadap obat-obatan, selain akan berdampak lansung pada anak, hal ini juga akan berpengaruh terhadap si ibu. Berikut adalah cara bagaimana penggunaan obat masa kehamilan dan menyusui.


Penggunaan Obat Masa Ibu Menyusui

Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang paling dikuatirkan adalah timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya, baik berupa cacat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat.

Tidak ada obat yang mutlak aman digunakan pada saat masa kehamilan, efek teratogenik tidak hanya pada kecacatan fisik saja ( malformasi ), tetapi juga pertumbuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3 % dari seluruh kelahiran cacat. Resiko paling tinggi penggunaan obat pada ibu hamil adalah pada masa trimester pertama, tepatnya 3 minggu sampai dengan 8 minggu, dimana sebagian besar organ utama dibentuk. Setelah minggu ke 8 jarang terjadi anomali struktur karena organ utama sudah terbentuk pada fase ini. Pada trimester II dan III, efek teratogenik lebih kepada kecacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trimester II dan III akan menyebabkan hipotensi pada janin.

Obat yang diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Transfer obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses transfer ini adalah, kosentrasi obat dalam darah, aliran darah plasenta, sifat fsikokimia obat ( berat molekul rendah , obat yang larut dalam lemak, non polar , tidak terionisasi akan lebih mudah melalui membran plasenta ), hanya obat yang berbentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati plasenta.

Penggolongan tingkat keamanan penggunaan obat pada wanita hamil berdasarkan FDA Amerika Serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkan penggunaanya dalam praktik, yaitu

  • Kategori A : Penelitian terkontrol menunjukan tidak ada resiko. Penelitian terkontrol dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukan adanya resiko pada janin.
  • Kategori B : Tidak ada bukti resiko pada manusia. Pada hewan menunjukan adanya resiko tetapi penelitian terhadap manusia tidak, ATau, Penelitian pada hewan menunjukan tidak ada resiko, tetapi penlitian pada manusia belum memadai
  • Kategori C : Resiko tidak dapat dikesampingkan, Penelitian pada manusia tidak memadai, penelitan pada hewan menunjukan resiko atau tidak memadai
  • Kategori D : Resiko pada janin terbukti positif, baik melalui penelitian atau post marketing study
  • Kategori X : Kontraindikasi pada kehamilan. Penelitian pada hewan atau manusia, atau data post marketing study menunjukan adanya resiko pada janin yang secara jelas lebih merugikan dibandingkan manfaatnya.
Contoh obat-obat yang tebukti bersifat teratogenik pada manusia.


Obat
Efek Teratogenik
Metotreksat
Malformasi SSP, Mata, Telinga, tangan dan Kaki
Dietiltilbestrol ( DES )
Kanker Vagina
Karbamazepin
Cacat tabung Saraf
Asal valproate
Cacat tabung Saraf
Fenitoin
Fetal hydantoin syndrom
Thalidomide
Phocomelia
Warfarin
Tulang rangka, SSP
Alcohol
Fetal alcohol syndrom
Iso tretinoin
SSP, Craniofacial, Jantung
Tetrasiklin
Tulang, Gigi
ACE inhibitor
Gagal ginjal, tengkorak
Sikofosfamid
Cleft palate, ginjal tidak terbentuk

Golongan antibiotika berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu atau janin

Nama Obat / Golongan
Kategori FDA
Toksisitas
Aminoglikosida


- Gentamisine
C
Ototoksik, nefrotoksik
- Amikasin, Tobramisin
D
Ototoksik, nefrotoksik
- Netimisin, Kanamisin
D
Ototoksik, nefrotoksik
- Streptomisin
D
Kerusakan Syaraf Cranial VIII
Golongan Penicilin


- Sefalosporin
B

- Klorampenikol
C
Gray baby syndrome, terutama pada bayi prematur, anemia plastik
- Klindamisin
B

- Flurokuinolon
C
Antropathy pada sendi penyangga BB
Makrolid


- Eritromisin Basa/ Suksinat
B

- Eritromisin Estolat
B
Hepatoksik reversibel pada ibu
- Azitromisin
B

- Klaritomisin
C

- Metronidazol
B
Anomali bawaan, hindari penggunaan pada trimester I
- Nitrofurantoin
B

- Sulfonamid
B
Karnictrus, anemia hemoliti pada bayi baru lahir
- Tetrasiklin
D
Mengganggu pertumbuhan tulang, mewarnai gigi menjadi kuning, hypoplasia dan kerusakan pada email
- Trimetropin
C
Menghambat metabolisme Asam folat
- Vankomisin
C
Ototoksik, nefrotoksik

Prinsip penggunaan obat pada masa kehamilan

  1.  Sedapat mungkin hindari penggunaan obat, terutama pada trimester I kehamilan, upayakan terapi non farmakologik.
  2. Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan resikonya.
  3. Hindari obat baru karena datanya masih terbatas.
  4. Pilih obat dengan profil keamanannya yang sudah diketahui.
  5. Utamakan monoterapi.
  6. Gunakan dengan dosis efektif yang terendah, tetapi perluj juga diingat bahwa perubahan fsiologi ibu selama kehamilan akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga ada beberapa obat mungkin perlu peningkatan dosis untuk mempertahankan kadar terapeutiknya.
  7. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin.
  8. Hindari obat yang bersifat teratogenik pada wanita.
  9. Jika obat yang digunakan diduga kuat dapat menyebabkan kecacatan, maka lakukan USG
Golongan obat antihipertensi berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu hamil.

Nama Obat / Golongan
Kategori FDA
Toksisitas
Diuretik


- Furosemid
C
Mengurangi perfusi plasenta
- Golongan Thiazid
D
Penggunaan golongan thiazide pada trimester I meningkatkan resiko cacat bawaan, penggunaan pada trimester akhir meningkatkan resiko hipoglikemia, trombositopenia, hiponatremia, hipokalemia,dan kematian pada janin/ bayi akibat komplikasi ibu
Metildopa
B
Merupakan Obat pilihan
Golongan Beta Blocker
C Pada trimester I
Resiko teoritis penggunaan

D Pada Trimester II/III
Pada trimester akhir, brakikardia, hipotensi dan hipoglikemia pada neonatus
Gol Calsium Chanel Bloker
C
Terapi Lini kedua
Golongan ACE inhibitor
C Pada trimester I
Oligohidramion, renal tubular

D Pada Trimester II/III
Dysgenesis, neonatal anuria,hypolasia persistent patent ductus arteriosus, IUGR, IUFG
Golo Angiotensin- II reseptor
C Pada trimester I
Diduga memiliki toksisitas seperti AC
- Eritromisin Estolat
D Pada Trimester II/III
Inhibitor

Penggunaan obat herbal pada masa kehamilan

Penggunaan obat herbal semakin meningkat pesat dibanyak negara. Dibanyak negara, obat herbal peraturanya tidak seketat obat, sehingga pemantauaan efek sampinganya pun tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Tambahan pula tidak banyak laporan efek sampingnya yang dipublikasi, akibatnya sulit untuk mendapatkan informasi mengenai efek samping obat herbal, khususnya pada penggunaan selama kehamilan.

Kita mungkin menganggap obat herbal adalah produk alamiah, shingga bebas dari resiko efek samping, namun kenyataannya penggunaan obat herbal pada masa kehamilan tidak sepenuhnya bebas dari resiko baik terhadap ibu maupun janin.

Penggunaan Obat Pada Masa Menyusui

Obat yang digunakan jika diperlukan dalam pengobatan tidak dapat ditunda. Faktor yang harus diperhatikan antara lain :
  1. Pemilihan obat 
  • Pertimbagan apakah obat dapat diberikan secara lansung dengan aman pada bayi.
  • Pilih obat yang sedikit melalui ASI dengan memprediksikan ratio M/P paling rendah
  • Hindari formulasi obat yang long action ( misalnya Sustain Release )
  • Pertimbangan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat ke dalam ASI
  • Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama
     2. Waktu menyusui
  • Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai puncak plasmanya
  • Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya
     3. Pertimbangan lain
  • Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa atau gejala kliniknya ( seperti sedasi, iritasi, rash, menurunkan nafsu makan, kesukaran menelan )
  • Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih berat
  • Berikan pengetahuan yang cukup kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman terhadap faktor-faktor resiko.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon