Tuesday, September 27, 2016

Jurnal Formulasi Shower Gel Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela Dan Uji Daya Hambatnya Terhadap Jamur Candida albicans


Jurnal Formulasi Shower Gel Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela Dan Uji Daya Hambatnya Terhadap Jamur Candida albicans




FORMULASI SHOWER GEL EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN UJI DAYA HAMBATNYA TERHADAP JAMUR Candida albicans
Trisna Dewita, Chris Deviarny, dan Fifi Harmely
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
 

           ABSTRACT
Flour albus is one of the infections that interfere especially for women. The main cause of the flour albus is a Candida albicans. In this research, the researcher had done formulation to the extract ethanol of the shower gel rosella calyx (Hibiscus sabdariffa L.) as antifungal toward Candida albicans with concentrations 30%, 35%, and 40%. The evaluation of the shower gel including organoleptis examination, homogenity, test of the cooling temperature  and room temperature, pH, spread test, foam test in distilled water and hard water, wetting test, irritation test and viskosity test.  To look at the activities of the anti fungal by using Candida albicans with SDA (Saboraud Dexstrose Agar) medium and it was measured diameter of the inhibition toward fungal used diffusion method. Test of the extract ethanol shower gel of the rosella calyx activities was good by using formula F3 (extract ethanol shower gel of the rosella calyx with concentration 40%) toward Candida albicans with inhibition diameter 39,3 mm including strong class category. Based on the results of the statistical analysis by using one- way ANOVA there was significant difference from the formula extra ethanol shower gel of the rosella calyx (Hibiscus sabdariffa L.) to concentration 40%, concentration 35%, concentration 30% and comparision as antifungal towards Candida albicans, so the activities of antifungal was good by using formula concentration 40%(P < 0,05).

Keywords : Hibiscus sabdariffa L., Candida albicans, Shower gel, One – way ANOVA
 



PENDAHULUAN
Kelopak bunga rosella memiliki kandungan kimia antara lain flavonoid, fenol atau polifenol, dan antioksidan seperti gossypeptin, glucide hibiscin, dan antosianin yang membentuk pigmen merah, empat jenis antosianin, yakni delphinidin 3-sambubiosida, sianidin 3-sambubiosida, delphinidin 3-glukosida dan sianidin 3-glukosida (Chumsri et al, 2007).
           
Selain itu rosella juga memiliki kandungan seperti senyawa asam (15-30%) seperti asam asam sitrat, asam askorbat dan asam malat (Draelos, 2006). Kelopak bunga rosella juga mengandung, tannin, dan protein (Maryani dan Kristina, 2008). Zat gizi lain yang terkandung dalam rosella adalah vitamin A, B1, B3, B12, D, Magnesium, ium, zat besi  dan omega 3. Kandungan vitamin A dan C rosella cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel, pepaya, dan jambu biji (Mardiah dkk, 2009)
Pengembangan formula sabun lebih banyak dilakukan pada modifikasi untuk meningkatkan jenis sabun. Salah satu jenis sabun adalah shower gel, shower gel  adalah salah satu preparat mandi yang merupakan inovasi baru dari sabun-sabun yang telah dikenal sebelumnya. Shower gel ini baru dikenal oleh masyarakat beberapa tahun belakangan. Shower gel dibentuk dari reaksi saponifikasi menggunakan minyak lemak yang mempunyai asam oleat tinggi namun memiliki konsistensi seperti gel, berbeda dengan sabun cair yang biasa digunakan. Kelebihan dari shower gel adalah tidak meninggalkan residu seperti sabun batang. Shower gel merupakan varian dari foam bath yang memiliki kandungan bahan aktif dan kekentalan yang lebih tinggi ( Poucher, 2000 ).
                          Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung  pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran yaitu  2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ.
              Banyak faktor yang mempermudah terjadinya infeksi candida pada seseorang. Pada dasarnya faktor predisposisi, dimana faktor predisposisi ini digolongkan menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan pemanfaatan kelopak bunga rosella sebagai antifungi, maka pada penelitian ini dicoba untuk melakukan formulasi shower gel ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan uji daya hambatnya terhadap jamur Candida Albicans.

ALAT DAN BAHAN

Alat
Rotari evaporator,Botol maserasi, Gelas ukur, Corong, Cawan petri, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Erlenmeyer, Penjepit, Pinset, Batang pengaduk, Pipet tetes, Inkubator, LAF (Laminar Air Flow), Autoklaf, Lampu spritus, Jarum ose, Kapas steril, Koran bekas, Kain kasa steril, Lumpang, Alu, Sudip, Pot salep, Tube, Timbangan analitik, Kaca objek,  pH meter, Krus porselen, Desikator, Kertas grafik, Plastik transparan, Beaker glass, Kertas saring, Mikroskop, Oven, Furnes, Viskometer Brookfield.

Bahan
Kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.), Jamur Candida albicans, media SDA (Saboraud Dextrosa Agar),KOH (Kalium Hydroxide) 10%, VCO, TEA (Brataco), Cocoamide betain, Guar gum (Edicol), Sukrosa, Asam sitrat (Brataco), Air suling, Oleum rosae.


PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dan Cara Kerja

Formula Sediaan Shower gel

Komposisi
Formula
F0
%
F1
%
F2
%
F3
%
Ekstrak kel bnga rosella
-
30
35
40
VCO
1,5
1,5
1,5
1,5
Minyak Zaitun
10
10
10
10
TEA
4
4
4
4
Cocoaamidopropil betain
1
1
1
1
Guar gum
0,5
0,5
0,5
0,5
Sukrosa
5
5
5
5
Asam sitrat
0,5
0,5
0,5
0,5
Ol rosae
0,04
0,04
0,04
0,04
Air suling
100 ml
100 ml
100 ml
100 ml


Pembuatan Shower gel
       Ditimbang semua bahan secara seksama, minyak zaitun diaduk sambil dipanaskan, kemudian ditambahkan VCO aduk. Setelah itu ditambahkan TEA aduk sambil dipanaskan pada suhu 60 – 70oC, lalu tambahkan cocoamidopropyl betaine aduk (M1). Na Lauril sulfat dilarutkan dengan air suling (M2), sukrosa dilarutkan dengan air suling (M3), asam sitrat dilarutkan dengan air suling .Campurkan M2  kedalam M1 sedikit demi sedikit sampai homogen kemudian tambahkan M3 aduk sampai homogen.Selanjutnya mengubah sabun cair kedalam bentuk gel dengan cara memasukkan masa sabun cair sedikit demi sedikit kedalan guar gum yang telah dikembangkan didalam air suling panas sambil diaduk perlahan sampai tebentuk masa gel, Kemudian tambahkan asam sitrat yang telah dilarutkan tadi sampai didapatkan pH yang sesuai. Setelah dingin baru ditambahkan ekstrak kelopak bunga rosella, terakhir ditambahkan ol rosae dan diaduk homogen. Kemudian shower gel yang telah terbentuk dimasukkan kedalam wadah  (Nurhadi, 2012).
Pengujian Aktivitas Antijamur Sediaan Shower Gel Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
a.    Uji pendahuluan terhadap ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Media SDA agar sebanyak 10 mL  dimasukkan dalam cawan petri biarkan memadat (Base layer). Setelah itu dibuat (seed layer) dengan cara mencampur 5 ml media SDA agar dengan 1 ml suspensi jamur, dihomogenkan lalu dituang diatas base layer biarkan memadat, setelah media padat, dicetak 3 buah lubang menggunakan pangkal pipet tetes dengan diameter 5 mm, lalu dimasukkan ekstrak etanol kelopak bunga rosella sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian di inkubasi pada suhu 37o selama ± 48 jam. Amati pertumbuhan jamur dan diukur diameter daya hambat ditandai dengan adanya daerah yang tidak ditumbuhi oleh jamur atau zona bening. Pengujian dilakukan terhadap ekstrak etanol kelopak bunga rosella pada konsentrasi 30%, 35% dan 40%.
b.        Pengujian aktivitas antijamur shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Media SDA agar sebanyak 10 ml dimasukkan dalam cawan petri biarkan memadat (Base layer). Setelah itu dibuat (seed layer) dengan cara mencampur 5 ml media SDA agar dengan 1 ml suspensi jamur, dihomogenkan lalu dituang diatas base layer biarkan memadat. Setelah media padat, dicetak 5 buah lubang menggunakan pangkal pipet tetes dengan diameter  5 mm, lalu dimasukkan sediaan uji dan pembanding  yang telah ditimbang kemudian diinkubasi selama ± 48 jam. Amati pertumbuhan jamur dan diukur diameter daya hambat ditandai dengan adanya daerah yang tidak ditumbuhi oleh jamur. Pengujian dilakukan terhadap sediaan F1, F2, F3. Sebagai pembanding atau kontrol positif digunakan RV® yang beredar dipasaran dan kontrol negatif digunakan basis shower gel (F0).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi shower gel dari ekstrak etanol kelopak bunga rosella dan melihat kemampuan ekstrak etanol kelopak bunga rosella dalam bentuk sediaan shower gel sebagai antijamur pada daerah kewanitaan yaitu pada jamur Candida albicans. Ekstrak etanol kelopak bunga rosella mengandung flavonoid yang merupakan antioksidan yang mempunyai aktifitas sebagai antijamur.
Sebelum shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dibuat, terlebih dahulu dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula shower gel yang baik setelah itu baru dilakukan formulasi basis shower gel guna mengetahui apakah basis shower gel yang digunakan memenuhi syarat sebagai shower gel. Kemudian ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diformulasi menjadi  shower gel dengan berbagai konsentrasi yaitu 30%, 35%, 40% dengan tujuan untuk melihat kemampuan ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  sebagai antijamur penyebab keputihan, dimana konsentrasi ini dipilih didasarkan pada penelitian sebelumnya dimana pada penelitian tersebut pada konsentrasi 40% sudah dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Sediaan obat dipilih dalam bentuk shower gel didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya, konsistensinya lebih kental sehingga tidak mudah tumpah serta mempunyai bentuk yang unik, menarik dan praktis untuk dibawa kemana – mana (Poucher, 2000).
Shower gel adalah salah satu preparat mandi yang merupakan inovasi baru dari sabun – sabun yang dikenal sebelumnya, dimana shower gel dibentuk dari reaksi saponifikasi menggunakan minyak lemak yang mempunyai asam oleat tinggi namun memiliki konsistensi seperti gel, berbeda dengan sabun cair yang biasa digunakan. Kelebihan dari shower gel ini adalah tidak meninggalkan residu seperti sabun batang (Poucher, 2000).
Pada sediaan dilakukan evaluasi terhadap basis shower gel dan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  setiap minggu  selama enam minggu. Evaluasi tersebut meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, stabilitas pada suhu ruangan dan dengan pendinginan,pH, uji daya  menyebar, uji iritasi kulit, uji daya busa dalam air suling dan air sadah, uji daya pembasah dan pengujian viskositas dari sediaan shower gel.
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk. Shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.), berbentuk setengah padat dan berbau khas mawar. Secara organoleptis sampai minggu ke enam shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  tidak menunjukkan adanya perubahan.
Pemeriksaan homogenitas basis shower gel dan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dilakukan dengan cara mengoleskannya secara merata dan tipis pada kaca transparan. Hasilnya menunjukkan bahwa basis shower gel dan sediaan shower gel homogen terdispersi merata. Pemeriksaan ini dilakukan setiap minggu selama 6 minggu dan dalam jangka waktu tersebut basis shower gel dan sediaan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  tetap menunjukkan susunan yang homogen.
Pemeriksaan pH basis shower gel dan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dilakukan dengan menggunakan alat pH meter Inolab. Hasil pemeriksaan pH setiap minggu selama enam minggu menunjukkan hasil bahwa pH basis shower gel berkisar antara 6,9 – 7,09 , sedangkan pH shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berkisar antara 3,1 – 3,3 . pH sediaan sesuai dengan pH daerah kewanitaan yaitu 3-4 (Prasetyaningrum, dkk, 2012)
Pemeriksaan stabilitas shower gel dilakukan pada suhu ruangan (300C) dan suhu dingin (50C) selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  tidak memisah sampai minggu ke enam.
Pemeriksaan uji daya menyebar basis shower gel dan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dilakukan dengan metoda ekstensometri, menghitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan bila diberi beban 1g, 2g dan 5g dalam selang waktu tertentu. Ini bertujuan untuk melihat konsistensi dari sediaan, dan untuk melihat pengolesan sediaan pada kulit dimana sediaan dengan daya menyebar yang baik akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit (Voigt, 1995). Didapatkan hasil yaitu F0= 3,11 cm2; 4,21 cm2; 5,76 cm2; F1= 4,46  cm2; 7,19 cm2; 8,51 cm2; F2= 3,96 cm2; 6,54 cm2; 8,84  cm2; F3= 4,45 cm2; 6,64 cm2; 9,87 cm2; Sediaan pembanding= 2,83 cm2; 4,51 cm2; 6,21 cm2.
Pemeriksaan uji busa dilakukan dalam air suling dan air sadah, prinsip dari pengujian ini adalah mengukur tinggi busa dari larutan shower gel 1% yang diteteskan pada ketinggian tertentu dimana sabun yang baik akan mempunyai tinggi busa yang sama atau tinggi dari tinggi volume larutan uji. Pada percobaan ini didapatkan busa pada uji daya busa pada  air suling lebih tinggi dari pada busa pada uji air sadah karena pada air sadah mengandung logam Mg dan Ca, dimana surfaktan akan mengendap apabila bereaksi dengan logam tersebut sehingga menghambat pembentukan busa. (Noor, 2009).  Pada pengujian didapatkan hasil yaitu F0= 0,93 cm; F1= 0,85 cm; F2= 0,75  cm; F3= 0,7 cm, pembanding 1,2 cm, kemudian uji daya busa dalam air sadah didapatkan hasil F0= 0,55 cm; F1= 0,43 cm; F2= 0,38 cm; F3= 0,33 cm, pembanding 0,9 cm. Pada pembanding tinggi busa yang diperoleh lebih tinggi baik itu dalam air sadah maupun dalam air suling dibandingkan dengan sediaan, ini dikarenakan surfaktan, surfaktan pada pembanding lebih tinggi dari pada sediaan, surfaktan merupakan komponen pembentuk busa (Anna, 2012 )
Pemeriksaan uji daya pembasah dilakukan dengan motoda draves, benang kapas seberat 2 gram digulung – gulung sepanjang 9 cm dan salah satu ujungnya dikaitkan beban 0,5 gram. Larutan sabun 0,1 % dimasukkan ke dalam beaker glass, benang dimasukkan ke dalam larutan sampel. Pada saat benang dijatuhkan hidupkan stopwatch dan matikan stopwatch pada saat beban menyentuh dasar beaker glass. Uji ini dilakukan untuk melihat waktu yang dibutuhkan larutan untuk membasahi benang. Didapatkan hasil yaitu F0= 2,19 detik ; F1= 3,17 detik ; F2= 2,24 detik ; F3= 1,71 detik dan pembanding 2,15 detik (Martin, 1993).
Pemeriksan uji iritasi kulit dilakukan pada daerah pangkal lengan 5 orang panelis dengan cara uji tempel terbuka. Sediaan uji sebanyak 0,1 g dioleskan pada lengan atas bagian dalam, kemudian ditutup dengan kain kasa. Biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi, lakukan selama 3 hari diamati gejala yang timbul pada kulit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak terjadinya iritasi pada kulit panelis (wasitaatmadja, 1997).
Pada pemeriksaan viskositas dengan menggunakan viskometer Brookfield  pada shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diperoleh hasil dimana viskositas F1 dan F2 mendekati angka dari viskositas pembanding sementara viskositas dari F3 berada jauh dibawah viskositas pembanding, sementara F0 memiliki viskositas yang jauh lebih tinggi, jadi dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) semakin encer viskositas yang dihasilkan. Hasilnya yaitu pembanding = 600 cps, F0 = 3420 cps, F1 = 700 cps, F2= 500 cps dan F3 = 340 cps. Semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin encer sediaan shower gel yang dihasilkan, hal ini disebabkan ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kental yang pada dasarnya masih mengandung pelarut.
Pemeriksaan aktivitas antijamur shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap jamur Candida albicans dengan menggunakan metoda difusi agar. Pengukuran diameter daya hambat dilakukan dengan melihat luas daerah yang tidak ditumbuhi oleh jamur. Terbentuk daerah bening pada media yang telah dibiakkan.
Pada pengujian aktivitas antijamur shower gel ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.), terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan terhadap ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada konsentrasi 30%, 35% dan 40% dengan metoda difusi agar sumur diameter daya hambat yang diperoleh yaitu: ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) konsentrasi 40% sebesar 38,6 mm, kemudian ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) konsentrasi 35% sebesar 26,6 mm, dan ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) konsentrasi 30% sebesar 24,1 mm.
Dilakukan lagi pengujian aktivitas antijamur dari shower gel pada berbagai konsentrasi dilakukan dengan menggunakan metoda difusi agar sumur. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa pada formula shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diameter terbesar diberikan oleh F3 sebesar 39,3 mm, kemudian sebesar 33,3 mm, sebesar 32,8 mm, sedangkan F0  tidak memberikan daya hambat karena tidak mengandung ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan diameter daya hambat pada pembanding yaitu 25,1 mm.
Dari hasil yang diperoleh bahwa daya hambat terbesar diberikan oleh shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  dengan konsentrasi 40% terhadap jamur Candida albicans dengan diameter daya hambat 39,3 mm. Ini dikategorikan kedalam respon hambatan pertumbuhan jamur golongan kuat. Penggolongan aktifitas mikrobiologi terdiri dari : golongan kuat daya hambatnya sebesar 20 mm, golongan sedang 16-20 mm, golongan lemah 10-15mm dan tidak ada daya hambatnya < 10mm (Greenwood, 1995). Karena Aktifitas terhadap jamur terjadi peningkatan pada sediaan shower gel bila dibandingkan dengan ekstrak pada konsentrasi yang sama, hal ini dikarenakan sediaan shower gel mepunyai daya difusi yang baik karena adanya surfaktan. Surfaktan akan memecah lapisan lemak pada membran sel jamur yang pada akhirnya menyebabkan gangguan permiabilitas membran sel jamur, hal tersebut mengakibatkan proses difusi bahan atau zat-zat yang diperlukan oleh jamur dapat terganggu, akhirnya sel membengkak dan pecah (Arundhina,  2011). Aktivitas surfaktan terhadap jamur  tidak terlihat begitu jelas pada F0, ini dikarenakan penggunaan surfaktan saja kurang efektif, dan kalau surfaktan ini digunakan bersamaan dengan ekstrak akan memperlihatkan adanya aktifitas saling mendukung (sinergis) sifatnya sebagai antijamur.
Berdasarkan hasil analisa statistik ANOVA satu arah terdapat perbedaan yang bermakna dari ekstrak dan formula shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  dengan (p < 0,05). Pada uji tekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap jamur Candida albicans tidak ada perbedaan yang bermakna antara ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) konsentrasi 30% dengan 35%, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan konsentrasi 40% dengan ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan konsentrasi 30% dan 35%. Bila dilihat dari segi daya hambat F3 lebih bagus dibandingkan dengan F2 dan F1, tapi bila dilihat dari segi formula, F1 lebih bagus karena dengan konsentrasi yang lebih kecil F2 sudah memberikan daya hambat yang dikategorikan kedalam golongan kuat tetapi pada konsentrasi F3 daya hambatnya lebih besar.
Dan bila dilakukan uji lanjut Duncan pada jamur Candida albicans terhadap shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  antara basis, pembanding dan shower gel dengan konsentrasi 30% (F1), 35% (F2), 40% (F3)  yaitu terdapat perbedaan yang bermakna antara basis dengan pembanding dan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan konsentrasi 30%  (F1), 35%  (F2)dan 40% (F3), kemudian terdapat pula perbedaan yang bermakna antara pembanding dengan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan konsentrasi 30% (F1), 35% (F2), 40% (F2), dan basis, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) antara konsentrasi 30% dan 35% tetapi terdapat perbedaan yang bermakna dengan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)  dengan konsentrasi 40%, pembanding dan basis.  Kemudian juga terdapat perbedaan yang bermakna antara shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan konsentrasi 40% (F3) dengan shower gel konsentrasi 30% (F1), 35% (F2), pembanding dan basis. Bila dilihat dari segi daya hambat F3 lebih bagus dibandingkan dengan F2 dan F1. Jadi dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) daya hambat yang dihasilkan semakin besar.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.      Ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat diformulasi dalam bentuk shower gel dan mempunyai daya aktifitas antijamur.
2.      Sediaan shower gel ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, aktivitas antijamur yang paling baik yaitu pada sediaan F3 ( konsentrasi 40%) diperoleh diameter daya hambat 39,3 mm dikategorikan keadaan respon hambatan pertumbuhan jamur golongan kuat (p < 0,05).

DAFTAR PUSTAKA
Anna, F. T., dan Pamilia, C., 2012, Pengaruh Perbedaan Ukuran Partikel dari  Ampas Tebu dan Konsentrasi Natrium Bisulfit  ( NaHSO3 ) pada Proses Pembuatan Surfaktan, Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18.
Chumsri, P., Sirichoteo, A., dan ltharat, A., 2007, Studies of the optimum conditions for the extraction and concentration of roselle (Hibiscus sabdarffa Linn.) extract, Songklanakarin J. Sci. Technol., Vol30 (Suppl.l)p, p 133-139.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Djamal, R., 2010, Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi, Universitas Baiturrahmah, Padang.

Greenwood, 1995, Antibiotik Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemoterapy, Mc. Graw Hill Company, USA.

Mardiah, dkk., 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosela. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.


Martin, A,. J Swarbrick, dan A. Cammarata., 1993, Farmasi Fisik Jilid 2 Edisi III. Terj. Dari Physical Pharmacy, Physical Chemical Principlesin the Pharmaceutical Sciences, oleh Yoshita, UI-Press. Jakarta.
Noor, U. T dan Nurdyaastuti, D., 2009, Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan Peningkatan Busa Pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (sieb.) Zucc Vol. 7 No 1.
Nurhadi, C. S., 2012, Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Bayenick dan Minyak Atsiri, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung, Malang.
Poucher, J. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh. Kluwer Academic Publisher. London.\

Prasetyaningrum, E., Suharsanti, R., Setyani, W., 2012, Pemanfaatan Ekstrak etanol daun Som Jawa Sebagai Obat Herbal antikeputihan dalam sediaan sabun cair, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, Semarang.
Price, A., S dan Wilson, M., L., 2005, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, 2005.
Tanjong, A., 2011, Pengaruh Ekstrak Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa L ) Terhadap Koloni Candida albicans yang Terdapat pada Plat Gigi Tiruan, Fakultas Kedokteran Gigi  Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wasitaatmadja, S. M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Universitas Indonesia, Jakarta.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon