Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Farmasi. Show all posts

Friday, November 18, 2016

Mengenal Lebih Jauh Tentang Apotek Dan Fungsi Apotek

Mengenal Lebih Jauh Tentang Apotek Dan Fungsi Apotek apotek online  apotek k24  apotek 24  apotek k 24  apotik century  apotek century  century apotik  k24 apotek  k 24 apotek  apotek century online  apotik k24  apotek k24 online  meilibahenling di apotek  bisnis apotek  harga garcia di apotik  waralaba apotek  k 24  franchise apotek  bisnis apotik  apotek k24 delivery  apotik online  century apotek  harga dermatix di apotik  apotek guardian  apotik roxy 24 jam  kimia  waralaba adalah  apotek 24 jam  apotik  waralaba apotik  apotek adalah apoteker adalah apoteker

Apotekers.com Dalam suatu pelayanan kesehatan pada umumnya selalu menggunakan obat sebagai terapi dalam proses menjaga kesehatan maupun menyembuhkan suatu penyakit. Dan salah satu cara untuk mendapatkan obat adalah pergi kesalah satu pelayanan kefarmasian diantaranya yaitu apotek. Lalu apa sih apotek tersebut,? Pada artikel ini akan membahas lebih dalam apa itu apotek menurut perundang-undangan dan apa saja fungsi dari apotek serta siapa yang bertanggung jawab terhadap apotek.

Sunday, November 13, 2016

Hal Penting Yang Harus Diketahui Oleh Tenaga Kesehatan Tentang Lansia

Hal Penting Yang Harus Diketahui Oleh Tenaga Kesehatan Tentang Lansia

Apotekers.com Seiring dengan keberhasilan pembangunan, khususnya bidang kesehatan maka umur populasi penduduk Indonesia semakin banyak yang berumur panjang. Namun disisi lain umur panjang semakin menurunkan fungsi organ tubuh hingga menyebabkan semakin mudah mengalami atau menderita suatu penyakit. Bantuan pengobatan semakin dibutuhkan, umumnya obat merupakan pilihan utama dalam mengelola penyakit kesehatan pada lansia. Banyak lansia yang harus memakai kombinasi obat-obatan.

Ilmu-ilmu tentang penuaan  (geriatri) atau penyakit pada lansia (gerantologi) telah memberikan informasi tentang perlunya perlakuan khusus terhadap pemberian obat pada lansia. Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian lainya diharapkan mampu memahami masalah dan kebutuhan mereka dalam mengatasi suatu penyakit.

Proses penuaan umumnya dimulai pada usia 40 tahuan yakni dengan adanya penurunan kondisi sel tubuh yang akan mempengaruhi organ, termasuk kemampuan sistem keseimbangan tubuh dalam menghadapi penyakit atau tekanan seperti kelelahan. Sebagai contoh, flu pada lansia dapat lebih berbahaya dari pada orang berusia muda.

Dibawah ini merupakan pengguraian beberapa pengaruh penuaan pada tubuh 

1. Kulit menjadi lebih tipis , kering, berkurangnya kadar lemak, berkerut, kurangnya fungsi melindungi bahkan kurangnya aliran darah ke kulit.
2. Sitem pembuluh darah menurun seperti kurangnya aliran darah yang dipompa jantung, kurangnya elastisitas pembuluh darah dan menumpuknya zat-zat lemak pada bagian dalam arteri yang menyebabkan hipertensi.
3. Sitem pernafasan mengalami gangguan, misalnya
- menempelnya kolagen di paru-paru yang menyebabkan kurangnya kemampuan untuk mengembang.
- berkurangnya aliran darah ke paru-paru, menyebabkan pernafasan jadi kurang efesien dan oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
Hal ini menyebabkan frekuensi bernafas lebih cepat dari normal
4. Sitem saraf mengalami penurunan daya ingat  dan kemampuan mengambil keputusan karena sel otak yang mati atau berkurangnya aliran darah ke otak. Bingun dan perubahan personalitas dapat terjadi kekurangan oksigen yang dibawa darah ke otak.
5. Sitem sensor/ indera umumnya kurang kuat dan kurang jelas, mata kadang-kadang tidak tahan cahaya matahari, telinga kurang mendengar dan indera perasa dan pembau juga berkurang fungsinya.
6. Penurunan sistem penceranaan yang biasanya mengalami penurunan gerakan, sekresi asam lambung yang akan menyebabkan makanan sukar diterima, sukar mengunyah karena gigi banyak yang sudah copot.
7. Sistem pembuangan air seni yang menurun, menyebabkan terjadinya penumpukan sampah-sampah hasil metabolisme, yang seharusnya dibuang hal ini akan mengganggu fungsi filtrasi dari ginjal.
8. Sitem hormon juga akan mengalami gangguan sekresi, sehingga metabolisme sel tubuh tidak dapat diatur dengan baik. Misalnya banyak lansia yang mengalami diabetes.
9. Sistem reproduksi mengalami pengurangan hormon seks, yang menyebabkan perubahan fisik, misalnya wanita diatas 48 tahun tidak mengalami menstruasi. Namun dalam hal kebahagian dalam aktivitas seksual lansia tidak begitu terganggu karena tidak hanya hormon seks tapi juga karena pengaruh sikap dan emosi.
10. Tentunya sistem otot juga mengalami penurunan kekuatan dan kelenturannya, disamping itu juga mengalami peningkatan jumlah lemak yang menggantikan otot. Tulang menjadi lebih ringan dan porositas tinggi, sehingga mudah patah dan lama sembuh.

Karena pengaruh hal-hal diatas maka dari itu jika lansia menggunakan obat umumnya akan terjadi perlambatan absorbsi, distribusi, metabolisme maupun ekresi dari obat itu sendiri. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus untuk hal-hal diatas, dengan pengertian apoteker maupun tenaga kesehatan lain penting sekali memahami keadaan lansia dengan segala permasalahannya disatu sisi dan interaksi, efek samping kontra indikasi dan lain-lain dari obat yang diberikan.
Baca juga : Cara Pemberian Obat Pada Lansia

Sumber : Informasi Spesialite Obat

Saturday, November 12, 2016

Evaluasi Basis Emulgel dan Dan Sedian Emulgel Dari Bahan Aktif Ekstrak Etanol

Evaluasi Basis Emulgel dan Dan Sedian Emulgel Dari Bahan Aktif Ekstrak Etanol

Apotekers.com Dalam pembuatan sedian farmasi pastilah sedian itu melalui tahapan pengujian terlebih dahulu untuk menjaga kualitas sedian. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan dari sebuah sedian, diantara hal-hal yang mungkin timbul ketika suatu sedian tidak melewati pengujian fisik adalah mutu dan kualitas yang tidak baik, semua itu akan menjadikan sedian tidak bekerja dengan baik dan tidak memberikan terapi yang baik juga pastinya. Pada artikel ini akan membahas tentang bagaimana evaluasi dari basis emulgel maupun sedian emulgel itu sendiri.

Thursday, November 10, 2016

Fungsi Sistem Saraf Otonom Bagi Tubuh

Fungsi Sistem Saraf Otonom Bagi Tubuh,saraf  sistem saraf manusia  sel saraf  sistem saraf pada manusia  sistem koordinasi  sistem saraf pusat  sistem koordinasi pada manusia  sistem saraf tepi  sistem saraf otonom  sel saraf manusia  saraf otonom  saraf sensorik  sistem regulasi pada manusia  saraf tepi  saraf otak  saraf simpatik  kelainan pada sistem saraf  sistem koordinasi manusia  susunan saraf pusat  anatomi sistem saraf  sistem persyarafan  bagian bagian sel saraf  neuron sensorik  sistem neurologi  saraf parasimpatik  sel saraf sensorik  saraf manusia  saraf pusat  bagian sel saraf  31 pasang saraf spinal

Apotekers.com Saraf parasimpatik dan saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Sitem saraf otonom mengatur fungsi tubuh baik organ maupun jaringan bekerja tanpa dikehendaki, tanpa disadari. Pada artikel ini akan membahas bagaimana fungsi dari sitem saraf parasimpatik dan sistem saraf simpatik bagi fsiologi tubuh manusia.

Sistem Saraf Parasimpatik

Sistem saraf ini menghasilkan neurotransmiter asetilkolin yang besar peranannya dalam melakukan aktivitas fsiologi, diantaranya :

  • Mengatur Aktivitas Otot-Otot Polos
Asetilkolin berkerja sangat dominan terhadap aktivitas otot polos, seperti sekresi air liur, air mata, asam klorida, enzim-enzim pencernaan dan peristaltik usus.
  • Mengatur Aktivitas Otot Rangka
Asetilkolin akan menyebabkan depolarisasi permukaan sel. Potensial sel akan meningkat, terjadi permeabilitas membran sel otot-otot rangka. Meningkatkan permeabilitas membran sel, ion Na plus, K plus, Dan Ca akan masuk ke dalam sel dan akan menempati bagian troponin C, troponin C bergeser, akan membuka tropminosin dari posisi awalnya yang pasif berubah menjadi aktif setelah bertemu dengan miosin. Aktin dan miosin sebelumnya terpisah akan bertemu, kemudian menimbulkan peregangan akibat itu terjadilah regangan antara aktin dan miosin yang disebut aktimiosin. Aktimiosin inilah yang menimbulkan kontraktilitas pada otot rangka dalam tubuh sehingga manusia dapat beraktivitas, secara normal mengatur fsiologis tubuh.
  • Meningkatkan Aktivitas Otak
Asetilkolin akan membawa impuls listrik, yang dapat meningkatkan aktivitas otak, menjadikan otak untuk dapat berfikir secara normal, menganalisis, meinterprestasikan seseuatu sehingga otak dapat bekerja selama 24 jam sehari semalam. Asetilkolin dikontrol juga oleh enzim asetilkolin enterase, enzim ini akan mengubah asetilkolin menjadi kolin yang tidak aktif dan asam asetat. Secara fsiologis tubuh hanya menerima secukupnya saja agar dapat berjalan secara normal. Kelebihan asetilkolin mengakibatkan dampak terhadap organ tubuh seperti hiperaktif, autis, epilepsi, dan sebagainya.
  • Meransang Sekresi Air Liur dan Air Mata
Ketertarikan terhadap makanan, baik itu dari warna makanan, aroma makanan yang enak itu dikarenakan oleh asetilkolin. Demikian juga dengan air mata ketika merasakan kesedihan dan kesenangan air mata juga akan keluar dengan sendirinya.
  • Membantu Proses Pencernaan
Asetilkolin berfungsi dalam mendorong makanan ke bawah sehingga makanan yang masuk ke mulut akan didorong ke usus untuk di proses.
  • Mengontrol Denyut Nadi Jantung
Asetilkolin melakukan fungsi antagonis fungsional dengan norepinefrin di jantung sehingga mengontrol denyut nadi jantung berada dalam keadaan normal
  •  Membantu Proses Metabolisme
Asetilkolin mengontrol pengeluaran insulin dari sel beta pankrean, sehingga berperan dalam membantu proses metabolisme karbohidrat dan juga membantu proses metabolisme lemak dan protein dalam tubuh, yang akan mengubahnya menjadi energi.
  •  Berperan dalam sistem reproduksi 
Asetilkolin meranngsang sel saraf kelamin ( nervus pundendus ), terjadi vasodilatasi arteri pembuluh darah, cavum cavernosum akan terisi darah, pembuluh darah vena akan tertutup, akan menimbulkan turgor, dan akhirnya terjadi ereksi, baik pada laki-laki maupun wanita.
  •  Meransang Mukus
Meransang mukus atau zat pelincir pada vagina agar terhindar dari kerusakan benda-benda tumpul
  •  Membantu Proses Glikogenesis
Dihati asetilkolin berperan dalam membantu proses glikogenesis, membantu enzim Uridine Diphospho Glucose (UDPG) membentuk glikogen untuk disimpan dihati.

Sistem Saraf Simpatik

Sistem saraf ini menghasilkan norepinefrin yang berperan penting dalam mengatur aktivitas fsiologis tubuh manusia, diantaranya :
  •  Merelaksasi Otot Polos, bekerja antagonis fungsional dengan sistem saraf parasimpatik
  •  Merelaksasi Otot Rangka bekerja antagonis fungsional dengan sistem saraf parasimpatik
  •   Norepineprin Dengan Serotonin mengatur fungsi sitem saraf pusat dan juga menjaga perasaan mood yang baik pada manusia
  •   Norepenefrin bersar perannya dalam mengurangi sekresi air liur, agar liur yang dikeluarkan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh
  •   Mengatur proses glikogenolisis hal ini berperan pada saat puasa maupun kelaparan, yaitu mengubah glikogen menjadi glukosa yang bisa digunakan sebagai sumber energi.
  •   Menghasilkan glukagon hal ini berguna untuk mengimbangi insulin pada saat kelaparan
  •   Berperan dalam sistem reproduksi menggantikan fungsi asetilkolin dari berereksi menjadi ejakulasi
  •   Memperkuat atau mengimbangi kontraksi jantung yang dapat mengimbangi asetilkolin pada reseptor jantung
  •   Mengimbangi kerja dari asetilkolin di usus yang meransang peristlatik usus sehingga dapat terhindar dari diare atau kontraksi lainya.
  •   Mengimbangi sekresi mukus pada vagina agar mukus yang diproduksi tidak berlebihan.
Sumber : Patofsiologi Farmakologi Farmakoterapi

Sunday, November 6, 2016

Bentuk Senyawa Obat Sebelum Memberikan Efek Berkhasiat

Bentuk Senyawa Obat Sebelum Memberikan Efek Berkhasiat

Apotekers.com Obat sebelum memberikan efek yang berkahsiat banyak sekali proses yang harus dilaluinya, terutama untuk obat yang digunakan secara ekstravaskuler, seperti per oral dan intra maskular. Obat tersebut akan melalui tahapan absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

Thursday, November 3, 2016

Dinamika Obat Dalam Tubuh Sampai Menimbulkan Efek

Dinamika Obat Dalam Tubuh Sampai Menimbulkan Efek

Dinamika Obat Dalam Tubuh

Obat yang telah mengalami biotransformasi di hati akan didistribusikan keseluruh tubuh dan senyawa dengan struktur kimia yang cocok dengan resptornya akan mengalami afinitas membentuk ikatan komplek antara obat dengan reseptor. Obat yang telah berikatan dengan reseptornya akan menimbulkan efek, disebut dengan aktivitas intrinsik. Aktivitas intrinsik maksudnya efek obat pada sel efektor, dan sel efektor sendiri adalah reseptor-reseptor yang ada pada permukaan sel target yang terdiri dari sejenis protein.

Efektifvitas suatu senyawa obat mempunyai batas maksimum, tergantung jumlah senyawa obat yang menduduki reseptor. Disamping kapasitas obat dengan reseptornya, efek obat juga dipengaruhi oleh asosiasi dan disosiasi. Asosiasi adalah kemampuan obat untuk bergabung dengan reseptor, sementara disosiasi adalah penguraian obat setelah berikatan dengan reseptor. Ada sebagian obat yang berikatan dengan reseptornya secara reversibel dan ada yang secara ireversibel. Maksudnya reversibel adalah obat setelah berikatan dengan reseptor akan diuraikan kembali, tergantung derajat diisosiasi, sedangkan gaya ireversibel adalah obat tersebut berikatan sangat kuat dengan reseptornya yang akan memperlama waktu penguraian obat tersebut. Dan tentunya gaya afinitas suatu obat dengan reseptornya tergantung kepada jenis gaya yang dipunyai oleh senyawa tersebut.

Sehingga bisa ditarik kesimpulan jika asosiasinya cepat dan disosiasinya lambat, maka mulai bekerja obat cepat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih lama, dan begitu juga jika asosiasinya lambat dan disosiasinya cepat, mulai kerja obat lambat, tetapi kerja obat dalam tubuh akan lebih cepat.

Reseptor mempunyai kapasiatas yang terbatas dalam menerima senyawa obat, sehingga efek yang ditimbulkan juga akan terbatas, yang disebut dengan efek minimal. Efek obat akan menjadi maksimal apabila semua resptor telah diduduki oleh senyawa obat, artinya obat tersebut tidak akan bertambah efeknya dalam tubuh walawpun konsentrasinya ditingkatkan.  Setelah obat tadi beraktivitas dalam tubuh, maka obat akan mengalami proses eliminasi, yaitu obat dikeluarkan dari tubuh dapat bersama urine melalui ginjal, sperma, air susu ibu dan keringat. Dalam bidang ilmu farmasi cariran yang dikeluarkan melalui ginjal dapat digunakan sebagai indikator dalam mendukung diagnosa penyakit seperti kreatinin, ureum, asam urat, glukosa dalam urin, dan juga elektrolit seperti  K, Na, Ca maupun senyawa lainya.

Sumber : Patofsiologi, Farmakologi, Farmakoterapi

Tuesday, November 1, 2016

Pembagian Kelarutan Berdasarkan Farmakope Indonesia

Pembagian Kelarutan Berdasarkan Farmakope Indonesia

Pembagian Kelarutan Berdasarkan Farmakope Indonesia


Istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan, tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarut tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 derajat dan kecuali dinyatakan lain menunjukan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam volume tertentu pelarut.

Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan dalam suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu.

Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutanya dapat ditunjukan dengan istilah berikut.

        Istilah Kelarutan                  Jumlah Pelarut Yang Diperlukan Untuk Melarutkan  Zat

  • sangat mudah larut                 Kurang dari 1
  • mudah larut                            1 sampai 10
  • larut                                        10 sampai 30
  • agak sukar larut                      30 sampai 100
  • sukar laurt                              100 sampai 1.000
  • sangat sukar larut                   1.000 sampai 10.000
  • praktis tidak larut                    Lebih dari 10.000

Sumber : Farmakope Indonesia


Saturday, October 29, 2016

Peranan Apoteker Sebagai Pengendali Resistensi Antibiotik

Peranan Apoteker Sebagai Pengendali Resistensi Antibiotik

Apotekers.com Banyaknya kasus resistensi antibiotik sebanarnya tak terlepas dari kesalahan dalam pemakaian antibiotik itu sendiri, baik itu dari dosis yang digunakan, maupun kepatuhan dalam penggunaanya. Alangkah baiknya antibiotik digunakan se rasional mungkin melalui kepatuhan dalam penggunaannya. Sebagai seorang farmasi ataupun apoteker memegang peranan penting dalam pengendali resistensi antibiotik, pada artikel ini akan dibahas tentang penyebab terjadinya resistensi sampai dengan peranan apa saja yang harus dilakukan apoteker sebagai pengendali resistensi antibiotik.

Penyebab Resistensi Antibiotik

  • Penggunaan AB yang tidak rasional ( peresepan AB tidak sesuai dengan indikasi )
  • Mudahnya akses terhadap AB 
  • Ketidakpatuhan penggunaan AB
  • Pengobatan sendiri yang tidak tepat
  • Kebersihan dan sanitasi yang tidak baik dari fasilitas pelayanan kesehatan
  • Penggunaan AB di sektor peternakan sebagai growth promotor yang melebihi batas yang diperoleh.
Seterusnya bagaimana dampak yang ditimbulkan resistensi AB, berikut penjelasanya.

Dampak Resistensi Antibiotik

  • Gagal terapi standar ancaman bagi pasien karena pandemik resistensi AB memperpanjang lama rawat sehingga biaya semakin tinggi. Perpanjangan masa sakit dikomunitas, serta penularan mikroba resisten dikomunitas semakin banyak.
  • Meningkatnya resiko kematian
  • Dibutuhkan terapi dengan AB lini 2 yang lebih toksik ( dan sering kurang manjur)
Dengan banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh resistensi antibiotik membuat pemrintah mengeluarkan Permenkes RI No 8 tahun 2015 tentang pembentukan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA, dalam rangka mengendalikan penggunaan antimikroba secara luas baik difasilitas pelayanan kesehatan dan dimasyarakat.

Progam Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA) Permenkes RI no 8 Tahun 2015

PPRA dilakukan di RS dengan ditunjukan 20 RS pendidikan sebagai pilot project
Tugas PPRA :
1. Menerapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi AB dan penggunaan AB
2. Menetapkan, memonitor dan evaluasi penggunaan AB
3. Menyelenggaraan forum diskusi/ kajian pengololahan penderita penyakit infeksi
4. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman,dan
5. Kesadaran tentang pengendalian resisten AB terkait dengan pengunaan secara rasional

Peran Apoteker Sebagai Anggota Tim Pengendalian Resistensi Antibiotik

Hal ini memerlukan kolaborasi berbagai profesi kesehatan, antara lain dokter, ahli mikrobiologi, perawat dan apoteker.

  • Upaya mendorong penggunaan antibiotik secara bijak ( penggunaan antibiotik propilaksis, empirik maupun definitif. Terlibat aktif dalam komite farmasi dan terapi )
  • Menurunkan transmisi infeksi melalui keterlibatan aktif dalam Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.
  • Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik yang bijak. 
Sumber : Seminar Nasional Darurat Antibiotik (UNAND)




Thursday, October 27, 2016

Memandu Pasien Dalam Swamedikasi

Memandu Pasien Dalam Swamedikasi

Apotekers.com Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) dimana mereka lansung datang mencari obat untuk mengatasi gejala penyakit yang mereka rasakan.

Wednesday, October 26, 2016

Resep Dokter Bingung Membacanya Berikut Singkatan-Singkatan Dalam Resep Yang Sering Dijumpai


Resep Dokter Bingung Membacanya Berikut Singkatan-Singkatan Dalam Resep Yang Sering Dijumpai

Apotekers.com Bagi sebagian tenaga kesehatan maupun tenaga kefarmasian banyak menjumpai singkatan-singkatan dalam resep. Dibawah ini adalah singkatan-singkatan dalam resep yang mungkin dapat membantu kita dalam membaca istilah-istilah resep.

Monday, October 24, 2016

Larangan Yang Tidak Boleh Dilakukan Oleh Pedagan Besar Farmasi

Larangan Yang Tidak Boleh Dilakukan Oleh Pedagan Besar Farmasi

Apotekers.com Pedagang Besar Farmasi adalah salah satu fasilitas distribusi sediaan farmasi, PBF merupakan suatu usaha berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai perundang-undangan yang berlaku.

PBF bisa saja membuka cabang yang disebut PBF cabang di beberapa tempat asalkan PBF cabang tersebut mendapat izin kepala dinas kesehatan provinsi setempat dimana PBF cabang tersebut berada dan PBF cabang juga hanya bisa menyalurkan sediaan farmasi dalam batas wilayah provinsi itu saja.


Namun diantara wewenang PBF yang cukup banyak, ada larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh PBF, diantranya :

  • Tentunya PBF dilarang menjual obat-obatan secara eceran.
  • PBF dilarang menyimpan dan mengeluarkan obat-obat golongan narkotika tanpa izin khusus
  • Selain itu PBF juga dilarang melayani resep dokter
  • PBF dilarang membungkus/ mengemas kembali, merubah bungkus asli dari pabrik, kecuali PBF memiliki labrotarorium dan izin tersendiri dari pihak yang memberi izin.
  • PBF hanya boleh menyalurkan obat keras kepada Apotek, PBF lainya dan instansi yang diizinkan oleh menteri kesehatan. Tentunya obat keras tidak boleh disalurkan ke toko obat dan tempat-tempat lain yang tidak memiliki izin.





Saturday, October 22, 2016

Evaluasi Granul Dan Sedian Tablet

Evaluasi Granul Dan Sedian Tablet

Thursday, October 20, 2016

Uji Fitokimia, Kandungan Air Dan Kadar Abu Suatu Ekstrak

Uji Fitokimia, Kandungan Air, Kadar Abu Suatu Ekstrak

Wednesday, October 19, 2016

Clinical Pharmacokinetics and Drug Dosage Adjustment in Patients with Heart Failure

Clinical Pharmacokinetics and Drug Dosage Adjustment in Patients with Heart Failure

Penatalaksanaan Yang Digunakan Pada Gangguan Ginjal Akut

Penatalaksanaan Yang Digunakan Pada Gangguan Ginjal Akut

Monday, October 10, 2016

Racun Dari Mikroorganisme Yang Penting Untuk Diketahui

Racun Dari Mikroorganisme Yang Penting Untuk Diketahui

Saturday, October 8, 2016

What is Micromeritics ? Importance of Study of Micromeritics

What is Micromeritics ? Importance of Study of Micromeritics


Tuesday, October 4, 2016

Kimia Organik Sintesis Senyawa Alkohol

Kimia Organik Sintesis Senyawa Alkohol


Saturday, October 1, 2016

Pengertian Absorpsi Obat Di Dalam Tubuh Sebagai Suatu Proses Farmakokinetik

Pengertian Absorpsi Obat Di Dalam Tubuh Sebagai Suatu Proses Farmakokinetik


Friday, September 30, 2016

Farmakokinetik Obat - Perjalanan Obat Di Dalam Tubuh

Farmakokinetik Obat - Perjalanan Obat Di Dalam Tubuh
Farmakokinetik